tag:blogger.com,1999:blog-76922177385697019132024-03-04T21:49:34.346-08:00SpiritualAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-30420227015231688132014-08-02T16:32:00.000-07:002014-08-02T16:36:51.833-07:00Falsafah jawa...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD5mD60abvhyNKM6iH0ebSEC4ntVmYMycR7nxiOM0pa4q_oXACb8ftfY52jBfyfSFT4ERf7Pmsn45BMVvhyvgOhJunjFNLJJVGDzPRxWgo5T8opkXPLWd3Hz0jz2IKa84IcdDMgvEldZe0/s1600/cartoon-blankon.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD5mD60abvhyNKM6iH0ebSEC4ntVmYMycR7nxiOM0pa4q_oXACb8ftfY52jBfyfSFT4ERf7Pmsn45BMVvhyvgOhJunjFNLJJVGDzPRxWgo5T8opkXPLWd3Hz0jz2IKa84IcdDMgvEldZe0/s1600/cartoon-blankon.jpg" height="225" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://www.facebook.com/notes/falikh-muhammad/falsafah-jawa/451972459601" target="_blank">kartun jawa</a></td></tr>
</tbody></table>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)</span><br />
<a name='more'></a><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">* Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"></span></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-65585975825625779382014-01-10T04:20:00.002-08:002014-01-10T04:21:35.795-08:00KONSEP BAROKAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNqzhVtutgL-jePnztfxhqXdOt-XbFRQNoC8JnfA7yoXNnyGgyLqr3AbsJgZGPtepcw6evX5-V4tQmBMoxEgQ2G4IUXM7nAFh30ytl4qmGoh7A6Sl8TlchMrGabBdfCKqEgn9PrW-qhENK/s1600/1607115_565104706916239_877893946_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNqzhVtutgL-jePnztfxhqXdOt-XbFRQNoC8JnfA7yoXNnyGgyLqr3AbsJgZGPtepcw6evX5-V4tQmBMoxEgQ2G4IUXM7nAFh30ytl4qmGoh7A6Sl8TlchMrGabBdfCKqEgn9PrW-qhENK/s1600/1607115_565104706916239_877893946_n.jpg" /></a></div>
<i>Berkah yang berupa kasih sayang Tuhan itu memunculkan ketenangan secara batin dan mendorong kebahagiaan secara fisik.</i><br />
Konsep <i>berkah </i>sangat
berkaitan dengan konteks keagamaan. Dia menggambarkan spiritualitas
Islam dan sensibilitas yang berkaitan dengan mistisisme. Berkah
dikonotasikan sebagai ekspresi sekaligus manifestasi Islam yang
universal.<br />
<br />
<i>Berkah </i>diambil dari kata <i>baraka.</i> Allah SWT menggunakan kata ini dalam bentuk <i>jamak, barakat</i>. Artinya adalah rahmat, kasih sayang, dan kekuatan supranatural yang diberikan Tuhan kepada manusia.<br />
<a name='more'></a><br />
Julia Clancy dalam <i>The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World,</i>
menyatakan orang-orang suci seperti Rasulullah SAW dikategorikan
berkah. Begitu juga Alquran. Semua bisa mendapatkan berkah, baik itu
yang hidup maupun mati.<br />
<br />
Muslim yang ketika hidupnya mengamalkan
kebajikan, kemudian meninggal. Sementara, banyak orang terus merasakan
faedah dari amal tersebut. Maka, meskipun sudah mati, orang itu tetap
menerima berkah.<br />
<br />
Berkah memainkan peranan penting dalam
menggambarkan orang-orang suci. Mereka yang menziarahi makam wali dan
nabi maka dipercayai akan mendapatkan berkah. Bagi para wali, berkah
merepresentasikan status kesucian, menandakan substansi batin, yang
berasal dari Tuhan.<br />
<br />
Ketika seseorang mendapatkan berkah maka bisa saja dia mendapatkan keajaiban semisal <i>karamah </i>dari
Tuhan. Misal, seseorang mengalami kecelakaan parah. Seharusnya dia
mati, tapi tidak. Tuhan ternyata mengintervensi kecelakaan itu sehingga
tidak ada korban jiwa.<br />
<br />
EJ Brill dalam <i>The Encyclopedia of Islam,</i>
menyatakan berkah berarti kasih sayang Tuhan. Secara batin, berkah
memunculkan ketenangan. Secara fisik, berkah memunculkan kebahagiaan.
Hal itu terjadi karena nikmat dari Allah terus ditambah dan terus tumbuh
dalam batin.<br />
<br />
Ketika nikmat Allah terus dirasakan maka
sesungguhnya hal itu adalah berkah. Misal, seseorang mendapatkan rezeki
yang berkah maka akan terus bertambah. Yang muncul kemudian adalah
kebaikan dan kecukupan.<br />
<br />
Berkah datang dari Allah, baik dalam hal
rezeki, pertolongan, dan kesembuhan. Tidak boleh meminta berkah kepada
selain Allah. Rasulullah pernah menunjukkan berkah berupa air kepada
umat Islam. Dalam sebuah hadis diriwayatkan Bukhari, Rasulullah
melakukan perjalanan bersama sahabatnya.<br />
<br />
Ketika itu, persediaan air sedikit. Rasul bersabda, “<i>Carilah air</i>.” Para sahabat membawa bejana berisi sedikit air. Rasulullah memasukkan tangannya. Kemudian berkata, “<i>Kemarilah kalian menuju air yang diberkahi dan berkah itu dari Allah.</i>” Ibnu Mas’ud menjadi saksi yang melihat kejadian itu.<br />
<br />
Banyak
ucapan, perbuatan, serta keadaan diberkahi jika seorang Muslim
melakukannya untuk mencari kebaikan dengan mengikuti sunah. Dia akan
mendapatkan kebaikan dan berkah itu sesuai dengan niat dan
kesungguhannya.<br />
<br />
Di antara ucapan-ucapan yang mengandung berkah
adalah zikir kepada Allah dan membaca Alquran. Dengan zikir dan membaca
Alquran seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta berkah yang
banyak. Hal ini dijelaskan dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu
Hurairah.<br />
<br />
“<i>Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang
biasa berkeliling di jalan mencari orang-orang yang berzikir. Jika
mereka mendapatkan suatu kaum yang berzikir kepada Allah, mereka pun
saling memanggil, ‘Kemarilah pada apa yang kalian cari (hajat kalian).”
Maka para malaikat pun menaungi mereka dengan sayap mereka sampai ke
langit dunia. Lalu, Allah bertanya kepada para malaikat itu, sedangkan
Allah Mahatahu, “Apa yang diucapkan para hamba-Ku?’ Para malaikat
menjawab, “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji Engkau.</i>’<br />
<br />
Allah bertanya, “<i>Apakah mereka melihat Aku</i>?” Para malaikat tersebut menjawab, “<i>Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat Engkau.”</i> Allah bertanya lagi, “<i>Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku</i>?”<br />
<br />
Para malaikat menjawab, “<i>Sekiranya
mereka melihat Engkau, niscaya mereka tambah bersemangat beribadah
kepada-Mu dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu.</i>” Allah bertanya, “<i>Apa yang mereka minta</i>?” Para malaikat menjawab, “<i>Mereka minta surga kepada-Mu.</i>” Allah bertanya, “<i>Apakah mereka pernah melihat surga?</i>”<br />
<br />
Para Malaikat menjawab, “<i>Sekiranya
mereka pernah melihatnya, niscaya mereka lebih sangat ingin untuk
mendapatkannya dan lebih bersungguh-sungguh memintanya serta sangat
besar keinginan padanya</i>.”
<br />
Allah bertanya, “<i>Dari apa mereka minta perlindungan?</i>” Para malaikat menjawab, “<i>Dari neraka.</i>” Allah bertanya, “<i>Apakah mereka pernah melihatnya?</i>” Para malaikat menjawab, “<i>Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya.</i>”<br />
<br />
Allah bertanya, “<i>Bagaimana kalau mereka melihatnya?</i>” Para malaikat menjawab, “<i>Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka tambah menjauh dan takut darinya.</i>”<br />
Allah SWT berfirman, “<i>Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.</i>” Seorang di antara malaikat berkata, “<i>Di antara mereka ada si fulan yang tidak termasuk dari mereka (orang-orang yang berzikir), dia hanya datang karena ada keperluan</i>.” Allah berfirman, “<i>Tidak akan celaka orang yang duduk bermajelis dengan mereka (majelis zikir)</i>.” (HR Bukhari)<br />
<br />
Dari
hadis ini diketahui berkah zikir tersebut, dia mengandung pengampunan
dosa-dosa dan jaminan masuk surga. Bukan hanya bagi orang-orang yang
berzikir, melainkan juga mencakup orang yang duduk bersama mereka.
Sedangkan, membaca Alquran termasuk jenis zikir yang paling agung. Di
dalamnya terdapat berkah dunia dan akhirat yang tidak ada yang mampu
menghitungnya, kecuali Allah. Rasul bersabda, “Bacalah Alquran karena
sesungguhnya dia akan datang di akhirat nanti memberi syafaat kepada
orang-orang yang membacanya.” (HR Muslim)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-82306370806179588952013-07-02T00:26:00.001-07:002013-07-02T00:26:25.471-07:00Thariqah Naqsabandiyah <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN_RaTPCUJP32KKX4LWtUoKIi30NozpDwA84D3tvt6esSnd3nZmoM8h2ZOXc_GQvXBwp-CZH0P4_xJf31V9QOxM-D5K_PGjE-FMuJnlUAj2MDtlGjZxPeREXFvNGn93AyDI3c3aaddZZHd/s700/sheikh+Bahauddin+Naqsabandi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN_RaTPCUJP32KKX4LWtUoKIi30NozpDwA84D3tvt6esSnd3nZmoM8h2ZOXc_GQvXBwp-CZH0P4_xJf31V9QOxM-D5K_PGjE-FMuJnlUAj2MDtlGjZxPeREXFvNGn93AyDI3c3aaddZZHd/s400/sheikh+Bahauddin+Naqsabandi.jpg" width="272" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;">Naqsyabandiyah
merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan
terdapat banyak di wilayah Asia Muslim (meskipun sedikit di antara
orang-orang Arab) serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga
Ural. Bermula<br />
<br />
di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke
daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun.
Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang
Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i
Tsani ("Pembaru Milenium kedua", w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama
ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan,
wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol
dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat,
keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan
tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan
kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik
(meskipun tidak konsisten).<br />
<br />
<b>Sejarah</b></span><br />
<span style="font-size: x-small;">
</span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;"><br />
Kebanyakan orang Naqsyabandiyah Mujaddidiyah dalam dua abad ini
menelusuri keturunan awal mereka melalui Ghulam Ali (Syekh Abdullah
Dihlavi [m. 1824]), karena pada awal abad ke-19 India adalah pusat
organisasi dan intelektual utama dari tarekat ini. Khanaqah (pondok)
milik Ghulam Ali di Delhi menarik pengikut tidak hanya dari seluruh
India, tetapi juga dari Timur Tengah dan Asia Tengah. Hingga kini
Khanaqah masih tetap (pernah mengalami masa tidak aktif akibat
perampasan Delhi oleh orang Inggris pada tahun 1857). <a name='more'></a>Namun fungsi
Pan-Islami-nya sebagian besar diwarisi oleh para wakil dan pengganti
Ghulam Ali yang menetap di tempat-tempat lain di Dunia Muslim. Yang
terpenting adalah para syekh yang tinggal di Makkah dan Madinah: kedua
kota suci ini menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah di banyak tanah Muslim
sampai terjadinya penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah pada 1925, yang
mengakibatkan dilarangnya seluruh aktivitas sufi. Demikianlah, Muhammad
Jan Al-Makki (w. 1852), wakil Ghulam Ali di Makkah, menerima banyak
peziarah Turki dan Basykir, yang kemudian mendirikan cabang-cabang baru
Naqsyabandiyah di kampung halamannya. Pengganti Ghulam Ali yang pertama
di Khanaqah Delhi, Abi Sa'id, melewatkan beberapa waktu di Hijaz untuk
menerima pengikut baru. Anak dan pengganti Abu Sa'id, Syekh Ahmad Sa'id,
memilih tinggal di Madinah setelah suatu peristiwa besar pada tahun
1857, memindahkan arah Naqsyahbandiyah India ke Hijaz untuk sementara. Ketiga putra Ahmad Sa'id
sama-sama memperoleh warisannya: dua orang pergi ke Mekkah dan menarik
pengikut dari India serta Turki di sana. Sementara yang ketiga, Muhammad
Mazhhar, tetap di Madinah dan mengelola pengikut yang terdiri dari
ulama dan pengikut dari India, Turki Daghestan, Kazan, dan Asia Tengah.
Namun, yang paling penting dari pengikut Muhammad Mazhhar adalah seorang
Arab, Muhammad Salih al-Zawawi dan murid-muridnya yang tidak merasakan
kebencian, yang umumnya ditujukan kepada Ulama Pribumi terhadap
orang-orang non Arab dalam masyarakat mereka.<br />
<br />
Sebagai guru fiqih Syafi'i, dia memiliki akses khusus terhadap
orang-orang Indonesia dan orang-orang Melayu yang berkumpul di Hijaz,
serta berkat al-Zawawi dan murid-muridnyalah Naqsyabandiyah dikenal
secara serius di Asia Tenggara. Di Pontianak di pantai barat Kalimantan,
masih terdapat berbagai jejak garis Naqsyabandiyah yang terpancar dari
Hijaz ini.<br />
<br />
Dorongan yang membawa Naqsyabandiyah ke zaman modern berasal dari
pengganti Ghulam Ali yang lainnya. Maulana Khalid al-Bagdhadi (w. 1827).
Beliau mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan tarekat ini
sehinga keturunan dari para pengikutnya dikenal sebagai kaum
Khalidiyah, dan dia kadang-kadang dipandang sebagai "Pemburu" (Mujaddid)
Islam pada abad ke-13, sebagaimana Srihindi dipandang sebagai pemburu
Milenium kedua. Khalidiyah tidak terlalu berbeda dengan para leluhurnya
Mujaddidiyah. Yang baru adalah usaha Maulana Khalid untuk menciptakan
tarekat yang terpusat dan disiplin, terfokus pada dirinya pribadi,
dengan cara ibadah yang disebut Rabithah ("petautan") atau konsentrasi
pada citra Maulana Khalid sebelum berdzikir. Usaha ini selanjutnya
terkait dengan sikap politik, aktivitas, yang bertujuan untuk
mengamankan supremasi syari'at dalam masyarakat Muslim dan menolak
agresi Eropa. Setelah kematian Maulana Khalid, tidak ada kepemimpinan
yang terpusat, tetapi sikap politik yang mendasari upaya tersebut tetap
hidup.<br />
<br />
Lahir di Distrik Syahrazur di Kurdistan Selatan pata 1776, Maulana
Khalid melewatkan waktu sekitar satu tahun bersama Ghulam Ali di Delhi
sebelum kembali ke kampung halamannya pada 1881 dengan "wewenang lengkap
dan mutlak" sebagai wakilnya. Sebelum meninggalkan Delhi, Maulana
Khalid memberi tahu gurunya bahwa tujuan utamanya adalah untuk "mencari
dunia ini demi agama", dari tiga tempat tinggalnya setelah itu
Sulaimaniyah, Bagdad dan Damaskus, beliau mendirikan jaringan 116 wakil,
yang masing-masing dengan tanggung jawab yang jelas batas geografisnya.
Murid-muridnya mencakup tidak hanya anggota-anggota hierarki agama
pemerintahan "Utsmaniyah", tetapi juga sejumlah gubernur provinsi dan
tokoh militer yang sangat penting dalam memajukan wibawa Khalidiyah
adalah wakil kedua Maulana Khalid di Istambul, Abdul al-Wahhab al-Susi,
yang merekrut Makkizada Musthafa Asim, syekh al-Islam masa itu ke dalam
tarekat ini. Usaha untuk meraih pengaruh atas kebijakan Utsmaniyah yang
disiratkan oleh berbagai upaya ini tidak pernah benar-benar berhasil.<br />
<br />
Pengaruh Maulana Khalid mungkin paling nampak di kampung halamannya,
Kurdistan. Cabang Naqsyabandiyah yang beliau perkenalkan di sana
sepenuhnya memudarkan pengaruh "Qadiriyah", yang sebelumnya merupakan
tarekat paling menonjol di wilayah Kurdistan, dan memunculkan sejumlah
keluarga sebagai pemimpin turunan tarekat itu, serta memegang
kepemimpinan dalam urusan negara Kurdistan. Hubungan keturunan
Naqsyabandiyah dengan separatisme Kurdistan, dan kemudian nasionalisme,
pertama kali terlihat dalam pemberontakan besar Kurdistan 1880 yang
dipimpim oleh Ubaidillah dari Syamdinan, yang berhasil membebaskan diri,
untuk sementara, sebagian besar orang Kurdistan Iran dari kendali Iran.
Keluarga Barzani juga mampu mendominasi ungkapan nasionalisme Irak
selama beberapa puluh tahun melalui wibawa Naqsabandiyah yang
diwarisinya.<br />
<br />
Khalidiyah juga mengakar dengan cepat dan tepat di Daghestan, wilayah
pegunungan yang terletak di pertemuan Kaukasus dan Rusia Selatan.<br />
<br />
Wilayah ini pertama kali diperkenalkan dengan Naqsyabandiyah pada akhir
abad ke-18, tetapi kedatangan Khalidiyah yang membuat wilayah itu
menjadi daerah Naqsyabandi semasa hidup Maulana Khalid. Penekanan ganda
Khalidiyah di Daghestan adalah penggantian hukum-kebiasaan (cotumary
law) non Islam menjadi syari'at dan perlawanan terhadap pemerintah
Rusia. Pemimpin Naqsyabandiyah pertama untuk orang Daghestan adalah
Ghazi Muhammad, yang meninggal dibunuh oleh orang Rusia pada 1832, dan
penggantinya dua tahun kemudian mengalami nasib yang sama. Sebaliknya
Syamil, yang kemudian mengambil kepemimpinan gerakan itu, mampu menahan
Rusia hingga 159, salah satu perlawanan Muslim terhadap imperialisme
Eropa yang terlama dan terkenal. Pengaruh Naqsyabandiyah di Daghestan
ternyata sulit dicabut; kaum Naqsyabandiyah aktif dalam pemberontakan
1877 oleh Daghestan dan Chechenia yang berjaya pada rentang waktu antara
runtuhnya tsar Rusia dan pembentukan pemerintahan Soviet.<br />
<br />
Wilayah populasi Muslim lain yang diperintah oleh Rusia yang ternyata
menerima Khalidiyah adalah Volga-Ural (sekarang Tatarstan dan Baskira).<br />
<br />
Wakil Maulana Khalid di Makkah, Abdullah Makki (Erzincani), menerima
seorang murid dari Kazan, Fatsullah Menavusi; namun, yang pengaruhnya
terbukti menentukan adalah pengikut Ghumushaveni asal Basykar, Syekh
Zainullah Rasulev dari Troisk. Semula Rasulev adalah pengikut garis
mujaddidiyah yang pergi ke Bukhara, kemudian mengalihkan kesetiaanya
kepada Gumushaveni setelah berkunjung ke Istambul pada 1870. Ketika
kembali, dia mempropagandakan Khalidiyah sehingga membangkitkan
permusuhan dari para pesaingnya dan menimbulkan kecurigaan dari pihak
berwenang Rusia; hal ini mengakibatkan Rasulev dipenjara dan diasingkan.
Kemudian bebas lagi pada 1881 dia memperkukuh dan memperkuat
pengikutnya sehingga ratusan murid berada di bawah pengaruhnya; mereka
tidak hanya tersebar diwilayah Volga-Ural, tetapi juga di Kazakhstan dan
Siberia. Tatkala kematian tiba pada 1917, dia disebut sebagai "raja
spiritual rakyatnya", dan setelah kematiannya wibawa Rasulev tetap terus
bergaung sampai pada periode Soviet: tiga kepala Direktorat Spiritual
untuk kaum Muslim Rusia Eropa dan Siberia yang berfungsi di bawah
pengawasan Soviet adalah murid-murid Rasulev.<br />
<br />
Akhirnya, Khalidiyah memastikan pula penanaman pengaruh Naqsyabandiyah
secara permanen di dunia Melayu Indonesia. Abdullah Makki mempunyai
murid dari Sumatera yaitu Ismail Minangkabawi. Setelah lama menetap di
Makkah, Minangkabawi menetap di Penyengat wilayah kepulauan Riau. Di
sana, ia memperoleh kesetiaan dari keluarga pemerintahan, yang sudah
mulai diperkenalkan pada Naqsyabandiyah oleh Duta-duta pemerintah yang
dikirim dari Madinah oleh Muhammad Mazhhar. Dia juga pergi ke Melayu
hingga Kedah, mempropagandakan Khalidiyah ke mana pun ia pergi. Namun
usahanya merupakan rintisan, dan digantikan oleh kegiatan dua Khalidiyah
yang tinggal di Makkah yaitu Khalil Hamdi Pasya dan Syekh Sulaiman
Zuhdi. Kenyataan bahwa kedua orang ini adalah pesaing, saling menuduh
bahwa yang lainnya adalah menyimpang dari prinsip Naqsyabandiyah,
menyiratkan betapa dunia Melayu Indonesia menjadi sumber pengikut yang
kaya untuk Naqsyabandiyah. Dalam jangka panjang, Sulaiman Zuhdi lebih
berhasil dari pada pesaingya, hingga Jabal Abi Qubais di Makkah, tempat
dia tinggal, dipandang sebagai sumber seluruh Tarekat Naqsyabandiyah di
Asia Tenggara. Di antara murid ini banyak yang mendirikan Khalidiyah di
berbagai tempat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi, yang paling penting
adalah Abdil Wahab Rokan (w. 1926). Beliau dikirim dari Makkah pada
tahun 1868 dengan misi untuk menyebarkan Khalidiyah di seluruh Sumatera,
dari Aceh sampai Palembang -- misi yang beliau dilaksanakan dengan
sukses besar adalah dari pesantrennya di Bab Al-Salam, Lengkat-Tinggal
menetap selama tiga tahun di Johor, dan memungkinkan dia untuk
memperluas pengaruhnya lebih jauh ke Semenanjung Malaya.<br />
<br />
Praktik Naqsyabandiyah di Dunia Melayu Indonesia sejak dini sangat
berbeda dengan adanya ritual yang disebut dengan suluk, yakni menyendiri
dengan jangka waktu yang berbeda-beda dan sebagian diiringi dengan
puasa. Asal usul praktik ini sangat berbeda dengan tradisi
Naqsyabandiyah yang tidak diketahui. Putusnya hubungan dengan Makkah
akibat penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah makin menambah ciri khas
bagi kaum Naqsyabandiyah di Melayu Indonesia.<br />
<br />
Namun, terjadi semacam penyejajaran antara Khalidiyah dengan negara
Utsmaniyah pada masa pemeritahan Abdulhamid II, yang berteman dengan
Khalidiyah terkemuka di Istambul, Ahmed Ziyauddin Gumushanevi (w. 1893).
Kepentingan Gumushanevi jauh mentransendenkan yang politis: tulisannya
yang dimiliki banyak mengenai sufisme pada umumnya dan Naqsyabandiyah
pada khususnya, mewakili puncak sastra sufi Utsmaniyah besar yang
terakhir. Sebaliknya, Adbulhamid sangat ditentang oleh Syekh
Naqsyabandiyah yang menonjol lainnya, Muhamad As'ad dari Ibril wilayah
Irak Utara. <br />
<br />
<b>Peran Politik</b></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;"><br />
<br />
Tidak semua perkembangan formatik yang berkenaan dengan Naqsyabandiyah
berkaitan dengan Ghulam Ali Dihlavi dan keturunannya. Salah satu
keturunan dari Ahmad Sirhindi didirikan di Syur Bazar di pinggiran Kabul
pada pertengahan abad ke-19, dan para anggota cabang ini memainkan
peranan penting dalam urusan negara Afghanistan hingga pembentukan
negara pasca Komunis pertama pada tahun 1991. Di tempat lain di Asia
Tengah, Naqsyabandiyah dari berbagai keturunan menonjol dalam
perlawanannya terhapap Rusia dan sesudahnya. Dengan demikian pertahanan
Goktepe oleh para Turkmen Akhel-Tekke diarahkan oleh seorang pengikut
Naqysabandiyah, yaitu Muhammad Ali Ihsan (Dukchi Ikhsan). Naqsyabandiyah
juga memimpin pemberontakan melawan pemerintah Cina di Xinjing pada
tahun 1863 dan 1864 dan di Shannxi serta Gunsu antara 1862 dan 1873.<br />
<br />
Ciri khas yang ditunjukan oleh kelompok Naqyabandiyah ini sering
digambarkan dalam negara modern, terutama di Turki. Namun, di Turkli
perlawanan Naqsyabandiyah terhadap sekulerisme selalu bersifat pasif
(kecuali pemberontakan Sa'id). Penggambaran peristiwa Menemen 1931
sebagai konspirasi Naqsyabandiyah yang menyebabkan Syekh Muhammad As'ad
(Mehmed Esad) dihukum mati secara adil, sekarang diragukan.<br />
<br />
Sejumlah pemimpin Naqsyabandiyah menjadi orang penting sebagai guru
spiritual dan intelektual: Mahmud Sami Ramazanoglu (w. 1984), pengganti
Syekh Muhammad As'ad. Mehmed Zahid Kotku (w.1980), keturunan spiritual
dari Gumushanevi bersama penggantinya Esad Gosan (sampai sekarang masih
hidup) dan Resit Erol (w. 1994). Kegiatan mengajar para syekh ini
beserta syekh lainnya secara alamiah memiliki pengaruh politik, namun
cenderung mengarah pada pengintegrasian Naqsyabandiyah ke dalam struktur
Republik Turki, dan bukan penolakan terhadap struktur tersebut. Penting
dicatat bahwa beberapa pemimpin Naqsyabandiyah hadir secara menonjol di
pemakaman Presiden Turki, Turgut Ozal pada 1993.<br />
<br />
Kaum Naqsyabandiyah dalam jumlah dan kekuatan intelektualnya, tidak
dapat digambarkan secara seragam dalam Dunia Islam sekarang ini.<br />
<br />
Pengaruh mereka mungkin paling kuat di Turki dan wilayah Kurdistan, dan
yang paling lemah adalah di Pakistan. Pada masa pemerintahan Soviet,
pengaruh Naqsyabandiyah sangat terasa pada gerakan "Islam bawah tahan"
di Kaukasus Asia Tengah. Namun, pada akhirnya pemerintahan Soviet tidak
diikuti perkembangan Naqsyabandiyah di permukaan.<br />
<br />
<b>Berbagai Ritual dan Teknik Spiritual Naqsyabandiyah</b></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;">Seperti
tarekat-tarekat yang lain, Tarekat Naqsyabandiyah itu pun mempunyai
sejumlah tata-cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri.
Memang dapat juga dikatakan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas
ibadah, teknik dan ritual, sebab demikianlah makna asal dari istilah
thariqah, "jalan" atau "marga". Hanya saja kemudian istilah itu pun
mengacu kepada perkumpulan orang-orang yang mengamalkan "jalan" tadi.<br />
<br />
Naqsyabandiyah, sebagai tarekat terorganisasi, punya sejarah dalam
rentangan masa hampir enam abad, dan penyebaran yang secara geografis
meliputi tiga benua. Maka tidaklah mengherankan apabila warna dan tata
cara Naqsyabandiyah menunjukkan aneka variasi mengikuti masa dan tempat
tumbuhnya. Adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah, dan guru-guru
yang berbeda telah memberikan penekanan pada aspek yang berbeda dari
asas yang sama, serta para pembaharu menghapuskan pola pikir tertentu
atau amalan-amalan tertentu dan memperkenalkan sesuatu yang lain. Dalam
membaca pembahasan mengenai berbagai pikiran dasar dan ritual berikut,
hendaknya selalu diingat bahwa dalam pengamalannya sehari-hari
variasinya tidak sedikit.<br />
<br />
<b>Asas-asas</b><br />
</span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;">Penganut
Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu
dirumuskan oleh 'Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah
penambahan oleh Baha' al-Din Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu
per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama
para penganut Khalidiyah, Jami al-'Ushul Fi al-'Auliya. Kitab karya
Ahmad Dhiya' al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh
tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin
al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai
secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan
uraian Taj al-Din Zakarya ("Kakek" spiritual dari Yusuf Makassar)
sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan
namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan
penganut Naqsyabandiyah India).<br />
<br />
<b>Asas-asasnya 'Abd al-Khaliq adalah:</b><br />
<br />
Hush dar dam: "sadar sewaktu bernafas". Suatu latihan konsentrasi: sufi
yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan
nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada
nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan spiritual dan
membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang perhatian
berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah (al-Kurdi).<br />
<br />
Nazar bar qadam: "menjaga langkah". Sewaktu berjalan, sang murid
haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke
depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak
dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.<br />
<br />
Safar dar watan: "melakukan perjalanan di tanah kelahirannya". Melakukan
perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya
sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang
mulia. [Atau, dengan penafsiran lain: suatu perjalanan fisik, melintasi
sekian negeri, untuk mencari mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang
sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaranya dengan
Allah (Gumusykhanawi)].<br />
<br />
Khalwat dar anjuman: "sepi di tengah keramaian". Berbagai pengarang
memberikan bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep "innerweltliche
Askese" dalam sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya
seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa
orang mengartikan asas ini sebagai "menyibukkan diri dengan terus
menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan
sewaktu berada di tengah keramaian orang"; yang lain mengartikan sebagai
perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat
sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja
dan selalu wara'. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif
dalam politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu
kepada asas ini.<br />
<br />
Yad kard: "ingat", "menyebut". Terus-menerus mengulangi nama Allah,
dzikir tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir
lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan
lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak
dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi
harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah
yang permanen.<br />
<br />
Baz gasyt: "kembali", " memperbarui". Demi mengendalikan hati supaya
tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid
harus membaca setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di
antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya
Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang
kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah
senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang
halus kepada Tuhan semata.<br />
<br />
Nigah dasyt: "waspada". Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus
sewaktu melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan
perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan
untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai dengan makna
kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru (anonim): "Kujaga
hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh
tahun."<br />
Yad dasyt: "mengingat kembali". Penglihatan yang diberkahi: secara
langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan
nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan
beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini
ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani
tertinggi yang bisa dicapai. <br />
<br />
<b>Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi</b>:<br />
</span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;"></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;"></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;">Wuquf-i
zamani: "memeriksa penggunaan waktu seseorang". Mengamati secara
teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan
agar ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara
terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan
terpuji, hendaklah berterimakasih kepada Allah, jika seseorang tidak ada
perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan berdosa, hendaklah ia
meminta ampun kepada-Nya.<br />
<br />
Wuquf-i 'adadi: "memeriksa hitungan dzikir seseorang". Dengan hati-hati
beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya
mengembara ke mana-mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan
ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.<br />
Wuquf-I qalbi: "menjaga hati tetap terkontrol". Dengan membayangkan hati
seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di
hadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah,
dan dengan demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras dengan
dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan gambar
hati dengan nama Allah terukir di atasnya. <br />
</span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;"><b>Zikir dan Wirid</b><br />
</span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: x-small;">Teknik
dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir
yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la
ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan
Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali, Tarekat
Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir
yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, "tersembunyi", atau qalbi, "
dalam hati"), sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih
disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti
diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan
tarekat lain.<br />
<br />
Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.
Banyak penganut Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara
sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh
cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana
dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu
dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum'at dan malam Selasa; di
tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang
waktu yang lebih lama lagi.<br />
<br />
Dua dzikir dasar Naqsyabandiyah, keduanya biasanya diamalkan pada
pertemuan yang sama, adalah dzikir ism al-dzat, "mengingat yang Haqiqi"
dan dzikir tauhid, " mengingat keesaan". Yang duluan terdiri dari
pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung
dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata. Dzikir
Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas
bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa
llah, yang dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh.
Bunyi la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke hati sampai ke
ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu
kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati
bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di
hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu
mendenyutkan nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.<br />
<br />
Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih
tinggi tingkatannya adalah dzikir latha'if. Dengan dzikir ini, orang
memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu bergetar dan
memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh.
Titik-titik ini, lathifah (jamak latha'if), adalah qalb (hati), terletak
selebar dua jari di bawah puting susu kiri; ruh (jiwa), selebar dua
jari di atas susu kanan; sirr (nurani terdalam), selebar dua jari di
atas putting susu kanan; khafi (kedalaman tersembunyi), dua jari di atas
puting susu kanan; akhfa (kedalaman paling tersembunyi), di tengah
dada; dan nafs nathiqah (akal budi), di otak belahan pertama. Lathifah
ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya
meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir
yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar
dalam nama Tuhan. Konsep latha'if -- dibedakan dari teknik dzikir yang
didasarkan padanya -- bukanlah khas Naqsyabandiyah saja tetapi terdapat
pada berbagai sistem psikologi mistik. Jumlah latha'if dan nama-namanya
bisa berbeda; kebanyakan titik-titik itu disusun berdasarkan
kehalusannya dan kaitannya dengan pengembangan spiritual.<br />
<br />
Ternyata latha'if pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga.
Memang, titik-titik itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan
dalam psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.<br />
<br />
Asal-usul ketiga macam dzikir ini sukar untuk ditentukan; dua yang
pertama seluruhnya sesuai dengan asas-asas yang diletakkan oleh 'Abd
Al-Khaliq Al-Ghujdawani, dan muntik sudah diamalkan sejak pada zamannya,
atau bahkan lebih awal. Pengenalan dzikir latha'if umumnya dalam
kepustakaan Naqsyabandiyah dihubungkan dengan nama Ahmad Sirhindi.
Kelihatannya sudah digunakan dalam Tarekat Kubrawiyah sebelumnya; jika
ini benar, maka penganut Naqsyabandiyah di Asia Tengah sebetulnya sudah
mengenal teknik tersebut sebelum dilegitimasikan oleh Ahmad Sirhindi.<br />
<br />
Pembacaan tidaklah berhenti pada dzikir; pembacaan aurad (Indonesia:
wirid), meskipun tidak wajib, sangatlah dianjurkan. Aurad merupakan
doa-doa pendek atau formula-formula untuk memuja Tuhan dan atau memuji
Nabi Muhammad, dan membacanya dalam hitungan sekian kali pada jam-jam
yang sudah ditentukan dipercayai akan memperoleh keajaiban, atau paling
tidak secara psikologis akan mendatangkan manfaat. Seorang murid dapat
saja diberikan wirid khusus untuk dirinya sendiri oleh syekhnya, untuk
diamalkan secara rahasia (diam-diam) dan tidak boleh diberitahukan
kepada orang lain; atau seseorang dapat memakai kumpulan aurad yang
sudah diterbitkan. Naqsyabandiyah tidak mempunyai kumpulan aurad yang
unik. Kumpulan-kumpulan yang dibuat kalangan lain bebas saja dipakai;
dan kaum Naqsyabandiyah di tempat yang lain dan pada masa yang berbeda
memakai aurad yang berbeda-beda. Penganut Naqsyabandiyah di Turki,
umpamanya, sering memakai Al-Aurad Al-Fathiyyah, dihimpun oleh Ali
Hamadani, seorang sufi yang tidak memiliki persamaan sama sekali dengan
kaum Naqsyabandiyah.</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-4464483923857426772013-07-01T16:22:00.002-07:002013-07-01T16:24:04.456-07:00Shalat Kok Cuma Fikihnya Aja?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOs9W4_Y2hARHPdGjmX5qRnl-j42P0WgYe9u3I2Il-RErS4LxCJhx3UFnrhYxINY8ImC64o6hdj-pHXRAg2x2m-n19Gs07rQMubL1O8A2ODGqTFRsg0_a_PZOoovJxI16lyYw7ZLjRJo5k/s441/sholat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOs9W4_Y2hARHPdGjmX5qRnl-j42P0WgYe9u3I2Il-RErS4LxCJhx3UFnrhYxINY8ImC64o6hdj-pHXRAg2x2m-n19Gs07rQMubL1O8A2ODGqTFRsg0_a_PZOoovJxI16lyYw7ZLjRJo5k/s320/sholat.jpg" width="309" /></a></div>
Jika seseorang ingin mendapatkan dan menikmati keindahan mutiara dari
dasar lautan, tanpa adanya usaha dan niatan meraih dalam genggapan
tangan, berdiam diri dari kejauahan seraya mendengarkan suara kicauan
burung Camar. Apalah arti dari itu semua ?<br />
Demi Allah…!!! tidak
ada satu pun butir mutiara yang dia dapatkan. Cara utama yang harus ia
lakukan untuk meraihnya hanyalah menyelam, membongkar batu-batu karang
untuk sampai ke dasar lautan demi meraih mutiara yang diinginkan.<br />
Begitulah
perumpamaan orang-orang yang membaca bacaan shalat, tapi tidak memahami
isi dari makna bacaan tersebut. Menghafal, tapi miskin pemahaman,
melaksanakan shalat, tapi tidak paham makna dari bacaan dalam setiap
gerakannya.<br />
Ketika Rasulullah SAW mengharamkan khamr (minuman
keras), beliau melarang dengan beberapa tahapan, tidak semerta-merta
melarang secara langsung kepada umatnya. Tapi dengan secara perlahan
dan bertahap. Tidak langsung dengan ungkapan, “Jangan sekali-kali kalian
meminum khamr !”, karena seandainya Rasulullah SAW langsung melarang
keras meminum khamr tanpa adanya dalil atau penjelasan sebab
dilarangnya, niscaya tiada seorang pun yang akan meninggalkannya.<br />
<a name='more'></a><br />
Rasulullah
SAW paham betul bahwa butuh waktu untuk mengubah suatu budaya pada
masyarakat tertentu,sebelum turunnya ayat yang menjelaskan atas larangan
khamr Allah telah menurunkan ayat yang menjelaskan tentang buahan yang
memabukan, lalu ayat yang menjelaskan manfaat dan mudharatnya. Hingga
Tiba ayat yang melarang meminum khamr hanya pada saat akan sholat,
seperti Allah berfirman :<br />
<div dir="RTL">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُون</div>
Artinya
: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendekati shalat
sedang kalian dalam keadaan mabuk, hingga kalian memahami apa yang
kalian katakan”. (Q.S. An-nisa: 43)<br />
<b>Imam Al-ghazali</b> berkata dalam kitabnya yang berjudul “<b>Ihya Ulumuddin</b>”
mengenai ayat ini, bahwa ‘illat dari pelarangan khamr pada tahapan ini
adalah ketidaksadaran, tapi saat ini, berapa banyak orang yang tidak
meminum khamr namun tidak sadar dan memahami apa yang dia katakan dalam
sholatnya ? Dari ayat diatas, dapat dipahami, bahwa memahami bacaan
dalam sholat merupakan sebuah keharusan. Dan Imam Al-ghazali secara
tidak langsung menyinggung <b>ketidakpahaman seseorang mengenai bacaan dalam sholat, tak bedanya seperti orang yang mabuk.</b><br />
Padahal,
dalam Al-Qur’an, sholat dapat menghindarkan perbuatan keji dan munkar,
tapi mengapa masih banyak orang-orang yang sholat namun masih berprilaku
keji dan munkar ? Jawabannya bukan sholatnya yang tidak benar secara
fiqhiyyah, tapi cacatnya hati yang tidak memahami ibadah sholat secara
ruhaniyyah dan ubudiyyah.<br />
Sholat merupakan ibadah yang memiliki
kedudukan yang tinggi dalam islam. Ada banyak hadist yang mengungkapkan
tingginya maqom shalat, seperti hadist yang mengungkapkan bahwa amalan
pertama yang akan di-hisab di akhirat nanti adalah shalat. Dan shalat
adalah tiang agama, barang siapa yg mendirikannya maka telah mendirikan
agama, dan barang siapa yang meninggalkannya maka telah menghancurkan
agama. Lalu, ketika Rasulullah ditanya amalan apakah yang paling utama ?
Maka Rasul menjawab shalat pada waktunya.<br />
Seakan-akan barometer
ketakwaan dan ketaatan seorang muslim dilihat dari shalatnya ?
Sebagaimana firman Allah dalam alqur’an bahwa shalat mencegah dari
perbuatan yang keji dan munkar. Padahal hakekatnya, shalat tidak bisa
hanya dilihat dari segi fiqhiyyahnya sendiri, hanya mementingkan nilai
ritual daripada nilai spiritual, itu salah! Begitu juga sebaliknya,
ketika nilai spiritual di tonjolkan namun nilai ritual di abaikan ini
juga keliru. Hadits rasulullah yang berbunyi ‘shalatlah kalian,
sebagaimana aku shalat’ tak bisa hanya dipahami hanya gerakan ritualnya
saja. Tapi, lihat pula bagaimana spritual rasulullah ketika shalat ?
Manifestasi benarnya shalat adalah mulianya akhlak. Tindak amoral dan
asosial adalah manifestasi dari rusaknya nilai spiritual seorang hamba
dalam shalat.<br />
sholat yang benar secara ritual dan spiritual itu yang
seperti apa? Shalat yang benar secara ritual itu shalat yang syarat sah
dan rukunnya terpenuhi. Dan shalat yang benar secara spiritual ketika
hatinya hadir menghadap Allah dalam setiap gerakan dan bacaannya.
Memahami penuh makna setiap bacaan dan gerakan shalatnya lalu
menghujamkannya ke hati yang disebut dengan tafahhum. Semoga Allah
senantiasa membukakan pintu-pintu ma’rifah yang tertutup dan
menghidupkan hati yang tertidur. Wallahu a’lam.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-16965173467177407082013-05-31T01:44:00.001-07:002013-05-31T01:44:06.722-07:00Postur Tubuh Rasulullah saw<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq9_p4CiDr97nH-g2XesgPKm84JhyTdgYIscvPRZmxizVRABna1WZ64KRLJBI7SVHVSXEysSQRJMrJSd-LF9HngmBMA8iDPHYMh8rZ2-NgIQEn74Lyy2HdPmjEnqXpNU0JNqVwMr4R4Bag/s1600/muhammad_wallpaper_3_by_mrhighsky.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq9_p4CiDr97nH-g2XesgPKm84JhyTdgYIscvPRZmxizVRABna1WZ64KRLJBI7SVHVSXEysSQRJMrJSd-LF9HngmBMA8iDPHYMh8rZ2-NgIQEn74Lyy2HdPmjEnqXpNU0JNqVwMr4R4Bag/s320/muhammad_wallpaper_3_by_mrhighsky.jpg" width="320" /></a></div>
Ali bin Abi Thalib berkata:<br />
“Warna kulit Rasulullah saw
putih kemerah-merahan; matanya sangat hitam; rambut dan jenggotnya
sangat lebat; halus bulu dadanya; lehernya bagai teko dari perak; dari
dada atas hingga pusarnya terdapat bulu yang memanjang s<br />
eperti pedang,
tidak terdapat bulu lain di perut dan dadanya selain itu; telapak
tangan dan kakinya tebal;bila berjalan, melakukannya dengan cepat
seakan-akan menuruni sebuah bukit; bila menoleh, menoleh dengan seluruh
badannya; keringatnya bagai mutiara dan baunya lebih harum dari wangi
minyak kasturi; tidak tinggi dan tidak pendek; tidak berkata buruk dan
jahat; tak pernah aku menjumpai orang sepertinya.”<br />
<br />
Dalam
riwayat lain: “Di antara pundaknya terdapat tanda kenabian yang juga
dimiliki nabi-nabi yang lain; sangat dermawan, pemaaf, jujur tutur
katanya, menepati janji, lembut perangainya, mulia pergaulan, orang yang
melihatnya pasti akan segan padanya, dan siapa yang bergaul dengannya
pasti akan mencintainya. Yang pernah melihatnya mengatakan: tak pernah
aku menjumpai orang sepertinya.”<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Al-Barra’ bin Azib
berkata: “Postur tubuh Rasulullah SAW sedang, dadanya bidang; rambutnya
panjang hingga telinga bawah; aku melihatnya mengenakan pakaian merah,
tak pernah kulihat orang setampan dia”<br />
<br />
Ummu Ma’bad al
Khuzai berkata: “Rasulullah SAW adalah sesosok lelaki yang tampan;
bersinar wajahnya; baik akhlaknya; perutnya tidak gendut; tidak kecil
kepalanya; hitam matanya sangat hitam; bulu matanya lebat dan lentik;
suaranya berwibawa; lehernya bersih bersinar; jenggotnya lebat; alisnya
tipis memanjang dan bersambung satu dengan yang lain; jika diam
berwibawa; jika berbicara, tutur katanya indah; sedap dipandang dari
jauh maupun dari dekat; manis bicaranya, jelas, tidak terlalu singkat
dan tidak bertele-tele; bahkan seperti untaian mutiara. Postur tubuhnya
sedang; tidak terlalu tinggi, atau terlalu pendek sehingga diremehkan
orang lain, paling tampan diantara siapapun. Cabang diantara dua
cabang; paling tampan diantara siapapun, dan terhormat. Dia memiliki
para sahabat yang senantiasa bersamanya, mereka diam bila beliau
berbicara, dan segera bergerak bila dia memerintahkan sesuatu. Dia
tidak pernah terlihat cemberut atau menampakkan muka sebagai orang
bodoh”.<br />
<br />
Anas bin Malik al Anshari ra menyebutkan ciri-ciri
Rasulullah saw dengan perkataannya: “Rasulullah saw perawakannya
sedang. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Mukanya
bercahaya tidak putih sekali dan tidak coklat. Rambutnya tidak keriting
dan tidak lurus tetapi bergelombang.”<br />
<br />
Hind bin Abi Halah
berkata: “Rasulullah SAW mulia dan dimuliakan. Mukanya bersinar
seperti bulan purnama. Lebih tinggi dari orang yang sedang tingginya
dan lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepalanya besar, rambutnya
bergelombang, jika disisir akan tertata bagus jika dibiarkan rambutnya
tidak melebihi daun telinganya. Mukanya bercahaya, keningnya lebar,
alisnya tipis memanjang, lebat tidak menyambung, diantara alisnya urat
yang mengeluarkan keringat ketika beliau marah. Hidungnya mancung
bercahaya. Jenggotnya tebal. Hitam bola matanya sangat pekat. Pipinya
rata dan halus. Mulutnya lebar, giginya putih bagus dan renggang.
Memiliki bulu halus yang memanjang dari dada sampai pusar. Lehernya
seperti leher boneka yang berkilau bagaikan perak. Perawakannya sedang,
berbadan besar dan berisi, dada dan perutnya rata, dadanya bidang.
Badannya putih terdapat bulu halus yang memanjang seperti garis dari
dada sampai pusarnya, tidak terdapat bulu lain di dada dan perutnya
selain itu. Tangan dan pundaknya berbulu lebat. Dadanya lebar, lengan
tangannya panjang, telapak tangannya lebar. Kulit telapak tangan dan
kakinya tebal. Jari-jarinya bagus, ruas jarinya lurus. Lekukan telapak
kakinya dalam, bagian atas telapak kakinya sangat rata dan halus.
Melangkah dan berjalan tidak cepat dan tidak pelan. Kadang berjalan
cepat seakan-akan sedang menuruni bukit. Jika menoleh, menoleh dengan
seluruh badannya. Selalu menundukkan pandangan, lebih sering memandang
ke bawah dari pada ke atas, tatapannya lebih banyak tatapan yang
memperhatikan. Menggiring para sahabatnya dan memulai salam kepada siapa
saja yang ditemuinya.”<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-29537025478178567322013-05-22T17:14:00.002-07:002013-05-22T17:19:42.022-07:00Hizib Dalam Tasawuf<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhELFzpWtqZjZGUR8YkqvC57pRbU_avtoqRXhjrm0QGIW0qudAYo0D2K-5AZzBTPKwgD7kZhZO9LQ-db8lAxBBbAwG_neIUjTa7RNHiKBPZ4D1_JPt5izVfzzBaGUdS6TCeBkN0hrFgxVIg/s1600/img-featured.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhELFzpWtqZjZGUR8YkqvC57pRbU_avtoqRXhjrm0QGIW0qudAYo0D2K-5AZzBTPKwgD7kZhZO9LQ-db8lAxBBbAwG_neIUjTa7RNHiKBPZ4D1_JPt5izVfzzBaGUdS6TCeBkN0hrFgxVIg/s1600/img-featured.jpg" /></a></div>
Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok
bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara, Kata Hizib muncul di
Al-Quran sebanyak beberapa kali yaitu :<br />
1. Surat Al Maaidah ayat 56 :<br />
Dan barang siapa yang menjadikan Allah ta’ala, RosulNya dan orang-orang
yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan (Hizbu)
Alloh-lah sebagai pemenang.<br />
2. Surat Al Kahfi ayat 12 :<br />
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara
kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung
berapa lamanya mereka tinggal didalam gua itu<span class="fullpost"><br />
3. Surat Ar Ruum ayat 32 :<br />
dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi
beberapa golongan. setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan (HIzbin) mereka<br />
4. Surat Al Fathiir ayat 6 :<br />
Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia
sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.<br />
5. Surat Al Mujaadilah ayat 19 :<br />
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Alloh
ta’ala; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa golongan
(Hizba) setan lah yang merugi.<br />
6. Surat Mujadiilaah ayat 22 :<br />
Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah ta’ala
dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya,
anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang
didalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah
menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari Dia. Lalu
dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya
golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung.</span><br />
<a name='more'></a><br />
Masih segar dalam ingatan kita, ketika Nabi dan para sahabat bertempur
melawan kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan
5000 pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah
para malaikat (Hizbullah), kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan
untuk menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”.
Semisal hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung).<br />
Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi
thariqah atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai”
sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at;
yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at.<br />
Untuk selanjutnya, makna hizib adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa
bermakna munajat, ada hizib Ghazaly, Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib
Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani, Ratib Al-Ahdad, yang
masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri.<br />
Hizib adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian
kalimat-kalimat zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan
berulang-ulang sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt.<br />
As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki
banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa
khazanah hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak
dulu hingga sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib
tersebut banyak diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih
ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot
asy syaikh.<br />
Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili
langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada
anginnya. Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut :<br />
Pada waktu itu asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan
perjalan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus
menyeberangi laut merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau
akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu
juga akan berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan
tetapi keadaan laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup
untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai
berhari-hari, sehingga perjalannapun menjadi tertunda. Sampai akhirnya
pada suatu hari, asy syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam
perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri
secara imla’ (dikte) kepada syaikh.<br />
Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari Rasulululah SAW itu
beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya
berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak
memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu
tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti perintah asy syaikh.
Namun asy syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. “Ayo,
berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang
“, ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya,
angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa
berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu
menyatakan masuk islam.<br />
Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahri ini sudah digelar
di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar dan tersebar di
masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul bahri mengandung
Ismullohil ‘adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung.<br />
Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji
Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel (Istanbul
Turki) menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan
Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah,
Asy Syaikh Syadzili pernah berkata: Seandainya hizibku (Hizib Bahri,
Red.) ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh.
Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ
adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar,Wallahu a’lam.<br />
Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan
terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis
Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun.<br />
Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib
Bahri ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib
Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis
di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek
orang dan seterusnya.<br />
Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu, akan mendapat
perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud
jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat
luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan
menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia
akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah
menegurnya.<br />
Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama
lain tentang keampuhan Hizib Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam
Kasyf al-Zhunun jilid 1 (pada entri kata Hizb). Selain itu, Haji
Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahri telah disyarahi oleh banyak
ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan
Ibnu Sulthan al-Harawi.<br />
Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa
menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada
murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah
syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri. Namun untuk mengamalkan
Hizib ini seyogyanya harus melalui talqin atau ijazah dari seorang guru
yang memiliki wewenang untuk mengajarkannya. Seseorang yang tidak
mempunyai wewenang tidak berhak mengajarkannya ataupun memberikan hizib
ini kepada orang lain. Hal ini merupakan adabiyah atau etika
dilingkungan dunia thariqah.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-48771240103824507862013-05-22T17:08:00.003-07:002013-05-22T17:08:59.276-07:00Menembus Batas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimiGWft0Z2J45QbaHNXzmC66RzUI5cuu8X9y1mViQXXKE40SLkXTElBcgCFdruV8J0Ns52uTuLYaJozHrMq1_Oi16Pfu0UdgtDqMCE-KTeJkgIrV1SjtSIQEwQcBDOEYlwkhbyd85BmzPo/s1600/561388_4869296295607_1230785525_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimiGWft0Z2J45QbaHNXzmC66RzUI5cuu8X9y1mViQXXKE40SLkXTElBcgCFdruV8J0Ns52uTuLYaJozHrMq1_Oi16Pfu0UdgtDqMCE-KTeJkgIrV1SjtSIQEwQcBDOEYlwkhbyd85BmzPo/s320/561388_4869296295607_1230785525_n.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://filsafat.kompasiana.com/2009/12/10/menembus-batas-35915.html" target="_blank">Falikh Muhammad</a></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Alam Mitsal (alam malakut) adalah alam
yang berada antara alam makna/spiritual (alam jabarut) dan alam dunia
atau alam jasmani (alam muluk). Alam muluk adalah alam dunia yang sedang
kita lalui saat ini sedangkan alam jabarut adalah alam ketuhanan dan
alam yang ketiga adalah alam yang akan kita bahas saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karakter utama dari alam mitsal adalah
bahwa di alam ini yang murni spiritual dimaterikan, sedangkan yang
materi dispiritualkan, alam ini adalah alam perantara antara alam
jasmani dan rohani yang mana mahluk jasmani seperti manusia tidak
mungkin bisa berkomunikasi dengan mahluk spiritual seperti malaikat atau
jin. Di alam mitsal jiwa-jiwa manusia yang sucilah yang diijinkan untuk
bisa masuk, sedangkan jiwa yang masih kotor dengan dunia atau
terbelenggu oleh ikatan-ikatan dunia tidak akan diijinkan masuk. Dan ini
bisa dicapai ketika manusia berhasil melakukan pembersihan diri
(tazkiyat al-nafs) yang pada intinya adalah penspiritualan manusia,
karena alam mitsal adalah untuk jiwa yang telah dispiritualkan atau
dibersihkan dari debu dunia, dan bukan untuk jiwa yang kotor,
lebih-lebih bukan untuk jasad manusia. Tidak bisa entitas jasmani masuk
ke dalam alam misal. Walaupun ada juga yang menempuhnya dengan jalan
menyimpang mereka tertipu (<em>terkena talbis syaithan</em>) dan makin tersesat di dalamnya yang pada akhirnya mengaku-ngaku Waliyullah, nabi, rosul bahkan mengaku Tuhan (<em>Na’udzubillahi min dzalik</em>)</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan oleh Ibn ‘Arabi bahwa
orang-orang yang telah berhasil memasuki alam mitsal, mereka akan
disambut di sebuah gerbang oleh mahkluk yang telah ditugaskan oleh Allah
untuk melayaninya. Mereka mempersembahkan dan menganugerahi mereka
dengan jubah kebesaran sesuai dengan tingkat kesucian mereka. Lalu ia
mengajak mereka untuk berjalan-jalan dan berkeliling di sana. Yang
menakjubkan adalah bahwa ternyata mereka bisa melakukan dialog bukan
hanya dengan jenis manusia tetapi dengan batu-batuan, kayu, hewan, dan
sebagainya. Demikian juga mereka bisa berkomunikasi dengan sesama
manusia yang berbeda-beda bahasanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan apakah mereka melakukan dialog
seperti itu? Dialog seperti itu tentu tidak dilakukan dengan lisan
lahiriah tetapi dengan “lisan” batiniah. Kita juga tidak melihat
mahkluk-mahkluk itu dengan mata lahiriah kita tetapi dengan mata batin
kita. Sesungguhnya sebagian besar kita juga telah mengalami, dalam
tingkatnya yang rendah, berdialog atau melakukan persepsi/pengindraan
batin ini. Dalam mimpi ketika mata lahiriah kita tertutup rapat, kita
toh bisa melihat obyek-obyek yang muncul dalam mimipi kita. Dengan mata
manakah kita bisa melihat obyek-obyek tersebut ketika mata kepala kita
tertutup rapat ? Tentu dengan mata batiniah. Bahkan dalam mimpi selain
bisa melihat orang-orang yang masih hidup kita bisa melihat orang-orang
yang sudah meninggal. Dengan mereka bukan saja kita bisa saling pandang
tetapi juga bisa mengadakan dialog. Bagaimana kita bisa melakukan dialog
dengan mereka ketika mulut kita terkatup? Tentu bukan dengan lisan yang
sehari-hari kita gunakan. Bukankah Allah juga menunjukkan dalam salah
satu ayatnya bahwa pada hari kebangkitan bukan lisan kita yang
berbicara, tetapi tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh kita yang
lainnya. Ini adalah isyarat bahwa ada selain lisan yang bisa kita
gunakan untuk berkomunikasi pada tataran dunia yang lebih tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alam mitsal ini, menurut para ahli (<em>ahli sufi, Mursyid Thariqah</em>), terbagi menjadi dua. Bagian atas lebih mencerminkan dunia spiritual yang disimbolkan dengan istilah “<em>jabal qa</em>” sedangkan bagian bawah lebih mencerminkan dunia material/jasmani yang disimbolkan dengan istilah “<em>jabal sha</em>“.
Bagian atas alam mitsal ini merupakan tempat bagi mahkluk-mahkluk
spiritual, seperti malaikat, untuk memanifestasikan dirinya kepada
orang-orang yang berkenan masuk ke alam ini, sedangkan bagian bawahnya
tempat bermanifestasinya mahkluk-mahkluk lainnya, seperti jin,
barangkali tuyul, dedemit, gondoruwo dan sebagainya, dengan mana
orang-orang tertentu bisa mengadakan komunikasi atau dialog.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari apa yang telah dijabarkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa di alam mitsal kita berdialog bukan dengan
indra lahir tetapi indra batin, karena memang kita, menurut para pemikir
muslim, memiliki bukan hanya panca indera lahir tetapi juga panca
indera batin, yang masing-masing bisa mempunyai pengalaman yang unik. <em>Wallahu a’lam.</em></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-3237147896578536152013-05-22T16:32:00.001-07:002013-05-22T16:34:04.606-07:00Grand Shaikh Al-Azhar: Keterlibatan Kanal Islami Dalam Konflik Politik Rugikan Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitVJ1rW1BlVnNx0RR9NA3nWTYxPDkw0gPGRwxupq2J4TqMkJYcbjRnU2dLRmpeZXIn6ht3vgTxIwFqkpMJr_AOQ3_jR4v87TYZo0cXqtweyv-BxxD-0ReICC5L4nn-HxN0nN1XbsYxVsqj/s1600/Syeikh-Al-Azhar_20121118193130.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitVJ1rW1BlVnNx0RR9NA3nWTYxPDkw0gPGRwxupq2J4TqMkJYcbjRnU2dLRmpeZXIn6ht3vgTxIwFqkpMJr_AOQ3_jR4v87TYZo0cXqtweyv-BxxD-0ReICC5L4nn-HxN0nN1XbsYxVsqj/s320/Syeikh-Al-Azhar_20121118193130.jpg" width="320" /></a></div>
Grand Shaikh Al-Azhar Prof. DR. Ahmad Thayeb menegaskan bahwa saat
ini merupakan kesempatan emas bagi Al-Azhar untuk bekerja dengan seluruh
kemampuannya demi mengembalikan kejayaannya di masa lalu. Beliau juga
menegaskan bahwa Al-Azhar tidak akan mungkin berkhianat terhadap agama
dan syariat Allah SWT.. Pasca kunjungannya ke Uni Emirat Arab, beliau
mengatakan bahwasanya bukan tugas Dewan Ulama Senior untuk setuju atau
tidak terhadap setiap draft undang-undang yang akan disahkan di Mesir.
Akan tetapi, tugas Dewan Ulama Senior adalah menjelaskan kepada umat
apakah draft suatu undang-undang sesuai dengan syariat Islam atau tidak.
Beliau juga mengisyaratkan bahwa sebagian poin dari draft undang-undang
sukuk (obligasi) yang diajukan oleh MPR Mesir sesuai dengan syariat,
namun sebagian poin yang lain tidak sesuai dengan syariat. Dan Dewan
Ulama Senior memberikan syarat-syarat dalam draft undang-undang sukuk
tersebut agar tidak mengganggu aset-aset fundamental milik negara.<br />
<a name='more'></a><br />
Grand
Shaikh Al-Azhar juga menegaskan bahwa Mesir tidak akan terjebak dalam
perang saudara. Menggunakan slogan-slogan agama dalam berkampanye
merupakan tindakan yang bertentangan dengan Islam dan sistem demokrasi
yang benar, serta akan menghancurkan sistem demokrasi itu sendiri.
Demikian juga masuknya kanal-kanal televisi islami ke dalam pusaran
perang politik dapat membahayakan Islam sendiri. Karena, kanal-kanal
tersebut tidak menjaga kemuliaan Islam dan malah membuatnya menjadi
obyek pembicaraan tanpa etika di kalangan masyarakat.<br />
Sepulang
Grand Shaikh Al-Azhar dari kunjungannya ke luar negeri, mingguan Shaut
Al-Azhar berhasil mengadakan wawancara eksklusif dengan beliau. Berikut
ini wawancara tersebut yang telah dialih-bahasakan oleh redaksi
<a href="http://www.mosleminfo.com/" target="_blank">mosleminfo.com:</a><br />
<b>A: Dunia Arab dan Islam sangat bangga
dengan terpilihnya DR. Ahmad Thayeb sebagai Man of The Year dalam Zaid
Award untuk tahun ini. Bagaimana menurut Anda tentang pemilihan ini? Dan
apa artinya bagi Anda pribadi?</b><br />
B: Menurut saya,
pemilihan ini merupakan sebuah apresiasi tinggi atas peran besar
Al-Azhar asy-Syarif yang merupakan rujukan utama umat Islam. Al-Azhar
merupakan instansi yang menjadi tempat umat Islam mengungkapkan segala
mimpi dan harapannya, serta penjaga nilai-nilai akhlak dan identitasnya.
Sedangkan artinya bagi saya pribadi, ini merupakan penghargaan untuk
semua nilai luhur tersebut dalam kehidupan umat Islam.<br />
<b>A:
Zaid Center yang bergerak dalam pengajaran bahasa Arab bagi pelajar
non-Arab di Al-Azhar, telah berhasil memberikan manfaat riil sejak
pendiriannya. Bagaimana Anda melihat peran Zaid Center ini? Menurut
Anda, apa cara terbaik untuk meningkatkan perannya dalam menjaga bahasa
Arab? Adakah rencana ke depan untuk mengembangkan visi dan misi Zaid
Center ini di kawasan Arab dan negara-negara luar lain?</b><br />
B:
Adanya Zaid Center yang bergerak di bidang pengajaran bahasa Arab bagi
pelajar non-Arab di Al-Azhar, merupakan salah satu bentuk kerjasama yang
positif dan efektif antara Al-Azhar dan semua pihak yang bekerja untuk
menghidupkan peradaban Islam dari sisi bahasa, syariat, dan ilmu
pengetahuan, khususnya, almarhum Syekh Zaid bin Sulthan Alu Nahyan yang
telah meninggalkan hal positif di setiap negara. Dalam keyakinan saya,
kinerja Zaid Center merupakan pelopor yang memiliki banyak manfaat dalam
menciptakan jembatan penghubung yang aktif dan positif di kalangan umat
Islam sendiri, dan antara umat Islam dengan umat lainnya saat perbedaan
bahasa sudah tidak lagi menjadi problem.<br />
<b>A. Di dunia
Islam saat ini muncul berbagai aliran pemikiran yang di antaranya
bercorak ekstrim (ghuluw) dan radikal. Banyak pihak sangat mengharapkan
Al-Azhar dapat membendung aliran-aliran keras seperti ini. Adakah
target-target yang ingin direalisasikan oleh Al-Azhar untuk keperluan
tersebut?</b><br />
B. Moderatisme adalah manhaj yang diusung oleh
Al-Azhar sepanjang sejarahnya. Sedangkan radikalisme sendiri adalah
produk musuh-musuh Islam, yang tentu saja tidak diakui oleh Al-Azhar.
Dan ini selaras dengan pandangan Islam bahwa dunia ini adalah tempat
untuk saling tolong-menolong, saling mengenal, bertukar fikiran dan
manfaat, dan bukan sebagai tempat untuk berselisih yang bisa
menghilangkan potensi-potensi manusia. Dan Al-Azhar dengan segenap
ulamanya berdiri di garda terdepan dalam rangka membendung
kelompok-kelompok yang mengedepankan kekerasan, radikalisme dan
ekstrimisme. Al-Azhar juga berusaha dengan segala kemampuannya untuk
memperbaiki citra Islam ke dunia luar. Sedangkan untuk ke dalam sendiri,
Al-Azhar selalu memperkuat aktifitas-aktifitas yang bersifat ilmiah dan
edukatif. Dan dari sinilah Al-Azhar mendirikan Pusat Dialog dan
Baitul-`A’ilah yang selalu terbuka bagi duta-duta asing yang datang dari
Timur maupun Barat yang ingin memahami Islam. Jadi Moderatisme Islam
terhitung sebagai manhaj yang benar yang menjadi tempat bertemunya
nilai-nilai universal yang ada dalam semua agama.<br />
<b>A.
Al-Azhar selalu dianggap sebagai simbol Islam moderat dalam dunia Islam
dan terus menyebarkan nilai-nilai toleransi, kerukunan dan dialog. Namun
selalu ada kesulitan dan kendala yang kemungkinkan dapat menggagalkan
peran tersebut. Menurut Anda, bagaimana cara mengokohkan peran Al-Azhar
tersebut?</b><br />
B. Budaya toleransi dan kerukunan bagi Al-Azhar
bukan sekedar slogan. Namun, Al-Azhar telah merealisasikannya ke dalam
bentuk kerja kelembagaan di Pusat Dialog dan Bait al-`A’ilah, memberikan
kesempatan bagi siapa saja yang concern terhadap tema ini serta
mengakomodasi berbagai pendapat yang berbeda-beda. Karena, motto kami di
Al-Azhar adalah terbuka bagi alam yang selalu berubah dan mengakomodasi
berbagai pendapat yang bermacam-macam. Dan langkah kami diawali dengan
pemahaman yang benar, dalam rangka menuju kesepahaman yang
dicita-citakan bersama. Dan yang penting, saat ini Al-Azhar terlibat
langsung dalam jantung gerakan reformasi, baik yang sifatnya lokal,
regional maupun Internasional seperti yang bisa kita lihat bersama.<br />
<b>A.
Anda telah menawarkan apa yang disebut dengan inisiatif penghentian
aksi kekerasan dan dialog nasional, akan tetapi pada akhirnya kekerasan
tetap saja tidak hilang dan dialog pun tidak terealisasi?</b><br />
B.
Tentunya bukan Al-Azhar yang bertanggung jawab akan hal tersebut.
Karena Al-Azhar telah menunaikan peran besar dalam skala nasional pada
fase-fase terakhir ini. Al-Azhar juga mengeluarkan sejumlah piagam, di
antaranya adalah piagam “Penghapusan Aksi Kekerasan”. Bukti terkuat bagi
orang yang ingin mengetahui besarnya nilai upaya Al-Azhar dalam hal ini
adalah bertemunya semua partai, kelompok dan para pemuda revolusi
Mesir, baik itu Ikhwanul Muslimin, Salafi dan orang-orang sekuler, di
bawah naungan Al-Azhar dan duduk di meja dialog untuk bertemu dalam satu
kesepakatan. Dahulu tercapai kesepahaman dan kesepakatan. Dan hingga
saat ini semua masih memegang kesepakatan tersebut, akan tetapi
timingnya saat ini bisa jadi kurang pas untuk merealisasikan poin-poin
yang dicapai dalam kesepakatan tersebut. Atau sebenarnya timingnya pas,
namun kemungkinan kecenderungan dan prinsip-prinsip yang ada di dalam
partai dan aliran menjadi kendala.<br />
<b>A : Sebagian pengamat
berpendapat bahwa Al-Azhar menjadi target sasaran beberapa kelompok. Dan
insiden keracunan yang menimpa sebagian pelajar serta adanya
demonstrasi yang mendukung Al-Azhar dan Grand Shaikh Al-Azhar menguatkan
hal ini. Bagaimana menurut pengamatan Anda?</b><br />
B: Ada dua
poin yang perlu diperhatikan dari kejadian tersebut. Pertama, para
mahasiswa terkejut dengan keracunan yang menimpa teman-teman mereka
sehingga mereka marah dan menggelar demonstrasi. Mungkin di antara
mereka ada yang melampaui batas dalam melakukan hal-hal yang tidak
sepatutnya mereka lakukan, akan tetapi al-Azhar dengan sigap segera
mengambil tindakan dengan melaporkan beberapa pihak yang bertanggung
jawab atas insiden ini kepada pengadilan. Kedua, saya tidak
memprediksikan sama sekali akan terjadi demonstrasi di seluruh propinsi
yang mendukung Al-Azhar.<br />
<b>A: Sebagian kalangan mengatakan bahwa Al-Azhar telah melakukan kompromi untuk meloloskan undang-undang sukuk (obligasi)?</b><br />
B:
Al-Azhar tidak akan pernah menyembunyikan sesuatupun dari syariat
Allah. Dan ungkapan “kompromi” ini harus diralat, karena kami telah
menolak sepenuhnya draft undang-undang tersebut pada kesempatan yang
pertama. Andaikan kami orang-orang yang bisa diajak berkompromi serta
mau membuat kontrak-kontrak tertentu, niscaya kami akan menyetujuinya.
Pada kesempatan kedua, Presiden Muhamad Mursi sendiri yang meminta agar
draft undang-undang tersebut diajukan terlebih dahulu kepada Dewan Ulana
Senior Al-Azhar, karena MPR tidak mengajukannya. Tentunya bukan tugas
Dewan Ulama Senior untuk menyetujui atau tidak draft undang-undang. Kami
hanya menyampaikan pendapat apakah suatu undang-undang sesuai dengan
syariat Islam atau tidak. Dan kami melihat bahwa beberapa bagian draft
dari undang-undang tersebut sesuai dengan syariah, namun beberapa bagian
lainnya tidak sesuai. Dalam waktu yang sama, Dewan Ulama Senior juga
menegaskan dan mensyaratkan agar rancangan undang-undang tersebut jangan
sampai menyentuh aset-aset fundamental milik negara.<br />
<b>A:
Usaha Anda yang tak kenal lelah untuk merealisasikan independensi
Al-Azhar sebagai sebuah entitas Islam dan menara peradaban serta
kelimuan sejak 1402 tahun lalu tidak lepas dari kendala. Apakah capaian
saat ini sudah membuat Anda puas? Ataukah ada langkah-langkah baru yang
akan ditempuh untuk merealisasikan tujuan di atas?</b><br />
B.
Sesungguhnya keinginan kami untuk merealisasikan independensi Al-Azhar,
secara jelas telah kami tuangkan dalam amandemen undang-undang Al-Azhar
yang terakhir. Di antara buah dari amandemen ini adalah kembalinya peran
Dewan Ulama Senior kepada pentas keilmuan dan pentas nasional di Mesir.
Juga, pemilihan yang dilakukan secara bebas sebagai satu-satunya cara
untuk memilih Grand Shaikh Al-Azhar dalam rangka mendukung independensi
Al-Azhar. Hal ini juga tertuang dengan jelas di dalam undang-undang
Al-Azhar yang baru, dan ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah
perundang-undangan Mesir. Hal yang sama juga berlaku dalam pemilihan
Mufti Negara, yaitu dilakukan cara dipilih langsung oleh Dewan Ulama
Senior Al-Azhar. Dan pemilihan mufti yang baru pun telah dilaksanakan
sesuai dengan undang-undang yang baru tersebut. Saat ini juga masih
berlangsung fase awal pengembangan pendidikan Al-Azhar pada
sekolah-sekolah dasar dan menengah agama serta pada tingkat universitas.
Dan cita-cita kami tidak terhenti pada satu batas tertentu. Iya,
tentunya terdapat kendala-kendala, akan tetapi proses kebangkitan saat
ini telah dimulai dan dengan izin Allah ia akan terus berjalan.<br />
<b>A.
Sejak dua tahun terakhir, Anda menekankan bahwa Al-Azhar sebagai
institusi sedang mengalami kelemahan. Bagaimana Anda melihatnya saat
ini?</b><br />
B. Al-Azhar seperti institusi lainnya di dunia Arab,
semuanya sedang mengalami kelemahan. Dan ketika Al-Azhar dipinggirkan,
ia akan mengalami kelemahan. Akan tetapi sekarang adalah kesempatan yang
tepat bagi Al-Azhar untuk mengembalikan kekuatannya dan bekerja dengan
segenap kemampuannya untuk mengembalikan posisinya.<br />
<b>A. Apakah Anda tidak melihat bahwa Al-Azhar menghadapi banyak tantangan dari kelompok-kelompok Islam?</b><br />
B.
Di Mesir dan dunia Arab secara umum terdapat kelompok yang mendukung
Al-Azhar; baik salafi, sekuler, ikhwan dan partai-partai politik.
Bukankah dukungan ini adalah dorongan bagi Al-Azhar untuk meneruskan
perjuangannya. Jika memang ada dari mereka yang menentang Al-Azhar,
tentu dia tidak akan pernah datang ke Al-Azhar untuk melakukan
rekonsialiasi, duduk bersama dan menyetujui apa yang diusulkan oleh
Al-Azhar.<br />
<b>A. Ada orang yang menegaskan bahwa pada
masa-masa mendatang Mesir akan dilanda konflik sektarian. Bagaimana
menurut pendapat Anda?</b><br />
B. Insya Allah Mesir tidak akan
mengalami konflik agama atau sektarian. Sejarah adalah sebaik-baik bukti
dan saksi atas hal ini. Sejak Islam memasuki Mesir 1400 tahun silam,
sejarah tidak pernah mencatat peperangan atau konflik antara Muslimin
dan orang-orang Koptik (Krsiten Ortodok Mesir). Meskipun demikian, saya
memilih untuk sangat berhati-hait menggunakan kata “fitnah/kekacauan”
dan “kekerasan sektarian”. Karena semua yang terjadi di Mesir adalah
problem sosial, tidak ada konflik antara agama. Namun permasalahannya
adalah penggunaan agama dalam konflik-konflik yang terjadi. Dan ada
sebagian orang yang selalu menjadikan setiap konflik sosial yang terjadi
sebagai tanggung jawab agama Islam dan Kristen.<br />
<b>A. Apakah Anda mempertaruhkan percobaan “Bait Al-‘Âilah” (Family House) sebagai solusi bagi konflik-konflik seperti ini?</b><br />
B.
Ya tentunya. Saya mempertaruhkan percobaan Bait al-‘Âilah (Family
House). Akan tetapi butuh waktu untuk merubah kesadaran sosial
masyarakat. Karena konflik-konflik semacam itu, ketika menggunakan
simbol agama, akan lebih mudah menyulut emosi orang-orang. Terdapat
sejumlah komite yang sudah hampir lima tahun terjun ke lapangan untuk
menyadarkan masyarakat agar tidak menjadikan simbol-simbol agama sebagai
sumber konflik. Jika hal ini terealisasi maka kekerasan akan hilang.
Akan tetapi, perlu saya isyaratkan di sini bahwa ada pihak-pihak yang
bekerja di balik layar dengan pikiran keji yang menginginkan keburukan
Mesir dari pintu ini; baik Muslim atau Kristen, Ahlus Sunnah atau
syi’ah.<br />
<b>A. Sebagian kanal agama melibatkan diri dalam konflik politik. Bagaiaman Anda melihat fenomena ini?</b><br />
B.
Saya menganggap terlibatnya kanal-kanal televisi agama dalam konflik
politik akan merugikan Islam. Karena dengan hal itu kanal-kanal tersebut
tidak memperhatikan kemuliaan Islam dan membuat Islam menjadi obyek
pembicaraan tanpa etika dari orang-orang.<br />
<b>A. Di mana
kontrol Al-Azhar terhadap fatwa-fatwa kontroversial? Kenapa Al Azhar
tidak menuntut dibuatnya undang-undangkan yang dapat mencegah keluarnya
fatwa-fatwa kontroversial tersebut?</b><br />
B. Realitanya, media
swasta berada di luar kontrol Al-Azhar dan yang lainnya. Memang bisa
jadi media tersebut memiliki kecendrungan yang tidak sesuai dengan
maslahat agama dan negara. Namun, kami tidak dapat memaksakan kehendak
kami kepada orang lain. Adapun TV Azhar, yang insya Allah akan
diluncurkan dalam waktu dekat, akan membantah semua fatwa nyeleneh yang
telah menyimpang dari jalan yang benar. Juga akan membantah setiap orang
yang berfatwa tanpa berdasarkan ilmu. Dan kami tidak akan menghabiskan
energi untuk meladeni perang media, namun kami akan menjelaskan hukum
Islam pada setiap pertanyaan yang diajukan. Kami yakin bahwa
pembelajaran dan pemberian pemahaman adalah dua sarana prefentif yang
tepat.<br />
<b>A. Kita kembali ke masalah kunjungan Presiden Iran ke Al-Azhar?</b><br />
B.
Pertemuan yang berlangsung dengan presiden Iran di Al-Azhar adalah
dialog lepas, tanpa batasan tema tertentu. Setiap pihak dari kami
mengutarakan apa yang ingin dia utarakan secara bebas. Dalam pertemuan
tersebut, Presiden Iran menyampaikan pendapatnya secara bebas sebagai
seorang presiden negara Syiah terbesar. Dia juga menggunakan
istilah-istilah Syiah selama pertemuan tersebut. Dan kami juga berhak
untuk mengungkapkan sikap Ahlus sunnah, karena Al-Azhar adalah rujukan
Ahlus sunnah dan Al-Azhar mempunyai kewajiban yang merupakan amanah dari
seluruh kaum muslimin Sunni. Kami sudah sering mendengar penghinaan
terhadap sahabat dan Sayyidah Aisyah di stasiun-stasiun televisi Syiah.
Kami juga sering mendengarnya langsung dari para ulama-ulama mereka.
Dengan demikian, wajib bagi kami untuk memanfaatkan momen kunjungan
presiden Iran ke Al-Azhar tersebut untuk menutup jurang pemisah antara
Sunni dan Syiah. Namun yang kami sayangkan, sampai saat ini kami belum
menemukan indikasi-indikasi positif, padahal kami sudah sepakat bahwa
Syiah perlu melangkah lebih dekat ke arah Ahlus Sunnah. Jika jurang
pemisah ini tidak ditutup, maka ia akan menjadi kesempatan emas bagi
pihak-pihak asing untuk menjalankan agenda-agenda jahatnya.<br />
<b>A. Bagaimana usaha Al-Azhar dalam menghadang setiap upaya penyebaran faham Syiah?</b><br />
B.
Al-Azhar tidak memusuhi siapapun dari Ahlul Qiblat. Tetapi, kami
menentang penyebaran mazhab Syiah di negara-negara Arab secara umum, dan
di Mesir secara khusus. Kami menganggap itu sebagai pelanggaran bagi
kesatuan akidah dan fikih di Mesir. Kami juga menganggapnya sebagai
agresi terhadap mazhab Sunni yang merupakan mazhab mayoritas umat Islam
di dunia. Dan kami nyatakan secara terus terang dan tanpa basa-basi,
bahwa kami akan menghadapi segala bentuk upaya yang ingin menembus
kantong-kantong Ahlu Sunnah di negara-negara Arab dan negara-negara
Islam pada umumnya. Dan kami menganggap upaya penyebaran Syiah tersebut
ibarat bermain api di wilayah yang mengalami ketegangan dan dilanda
banyak problem. Masyarakat Mesir dalam sejarahnya, tidak -dan selamanya
tidak akan pernah- berubah menjadi masyarakat Syiah. Semua klaim yang
bertentangan dengan ini hanyalah khayalan yang ada di otak belaka,
karena ia bertentangan dengan fakta sejarah, juga bertentangan dengan
hakikat dan realita.<br />
<b>A. Apakah Al-Azhar khawatir dengan upaya penyebaran Mazhab Syiah di Mesir?</b><br />
B.
Seluruh penduduk Mesir mencintai Ahlul Bait, bahkan kecintaan yang luar
biasa terhadap Ahlu Bait ini merupakan sumber penjagaan bagi penduduk
Mesir dari paham Syiah. Sehingga tidak ada seorang pun dari penduduk
Mesir yang menjadi Syiah, walaupun berbagai upaya yang telah dilakkan
akan tetapi penduduk Mesir akan dapat mengatasinya.<br />
<b>A. Bagaimana Anda melihat kondisi di Suria?</b><br />
B.
Saya bukan politikus. Namun sebagai orang Arab Muslim, saya merasakan
kepedihan yang mendalam akibat terbunuhnya orang-orang yang tidak
bersalah di Suria. Hal ini juga yang saya rasakan saat melihat kondisi
Irak saat ini. Kondisi tersebut tidak dapat diterima oleh Islam dan
Muslimin.<br />
<b>A. Dengan terpilihnya Paus Paulus yang baru,
apakah Anda melihat adanya celah bagi kembalinya hubungan antara
Al-Azhar dengan pihak Vatikan, khususnya dialog?</b><br />
B. Kami
telah mengirim ucapan selamat kepada Paus Paulus yang baru. Terdapat
sejumlah usaha serius dan layak diapresiasi dari pihak Vatikan. Dan saya
berharap akan kembali terjadi dialog dalam waktu dekat dengan syarat
Vatikan tidak mengeluarkan pernyataan yang telah kita maafkan dari
sejumlah pimpinan Vatikan yang sebelumnya.<br />
<b>A. Ada yang
berpendapat bahwa saat ini Al-Azhar memainkan peran politik untuk
memperbaiki keretakan hubungan dengan beberapa negara?</b><br />
B.
Al-Azhar tidak memiliki agenda politik, akan tetapi kami membawa misi
nasional yang berkaitan dengan kondisi di Mesir dan seluruh dunia Islam
untuk tidak memberi kesempatan kepada para musuh umat ini agar tidak
dapat bersatu.<br />
<b>A. Penerjemahan dari dan ke dalam
bahasa-bahasa Barat mendapat atensi khusus dari Anda, apakah ada rencana
dan strategi untuk memperbesar arah kebijakan ini di masa yang akan
datang?</b><br />
B. Selama tahun tiga puluhan abad lalu, Grand
Shaikh Al-Azhar membentuk sebuah panitia untuk menerjemahkan buku-buku
terpenting yang berbicara tentang Islam. Dan akhirnya telah
diterjemahkan banyak buku tentang Islam oleh ulama-ulama besar Al-Azhar;
seperti Dr. Muhammad Yusuf Musa, Abdul Halim An-Najjar, Muhammad
Ghallab dan Abdul Halim Mahmud. Pada saat itu dilakukan penerjemahan
dari bahasa Perancis dan Inggris, di samping menargetkan bahasa Italia
dan Jerman. Sekarang, kita berusaha untuk mendinamiskan kembali
aktifitas pemikiran dalam bidang terjemah ini yang akan ditangani oleh
para profesor Al-Azhar yang memiliki kemampuan bahasa asing yang sangat
baik, dengan terjemahan yang teliti, serta memberikan komentar terhadap
isi pemikiran-pemikirannya yang boleh jadi bertentangan dengan hakekat
Islam.<br />
<b>A. Sebagian pihak menerapkan apa yang disebut
dengan hudud dalam beberapa kasus, jauh dari esensi dan ruh Islam,
bagaimana anda melihatnya? Jalan apa yang bisa ditempuh untuk meluruskan
kekacauan ini?</b><br />
B. Penerapan hudud yang dilakukan oleh
individu-individu adalah kesalahan, dosa dan kejahatan besar. Pemerintah
yang direpresentasikan oleh Lembaga Kehakiman (atau Kejaksaan) adalah
satu-satunya otoritas yang memiliki wewenang untuk melihat
masalah-masalah pidana dan perdata (sipil). Hudud adalah salah satu
bagian dari hukum pidana Islam, dan tidak seluruh hukum pidana Islam itu
hudud. Untuk mempraktikkannya terdapat syarat-syarat yang jelas dari
aspek sosial dan hukum, yang terkadang dalam beberapa kondisi
syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi. Pemasalahan tentang hal itu
diserahkan kepada pemerintah dan kehakiman untuk semua kondisi dan
keadaan.<br />
<b>A. Wacana keislaman di dunia Islam selama
beberapa dekade tidak mampu berkoeksistensi (mengikuti dan menjawab)
dengan perkembangan baru yang terjadi, bagaimana cara aktualisasi wacana
keislaman dalam berdialog dengan Barat, dialog antar agama, dan dialog
antar peradaban?</b><br />
B. Kami melihat bahwa aktualisasi wacana
keislaman membutuhkan usaha keras dari individu-individu, usaha yang
bersifat keilmuan berupa mempersiapkan para dai yang memiliki
kapabilitas untuk menyebarkan dakwah Islam dalam skala internasional,
dan usaha edukatif berupa mempersiapkan insan pers yang bekerja untuk
kebaikan Islam dan maslahat negaranya. Serta mendirikan pusat informasi
independen yang sesuai dengan perspektif Islam, sehingga medan publik
yang ada tidak hanya dikuasai oleh orang-orang yang tidak mengetahui
kebudayaan Islam, atau bersikap negatif terhadap kebudayaan Islam
(Islamofobia).</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-22330234119741161072013-05-12T22:19:00.000-07:002013-05-12T22:19:02.724-07:00Doa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<strong>Doa adalah komunikasi antara yang tak berdaya kepada Yang Punya segalanya</strong><br />
<strong>juga adalah sambung-sinyal antara alam dengan Penciptanya</strong><br />
<strong>Merupakan peristiwa mahadahsyat bagi yang mata-bashirahnya tidak buta</strong><br />
<br />
Jika sebelum berdoa kita menyadari,Siapa kita, siapa Dia Ta'ala,<br />
akan tumbuh rasa harap yang memicu adab kita<br />
<strong>Manakah mungkin kita tidak beradab saat berdoa?</strong><br />
<br />
Doa yang kita hayati isinya,<br />
akan melapangkan dada kita dari problematika kehidupan kita<br />
akan membuat tenang kita,Karena merasa dalam "pelukan" Dzat Yang Mengasihi kita<br />
<strong>Apatah mungkin kita berani bermalas-malasan setelahnya?</strong><br />
<br />
Doa yang Dia sukai,<br />
adalah jika lisan, pikiran dan hati kita sama<br />
karena Dia Mengetahui yang kita lantunkan maupun yang kita sembunyikan dalam hati dan pikiran<br />
<strong>Bagaimana mungkin kita berdoa sambil pikiran melayang kemana-mana?</strong><br />
<em>Na'udzubillahi min dzalik..!</em><br />
<br />
Doa yang baik di waktu yang Dia suka<br />
sebab itu hendaknya kita kenali kapan semua itu<br />
<strong>Bukankah kita juga tidak suka jika orang lain minta sesuatu di waktu yang tidak tepat bagi kita?</strong><br />
<br />
Setelah berdoa,<br />
adalah saat-saat nan istimewa untuk memperhatikan bagaimana Dia menyapa kita<br />
bukan sekedar wujud dari hasil doa kita,<br />
tapi betapa luar biasa bahwa Dia berkenan menyapa kita !!!<br />
<strong>Inilah yang membuat para shalihin suka berdoaDan mengutamakan doa lebih dari berupaya, </strong><br />
<strong>dan doanya menginspirasi upayanya</strong><br />
<br />
<strong>Doa yang benar isinya dan adab pendoanya,</strong><br />
<strong>menginspirasi ikhtiar dan amal shalih kita</strong><br />
<strong>Dengan doa, kita bisa mentransformasi hidup kita</strong><br />
<strong>Dengan doa, kita bisa menyemangati kekaryaan kita</strong><br />
<strong>Dengan doa, kita bisa membuat hidup lebih hidup</strong><br />
<strong>Insya Allah..!!</strong><br />
<br />
<span class="photo photo_right"></span>Yang paling penting,<br />
<strong>jika kita rajin berdoa, tetapi hidup kita menjadi makin MALAS,</strong><br />
<strong>berarti ada yang KURANG SEMPURNA atau SALAH dalam ikrar Syahadatain kita !!! </strong><br />
<br />
<em>Astaghfirullah..</em>.<br />
<em>Laa haula wa laa quwwata illa billahi.</em><br />
<em>Wallahu a'lam bishshawwab</em>. []</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-25099307818584338052013-05-02T09:22:00.002-07:002013-05-02T09:22:50.531-07:00Saya Anti-Demokrasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ALrOpKhLilVAV4rUCgbE-J07OZHzFD_o7TJUwS6HrpVJIiUdcJWYFPfyesptm2i5Heo6LxOaJS5BbHRNk2PujfaqrH-inOZKZyTBeX0lXO6fdX4V0d6Sdlyzwz-ProDdPHywVCoIwWho/s1600/263302_193876967346095_3207050_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ALrOpKhLilVAV4rUCgbE-J07OZHzFD_o7TJUwS6HrpVJIiUdcJWYFPfyesptm2i5Heo6LxOaJS5BbHRNk2PujfaqrH-inOZKZyTBeX0lXO6fdX4V0d6Sdlyzwz-ProDdPHywVCoIwWho/s400/263302_193876967346095_3207050_n.jpg" width="262" /></a></div>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan
Danramil harus menyalahkan Ustadz, sebab kalau tidak itu namanya
diktator mayoritas. Mentang-mentang Ummat Islam mayoritas, asalkan yang
mayoritas bukan yang selain Islam – harus mengalah dan wajib kalah.
Kalau mayoritas kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya
Islam dan minoritasnya Kristen. Tapi kalau mayoritasnya Kristen dan
minoritasnya Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar namanya.</span></span><br /><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"></span></span><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">
Kalau Khadhafi kurang ajar, yang salah adalah Islam. Kalau Palestina
banyak teroris, yang salah adalah Islam. Kalau Saddam Hussein nranyak,
yang salah adalah Islam. Tapi kalau Belanda menjajah Indonesia 350
tahun, yang salah bukan Kristen. Kalau amerika Serikat jumawa dan
adigang adigung adiguna kepada rakyat Irak, yang salah bukan Kristen.
Bahkan sesudah ribuan bom dihujankan di seantero Bagdad, Amerika
Serikatlah pemegang sertifikat kebenaran, sementara yang salah pasti
adalah Islam.<br /> <br /> “Agama” yang paling benar adalah demokrasi. Anti
demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaiman
yang pro dan yang kontra demokrasi, ditentukan pasti bukan oleh orang
Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan
dites terus menerus oleh subyektivisme kaum non-Islam.<br /> <br /> Kaum
Muslimin diwajibkan menjadi penganut demokrasi agar diakui oleh
peradaban dunia. Dan untuk mempelajari demokrasi, mereka dilarang
membaca kelakuan kecurangan informasi jaringan media massa Barat atas
kesunyatan Islam.<br /> Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani
dunia, mendapatkan previlese dari Tuhan untuk mempelajari Islam tidak
dengan membaca Al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad SAW,
melainkan dengan menilai dari sudut pandang mereka.<a name='more'></a><br /> <br /> Maka kalau
penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa melalui
apresiasi terhadap Qur’an, saya juga akan siap menyatakan diri sebagai
anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kelakuan Amerika
Serikat di berbagai belahan dunia. Dan dari sudut itulah demokrasi saya
nilai, sebagaimana dari sudut yang semacam juga menilai Islam.<br /> Di
Yogya teman-teman musik Kiai Kanjeng membuat nomer-nomer musik, yang
karena bersentuhan dengan syair-syair saya, maka merekapun memasuki
wilayah musikal Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir. Musik Kiai
Kanjeng mengandung unsur Arab, campur Jawa, jazz Negro dan entah apa
lagi. Seorang teman menyapa: “Banyak nuansa Arabnya ya? Mbok lain kali
bikin yang etnis ‘gitu…”<br /> Lho kok Arab bukan etnis?<br /> Bukan.
Nada-nada arab bukan etnis, melainkan nada Islam. Nada Arab tak diakui
sebagai warga etno-musik, karena ia indikatif Islam. Sama-sama kolak,
sama-sama sambal, sama-sama lalap, tapi kalau ia Islam-menjadi bukan
kolak, bukan sambal, dan bukan lalap.<br /> <br /> Kalau Sam Bimbo
menyanyikan lagu puji-puji atas Rasul dengan mengambil nada Espanyola,
itu primordial namanya. Kalau Gipsy King mentransfer kasidah “Yarim
Wadi-sakib…”, itu universal namanya. Bahasa jelasnya begini: apa saja,
kalau menonjol Islamnya, pasti primordial, tidak universal, bodoh,
ketinggalan jaman, tidak memenuhi kualitas estetik dan tidak bisa masuk
jamaah peradaban dunia.<br /> <br /> Itulah matahari baru yang kini masih
semburat. Tetapi kegelapan yang ditimpakan oleh peradapan yang fasiq dan
penuh dhonn kepada Islam, telah terakumulasi sedemikian parahnya.
Perlakuan-perlakuan curang atas Islam telah mengendap menjadi gumpalan
rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam. Kecurangan atas Islam dan Kaum
Muslimin itu bahkan diselenggarakan sendiri oleh kaum Muslimin yang mau
tidak mau terjerat menjadi bagian dan pelaku dari mekanisme sistem
peradaban yang dominan dan tak ada kompetitornya.<br /> <br /> “Al-Islamu mahjubun bil-muslimin“. <br /> Cahaya Islam ditutupi dan digelapkan oleh orang Islam sendiri.<br />
Endapan-endapan dalam kalbu kollektif ummat Islam itu, kalau pada suatu
momentum menemukan titik bocor – maka akan meledak. Pemerintah
Indonesia kayaknya harus segera mervisi metoda dan strategi penanganan
antar ummat beragama. Kita perlu menyelenggarakan ‘sidang pleno’ yang
transparan, berhati jernih dan berfikiran adil. Sebab kalau tidak,
berarti kita sepakat untuk menabuh pisau dan mesiu untuk peperangan di
masa depan.</span></span></span></span></h5>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}" style="text-align: justify;">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent"><span style="font-size: small;">by </span>: Emha Ainun Nadjib </span></span></h5>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-27619375466286078832013-05-01T16:10:00.002-07:002013-05-01T16:10:45.130-07:00Lahirnya Firqah Salafi (Hanbaliyyah)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCKKsJYS3jv3ym_hvWN-fjkam4UBo6xgEAuQXAjQ8vTfLeglumJ34tDgOMeYnVeYkvI6EudYeJLL0jOSTab_e4znD4KPksT7CcUn8I0-meMRAHf-Tm7wShLP29Y2JWUzdTmnXuhyphenhyphen7paWOw/s1600/wahabi-serigala-berbulu-domba-.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCKKsJYS3jv3ym_hvWN-fjkam4UBo6xgEAuQXAjQ8vTfLeglumJ34tDgOMeYnVeYkvI6EudYeJLL0jOSTab_e4znD4KPksT7CcUn8I0-meMRAHf-Tm7wShLP29Y2JWUzdTmnXuhyphenhyphen7paWOw/s320/wahabi-serigala-berbulu-domba-.jpg" width="320" /></a></div>
<strong>Aliran Salaf (Hanbaliyah)</strong><br />
Kalau yang dimaksud aliran salaf dalam masalah
akidah dan theologi adalah mengikuti manhaj salafus saleh (faham Imam
Malik, imam Ahmad bin Hanbal), maka sebenarnya aliran Ahlus Sunnah wal
Jama’ah (Ays’ariyah dan Maturidiyah) juga mengikuti manhaj salaf
tersebut. Maka bisa dikatakan dalam theologi : aliran
Salafiyah-Asy’ariyah dan Salafiyah-Maturidiyah.<br />
<a href="http://www.blogger.com/null" name="more"></a><br />
Namun pada kenyataannya, karena sebagian
orang-orang penganut mazhab fiqih Hanbali masih mencurigai aliran
Asy’ariyah (bermazhab Syafi’i dalam fiqih) dan Maturidiyah (bermazhab
Hanafi dalam fiqih) mereka tetap menentang kedua aliran tersebut. Jadi
yang dimaksud aliran salaf dalam pembahasan sekarang ini adalah aliran
salaf pengikut mazhab Hanbali dalam fikih atau aliran
Salafiyah-Hanbaliyah.<br />
<a name='more'></a><br />
Istilah aliran Salaf, sering dinisbatkan kepada para
pengikut Ibnu Taimiyah (661-728 H) yang juga bermazhab Hanbali dalam
fiqih. Disamping itu dimasa sekarang ini telah marak gerakan (harokah)
dakwah yang menamakan diri “SALAFI” sehingga seakan-akan aliran Salafi
ini aliran tersendiri yang berbeda dengan aliran Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, padahal kalau dalam theologi sebenarnya alirannya sama dengan
aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah / Maturudiyah). Selanjutnya
yang dimaksud istilah aliran / kaum salaf dalam pembahasan disini
adalah kaum Salafi Hanbaliyah.<br />
Aliran salaf ini mengalami perkembangan, pergeseran
dan metamorfosa dalam 9 periode waktu yang diwakili oleh pemikiran
tokoh-tokoh utamanya pada masing-masing periode, yaitu :<br />
<br />
<strong>1. Periode Generasi Sahabat Nabi.</strong><br />
Pada periode ini belum muncul yang namanya “Aliran Salaf”
karena secara umum tiga generasi awal ini memiliki manhaj dan
karakteristik yang masih “original” sesuai dengan masa kenabian,
terutama dalam bidang akidah dan teologi (ilmu kalam).<br />
<br />
<strong>2. Periode Imam Malik Bin Anas (91 H – 167 H)</strong><br />
Pada periode ini mulai muncul orang-orang yang menanyakan
tentang ayat Al-Qur’an yang tasybih, yaitu perbuatan Allah yang mirip
dengan perbuatan mahkluk.<br />
Suatu hari ada orang yang menanyakan kepada Imam Malik
: “Bagaimana Allah ber-Istiwa’ (bersemayam) diatas Arsy ?”<br />
Imam Malik menjawab : “maksud istiwa’(bersemayam) telah
kita ketahui, namun mengenai bagaimana caranya kita tidak
mengetahuinya. Iman kepadanya adalah wajib dan menanyakan bagaimana
caranya adalah bid’ah”.<br />
Sikap Imam Malik yang mengimani ayat-ayat mutasyabih
tanpa mau menakwilkannya itulah ciri “Aliran Salaf” pada saat itu.<br />
<br />
<strong>3. Periode Imam Ahmad bin Hanbal ( 164 H – 261 H)</strong><br />
Beliau salah satu darin empat imam mazhab fiqih yang
muktabar (terkenal dan diakui). Ciri fiqihnya adalah mengutamakan
hadits dan atsar daripada dengan qiyas. Imam Ahmad bin Hanbal lebih
suka ber hujjah dengan hadits dhaif dari pada berijtihad dengan qiyas
atau ihtihsan.<br />
Pada masa itu Aliran Muktazilah sedang mencapai puncak
kejayaannya, karena didukung penuh oleh Khalifah Al-Ma’mun dari Bani
Abbas. Aliran Muktazilah yang didukung penguasa mengkampanyekan
pemikiran bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.<br />
Semua ulama dan rakyat dipaksa mengikuti pemikiran
tersebut, semuanya tidak ada yang berani menentang kecuali Imam Ahmad
bin Hanbal, yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah kalamullah”<br />
<br />
<strong>4. Periode Imam Ibnu Hazm Al-Andalusi (384 H-456)</strong><br />
Beliau seorang ulama kelahiran Cordova Andalusia,
mula-mula ber mazhab Maliki, kemudian berpindah ber mazhab Syafi’ii
kemudian berpindah lagi ke mazhab zahiri, yaitu berpegang pada makna
zahir ayat (literalis).<br />
Pada periode sebelumnya muncul teologi Imam Abu Hasan Asy’ari (260
H-330 H), yang pada mulanya seorang pengikut Mu’tazilah yang kemudian
menyatakan keluar dari Aliran Muktazilah.<br />
Imam Abu Hasan Asy’ari (ber mazhab Syafi’i dalam fikih)
merumuskan teologi yang ber pihak kepada pemikiran ulama salaf
sebelumnya yaitu (Imam Malik dan Imam Hanbali) tapi dengan metode
pembahasan yang menggunakan metode scholastik, ilmu mantiq (logika)
kaum Mu’tazilah.<br />
Imam Ibnu Hazm telah mempelajari filsafat Yunani,
filsafat Islam, teologi muktazilah, teologi Hanbaliyah dan teologi
Asy’ariyah. Imam Ibnu Hazm merumuskan teologi Hanbali-Literalis, yang
lebih memegangi makna literalis nash dan tidak membolehkan memberi
sifat kepada Allah.<br />
Menurutnya Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dsb itu
adalah “asma” bukan “sifat” karena memberi sifat kepada Allah dianggap
menyerupakan Allah dengan makhluk. Ibnu Hazm mengakui mu’jizat yang ada
pada diri Nabi dan Rasul, namun beliau menolak adanya karomah pada
diri Wali atau orang-orang saleh. Sikap Literalis-Hanbalis inilah yang
menjadi ciri “Aliran salaf” pada periode Imam Ibnu Hazm.<br />
<br />
<strong>5. Periode Kaum Hanbaliyin (469 H)</strong><br />
Teologi Asy’ariyah yang telah disebut sebelumnya, walaupun
berpihak kepada Aliran Salaf tetapi masih tetap dicurigai dan tidak
diterima oleh “ahlul hadits/ahlul atsar” dan orang-orang yang mengaku
mengikuti teologi Imam Ahmad bin Hanbal<br />
Dengan alasan teologi Asy’ariyah memberikan porsi yang
besar kepada “akal” disamping itu krn Imam Asy’ari ber mazhab Syafi’i.
Tampaknya pada masa itu fanatisme mazhab telah menjalar ke tubuh umat
Islam.<br />
Sejak masa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakkil (205-247
H), banyak menteri yang diangkat dari kalangan Hanbaliyin, pengikut
Imam Ahmad bin Hanbal. Jadi lingkungan istana didominasi oleh
ulama-ulama Hanbaliyin.<br />
Keadaan seperti itu berlangsung terus sampai pada masa pemerintahan
Khalifah Al-Qaim Biamrillah (391-467 H). Salah seorang menterinya yang
bernama ‘Amid al Mulk sampai-sampai mengeluarkan praturan-peraturan
yang mendiskreditkan orang-orang penganut Asy’ariyah.<br />
Setelah masa Khalifah Al-Mutawakkil, pengaruh orang-orang
Turki mulai besar pada pemerintahan dan militer. Banyak orang Turki
yang menduduki kursi menteri dan komandan tentara. Orang-orang turki
sangat setia kepada pemimpin kaum mereka. Demikian besarnya Kekuasaan
mereka, hingga mereka bisa dengan sesuka hati menunjuk dan mencopot
Khalifah. Jadi mereka mengakui Khalifah sebagai Amirul Mukminin sekedar
dijadikan simbol dan icon, kekuasaan secara militer yang sebenarnya
ada ditangan para Sultan.<br />
Pada masa pemerintahan Khalifah Al Qaim Billah yang menjadi
Sultan adalah Alp Arselan (wafat 465 H) dari Turki Seljuk, beliau
mempunyai seorang wazir (perdana menteri) yang sangat cakap bernama
Nizamul Mulk (wafat 485 H).<br />
Perdana Menteri Nizamul Mulk dengan dukungan Sultan Alp
Arselan mendirikan Universitas NIZAMIYAH, pusat ilmu dan study Islam
pada jaman itu. Yang menjadi pemimpin (rektor) Universitas Nizamiyah
adalah ulama besar Imam Al Juwainy, penganut Asy’ariyah dan bermazhab
Syafi’i. Nizamul Mulk dengan Universitas Nizamiyahnya menjadikan
Theologi Asy’ariyah sebagai theologi resmi dan menjadikan ajaran
Asy’ariyah satu-satunya theologi yang diajarkan. Kebijaksanaan Pedana
Menteri Nizamul Mulk yang lain adalah menghapuskan semua
peraturan-peraturan yang mendiskreditkan orang-orang Asy’ariyah yang
pernah diberlakukan oleh menteri ‘Amid al Mulk.<br />
Kebijaksanaan itu tentu saja tidak disukai oleh orang-orang
Salafiah-Hanbaliyah. Pada tahun 469 H datang ke Universitas Nizamiyah
seorang ulama bernama Abu Nashr bin Abu Qasim Al Qusyairi memberikan
pengajian umum yang memberi penjelasan yang mendetail mengenai theologi
Asy’ariah.<br />
Hal itu menjadi pemicu kemarahan orang-orang Hanbaliyah,
maka pada tahun 469 H terjadilah huru-hara dan keonaran besar di kota
Baghdad, yang berupa tindakan anarkis orang-orang Hanbaliyin terhadap
para pendukung teologi Asy’ariyah khususnya dan para penganut mazhab
Imam Syafi’i pada umumnya.<br />
Kaum Hanbaliyah merusak kedai yang dijumpai menjual khamr,
mematahkan papan catur, menyerang rumah tokoh-tokoh Syafi’iyah dan
perbuatan anarkis lainnya, tercatat sampai menimbulkan korban jiwa yang
tentu saja dilawan oleh para pengikut Asy’ariyah-Syafi’iyah. Peristiwa
huru-hara Kaum Hanbaliyyin di Kota Baghdad ini sangat terkenal dalam
sejarah.<br />
Tindakan keras dan agresif kaum Salafiah-Hanbaliyah inilah yang menjadi ciri “Aliran Salaf” pada abad IV Hijriah.<br />
<br />
<strong>6. Periode Ibnu Taimiyah (661 H – 728 H)</strong><br />
Seorang ulama besar abad 7 H, nama lengkapnya Ahmad Taqiyuddin
bin Syihabuddin Ibnu Taimiyah. Kelahiran Haran Palestina, bermazhab
Hanbali dalam fikih, menguasai hampir semua ilmu ke Islaman dan banyak
mengarang kitab dalam berbagai bidang ilmu.<br />
Beliau mengkritik gejala taqlid dan kemunduran ijtihad
yang berjangkit pada umat, menyerukan agar umat kembali meneladani
manhaj dan perilaku para generasi salafus-saleh. Beliau juga mengkritik
pengaruh filasat Yunani, dalam pemikiran Islam, filsafat Persia dalam
konsep Imamah Syiah, penakwilan ayat-ayat mutasyabih berdasarkan akal,
dan filsafat India dalam Tasawuf (ittihad, hulul).<br />
Kritik dan Fatwa Ibnu Taimiyah yang keras, tajam dan vulgar
tentunya membuat merah telinga ulama-ulama bahkan yang sama-sama ber
mazhab Hanbali dan pihak lain yang tidak sependapat dengan fatwanya,
termasuk para penguasa. Apalagi penguasa Bani Buwaihi dikenal mendukung
tarekat-tarekat Tasawuf. Jadi banyak pihak yang tersinggung dan tidak
senang dengan ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah yang disampaikan secara
terbuka pada majelis-majelis pengajiannya.<br />
. Dalam buku <em>Rihlah Ibnu Batutah</em> (catatan perjalanan
Ibnu Batutah), salah satu sumber sejarah yang sangat terkenal dan telah
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, Inggris, Perancis dan Jerman,
Ibnu Batutah telah melakukan perjalanan pengembaraan selama 29 tahun
kebanyak negeri-negeri mulai dari Mesir, Syria, Palestina, Hijaz (Arab
Saudi), Irak, Persia, Turki, Bukhara, Afghanistan, India, Bangladesh,
Cina, Sumatera, Indonesia dan terus ke Afrika.<br />
Catatan perjalanannya oleh sebagian besar ahli sejarah,
dianggap cukup teliti dan dijadikan salah satu “sumber sejarah”. Dalam
catatan perjalanan Ibnu Batutah diterangkan bahwa dia singgah di
Damaskus Syiria dan kebetulan mendengarkan Ibnu Taimiyah memberikan
pengajian di mimbar Masjid Umayyah, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa
Tuhan Allah itu duduk diatas Arsy dan dudukNya itu serupa dengan
duduknya Ibnu Taimiyah diatas mimbar. Tuhan Allah itu turun tiap-tiap
akhir malam kelangit dunia dan turunnya itu sepeti turunnya Ibnu
Taimiyah dari atas mimbar ke bawah.<br />
Mendengar uraian itu, pendengar jama’ah pengajian menjadi
ribut, kacau balau, sehingga ada yang melempari Ibnu Taimiyah dengan
sandalnya. Akhirnya perkataan Ibnu Taimiyah sampai kepada penguasa.
Ibnu Batutah memberi komentar bahwa Ibnu Taimiyah dikenal sebagai ulama
besar tetapi “fi aqlihi syaiun” (pikirannya guncang), demikian
keterangan Ibnu Batutah.<br />
Namun keterangan tersebut masih perlu diteliti lagi, bisa
jadi ada kesalah pahaman dalam menafsirkan ajaran Ibnu Taimiyah atau
bisa jadi peristiwa kekacauan Majelis pengajian beliau sudah direkayasa
lawan-lawan nya untuk memfitnahnya.<br />
Ajaran dan fatwa-fatwanya yang dianggap terlalu keras,
tidak sopan dan melawan arus menyebabkan banyak ulama dan penguasa Bani
Buwaihi tersinggung dan tidak suka kepada beliau, disamping itu ajaran
theologinya dianggap cenderung kepada “anthropomorpist” akhirnya
menyebabkan beliau ditangkap oleh pihak penguasa dan keluar masuk
penjara, bahkan beliau meninggal dalam penjara. Pemakamannya diiringi
oleh ratusan ribu orang yang menaruh simpati kepada beliau.<br />
Jadi seruan kembali kepada manhaj salafus-saleh, kritik
yang keras kepada taqlid dan kemandekan ijtihad, penyimpangan akidah
(ziarah dan berdoa di kuburan orang suci), superioritas akal dalam
pemahaman agama, konsep imamah kaum Syiah dan penyimpangan ajaran
ittihad, hulul dalam tasawuf itulah ciri khas ajaran Ibnu Taimiyah.<br />
<br />
<strong>7. Periode Muhammad bin Abdul Wahab (1115 H –1206 H)</strong><br />
Terkenal dengan gerakan Wahabi, yang didukung oleh Pangeran
Muhammad bin Saud seorang warlord (kepala suku, komandan lapangan).
Duet serasi ulama-penguasa ini mengantarkan keduanya menduduki tahta
kerajaan di jazirah Arab yang dinamai Arab Saudi (Arabnya Ibnu Saud).
Muhammad bin Abdul Wahab dikenal sebagai ulama bermazhab Hanbali dan
seorang penganut dan pendukung fanatik pemikiran Ibnu Taimiyah. Setelah
berkuasa, mazhab Wahabi ini dijadikan mazhab resmi pemerintah kerajaan
Arab Saudi sampai sekarang. Gerakan wahabi berciri khas pada pemurnian
akidah, tauhid dan menempuh kekerasan.<br />
Dari semua periode-periode yang telah diuraikan di atas
sampai pada periode Muhammad bin Abdul Wahab dan gerakan Wahabinya,
kaum Salafiyin-Hanbaliyin kalau dapat dikatakan “berbeda” dan hanya
keras dalam masalah akidah dan theologi saja, tidak sampai pada masalah
fikih-amaliah, apalagi sampai pada masalah furu’iyah (cabang) yang
khilafiah.<br />
<br />
<strong>8. Periode Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani</strong><br />
Dia seorang ulama ahli hadits abad 20 M, sangat dihormati di
Kerajaan Arab Saudi. Beliau menyerukan agar umat mempelajari Al-Qur’an
dan Hadits serta mencela kebiasaan taqlid, yaitu hanya mengikuti saja
pendapat seorang imam tanpa mengetahui dalil dan argumennya.<br />
Sepeninggal beliau timbul fenomena baru, yaitu ketika para
pengikutnya mengikuti semua perkataan Syeikh Albani, sehingga yang
terjadi bukannya bebas mazhab melainkan menjadikan beliau sebagai
mazhab kelima disamping empat mazhab fikih yang sudah ada. Fanatik pada
ahli hadits inilah yang menjadi ciri “Aliran Salaf” periode Syeikh
Albani.<br />
<br />
<strong>9. Periode Salafi Kotemporer</strong><br />
Pada masa kotemporer sekarang ini muncullah kelompok yang
menamakan diri “salafi”. Kelompok inilah yang mewarisi dan meneruskan
“Aliran Salaf” seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tentunya dengan
karakteristik yang sedikit banyak juga mewarisi “Aliran salaf”
periode-periode sebelumnya dengan beberapa fenomena baru pula.<br />
Salafi kotemporer tidak mempunyai institusi formal, sebab
mereka lebih bersifat aliran pemikiran umum (aliran theologi sekaligus
mazhab fiqih). Kadang terdiri atas beberapa kelompok yang masing-masing
mengaku sebagai salafiyin, di antaranya :<br />
a Jama’ah Anshar As Sunnah di Mesir dan Sudan.<br />
b Jam’iyyah Ihya’ At-Turats (menghidupkan Qur’an & Hadits) di Kuwait.<br />
Tapi ada juga yang tidak berupa organisasi, melainkan pengikut tokoh ulama salafiyin tertentu, seperti :<br />
a. Salafiyun Albaniyun, seperti telah disebut sebelumnya diatas (periode 8), yaitu para pengikut Syeikh Albani.<br />
b. Salafiyah Politik, adalah salafiyin yang terpengaruh pemikiran
Ihwanul Muslimin dalam mengkritisi pemerintahan yang dianggap kurang
berpihak pada ajaran Islam.<br />
Kelompok ini menentang kebijaksanaan Kerajaan Arab Saudi menempatkan
tentara Amerika di Dahran, mengkritik dukungan Kerajaan Arab Saudi
kepada Sekutu pada perang Teluk II.<br />
Tokoh-tokohnya diantaranya : Dr. Aidh Al Qarni, Salman Audah, Safat Al
Hawali, mereka pernah ditangkap dan dipenjara oleh penguasa Kerajaan
Arab Saudi.<br />
Dr. Aidh Al Qarni setelah dibebaskan dari penjara, lebih banyak menulis
buku tentang “personality empowerment”. Bukunya yang sedang Best
Seller adalah “ La Tahzan”.<br />
c. Salafiyun Al-Jamiyun (Salafi beringas)<br />
Tokohnya adalah Syeikh Rabi’ Al-Madkhali, kelompok ini
tidak punya kreasi lain kecuali menyalahkan dan menyerang orang lain,
termasuk ulama ulama yang tidak sehaluan dengan mereka.<br />
Tidak ada figur yang selamat dari serangan kelompok ini, baik ulama
klasik maupun modern. Termasuk Imam Ghazali, Imam Nawawi dan Ibnu Hajar
Atsqolani hanya karena mereka penganut teologi asy’ariah.<br />
Ulama kotemporer pun tidak segan-segan diserang, seperti : Hasan Al
Bana, Syeikh Muhammad Al-Ghazali, DR. Yusuf Qaradhawi, Muhammad
‘Imarah, Fahmi Huwaidi, Ali Athj Thantawi, dll.<br />
Kelompok Salafi Beringas juga menulis buku yang
menyerang dan membeberkan kejelekan-kejelekan mereka, melemparkan
tuduhan terhadap pemikiran dan tingkah-laku ulama-ulama yang diluar
kalangan mereka.<br />
Di samping itu ada juga kelompok salafiyin pengikut Syeikh
Abdul Azis bin Baz dan Syeikh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin. Sudah
menjadi opini umum bahwa salafi kotemporer yang sekarang ini sedikit
banyak mewarisi ciri “Aliran salaf” periode sebelumya, yaitu :<br />
1. Hanbalis-Literalis dalam fiqih.<br />
2. Keras dalam masalah akidah dan tauhid<br />
3. Agresif – tidak toleran.<br />
Di samping itu, pada Salafi kotemporer muncul fenomena ciri baru, yang belum muncul pada periode sebelumnya, yaitu :<br />
1. Memperluas (<em>extend</em>) konsep bid’ah sampai pada masalah <em>furu’iyah-khilafiah</em>.<br />
2. Memperluas sikap keras-tidak toleran pada masalah <em>furu’iyah-khilafiah</em>.<br />
3. Meng-generalisir seluruh tasawuf adalah sesat. (Bandingkan dengan Ibnu Taimiyah yang hanya mengkritik konsep <em>ittihad</em> dan<em> hulul </em>dalam tasawuf).<br />
4. Menganggap filsafat adalah sesat.<br />
5. Mudah menilai musyrik amaliah yang tidak sesuai dengan faham mereka.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-87599878560786934742013-05-01T04:53:00.001-07:002013-05-01T15:31:09.143-07:00Syekh Maruf Al Karkhi ra<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Diriwayatkan -kedua orang tua Abu Mahfuzh Ma'ruf bin Firuz al-Karkhi
adalah penganut agama Kristen. Pengisahan seorang imam Syi ah yang
bernama 'Ali bin Musa ar-Riza mengenai bagaimana Ma'ruf sampai memeluk
agama Islam umumnya kurang dipercayai. Ma'ruf adalah seorang tokoh
mistik yang terkemuka di kota Baghdad. Ia meninggal dunia pada tahun 200
H/815 M.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<h2>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small; font-weight: normal;">MENGAPA MA'RUF AL-KARKHI MENGANUT AGAMA ISLAM ?</span></span></h2>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Kedua orang tua Ma'ruf al-Karkhi beragama Kristen. Di sekolah,
gurunya pernah berkata: "Tuhan adalah yang ketiga dari yang bertiga".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf membantah: "Tidak, Tuhan itu adalah Allah yang Esa'.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Si guru memukul Ma'ruf tetapi ia tetap dengan bantahannya. Pada
suatu hari kepala sekolah memukuli Ma'ruf habis-habisan. Karena itu
Ma'ruf melarikan diri dan tidak seorang pun tahu ke mana perginya. Kedua
orang tua Ma'ruf berkata:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Asalkan dia mau pulang, agama apa pun yang hendak dianut-nya akan kami anut pula".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf menghadap 'Ali bin Musa ar-Riza yang kemudian membimbingnya
ke dalam Islam. Beberapa lama telah berlalu. Pada suatu hari Ma'ruf
pulang dan mengetuk pintu rumah orang tuanya.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Siapakah itu?", tanya kedua orang tuanya. "Ma'ruf", jawabnya.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Agama apakah yang telah engkau anut?" "Agama Muhammad Rasulullah". Ayah-bundanya segera menganut agama Islam pula.</span></span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">ooo</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Setelah itu Ma'ruf belajar di bawah bimbingan Daud at-Ta'i dan
menjalani disiplin diri yang keras. Terbuktilah bahwa ia sedemikian taat
beragama dan mempraktekkan disiplin yang sedemikian keras-nya sehingga
ketabahannya itu menjadi termasyhur ke mana-mana.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Muhammad bin Manshur at-Tusi meriwayatkan pertemuannya dengan
Ma'ruf di kota Baghdad. "Kulihat di wajahnya ada goresan bekas luka. Aku
bertanya kepadanya: 'Kemarin aku bersamamu tetapi tidak terlihat olehku
bekas luka ini. Bekas apakah ini?' Ma'ruf menjawab: 'Jangan hiraukan
segala sesuatu yang bukan urusanmu. Tanyakanlah hal-hal yang berfaedah
bagi dirimu. Tetapi aku terus mendesak Ma'ruf: Demi hak Allah yang kita
sembah, jelaskanlah kepadaku,</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Maka berkatalah Ma'ruf: "Kemarin malam aku berdoa semoga aku dapat ke Mekkah dan mengelilingi Ka'bah. Doaku itu terkabul.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ketika hendak minum di sumur zamzam aku tergelincir dan mukaku
terbentur ke sumur itu. Itulah yang menyebabkan bekas luka itu".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Pada suatu ketika Ma'ruf turun ke sungai Tigris dengan maksud
hendak bersuci. Al-Qur'an dan sajadahnya tertinggal di masjid. Seorang
wanita tua masuk ke masjid, mengambil dan membawa kabur al-Qur'an
beserta sajadah itu. Ma'ruf segera mengejarnya. Setelah wanita itu
tersusul, sambil menundukkan kepala agar tidak sampai memandang wajah
wanita itu, Ma'ruf bertanya:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Apakah engkau mempunyai seorang putera yang dapat membaca al-Qur'an?"</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Tidak", jawab wanita itu.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Kalau begitu, kembalikanlah al-Qur'an itu kepadaku. Sajadah itu biarlah untukmu".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Perempuan itu terheran-heran akan kemurahan hati Ma'ruf, maka baik al-Qur'an maupun sajadah itu diserahkannya kembali.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Tetapi Ma'ruf mendesak: 'Tidak, ambillah sajadah ini; Sajadah ini adalah hakmu yang halal".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Si wanita bergegas meninggalkan tempat itu dengan perasaan malu dan tak habis pikir.</span></span><br />
<h2>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small; font-weight: normal;">ANEKDOT-ANEKDOT MENGENAI DIRI MA'RUF</span></span></h2>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Pada suatu hari ketika Ma'ruf berjalan bersama murid-muridnya,
mereka bertemu dengan serombongan anak muda yang sedang menuju ke tujuan
yang sama. Di sepanjang perjalanan sampai ke sungai Tigris anak-anak
muda itu menunjukkan tingkah iaku yang memuakkan.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Sahabat-sahabat Ma'ruf mendesaknya: "Guru, mintalah kepada Allah
Yang Maha Besar untuk membenamkan mereka semua sehingga bumi ini bersih
dari kehadiran mereka yang menjijikkan".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf menjawab: "Tengadahkanlah tangan kalian!"</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Setelah itu berdoalah Ma'ruf: "Ya Allah, karena Engkau telah
memberikan kepada mereka kebahagiaan di atas dunia ini, maka berikan
pulalah kepada mereka kebahagiaan di akhirat nanti".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Sahabat-sahabat Ma'ruf terheran-heran dan berkata:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Guru, kami tak mengetahui rahasia yang terkandung di dalam doamu itu".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf menjawab: "Dia, kepada siapa aku berdoa tadi, mengetahui
rahasianya. Tunggulah sebentar. Sesaat ini juga rahasia itu akan
terbuka".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ketika remaja-remaja itu melihat syeikh Ma'ruf, mereka segera
memecahkan kecapi-kecapi mereka dan menumpahkan anggur yang sedang
mereka minum. Dengan tubuh gemetar mereka menjatuhkan</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">diri di depan syeikh dan bertaubat.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian Ma'ruf berkata kepada sahabat-sahabatnya. "Kalian saksikan
betapa kehendak kalian telah dikabulkan tanpa membenamkan dan
mencelakakan seorang jua pun".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">ooo</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Pada suatu hari raya terlihat olehku Ma'ruf sedang memunguti biji-biji kurma.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Apakah yang sedang engkau lakukan?" Aku bertanya kepadanya.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf menjawab: "Tadi aku menemui seorang anak yang sedang
menangis. Aku bertanya kepadanya: 'Apakah yang engkau tangiskan?', Anak
itu menjawab: 'Aku seorang anak yatim piatu, tiada mempunyai ayah bunda.
Anak-anak lain mempunyai pakaian baru tetapi aku tidak. Anak-anak lain
mempunyai kacang tetapi aku tidak'. Maka biji-biji kurma ini kukumpulkan
untuk kujual dan uang-nya untuk pembeli kacang sehingga ia dapat
bersuka-suka dan bermain-main seperti anak-anak lain".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Aku pun berkata: "Serahkanlah hai ini kepadaku dan tak usah lah engkau bersusah payah".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Sari melanjutkan kisahnya: "Anak itu kubawa pulang dan kuberikan
pakaian. Kemudian kubelikan kacang dan kubesarkan hatinya. Seketika itu
juga terlihatlah olehku cahaya terang ben-derang yang memancar dari
dalam lubuk hatiku dan aku sangat berbahagia.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">ooo</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf mempunyai seorang paman yang menjadi gubernur di suatu kota.
Pada suatu hari ketika si paman lewat di sebuah padang, ia melihat
Ma'ruf sedang makan roti. Di depan Ma'ruf ada seekor anjing. Secara
berganti-ganti Ma'ruf memasukkan sekerat roti ke mulutnya sendiri dan ke
mulut anjing itu. Menyaksikan perbuatannya itu si paman berseru:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Tidak malukah engkau memakan roti bersama-sama dengan seekor anjing?".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf menjawab. "Karena mempunyai rasa malulah aku memberikan roti kepada yang miskin".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian Ma'ruf menengadahkan kepalanya dan memanggil seekor burung
yang sedang terbang di angkasa. Si burung menukik. hinggap di
tangannya, sedang sayap-sayapnya menutupi kepala dan,, mata Ma'ruf.
Setelah itu Ma'ruf berkata kepada pamannya:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Jika seseorang malu terhadap Allah, maka segala sesuatu akan malu terhadap dirinya".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Mendengar kata-kata ini si paman terdiam dan tak dapat berkata apa-apa.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">ooo</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Pada suatu hari, wudhu' Ma'ruf batal. Segeralah ia bersuci dengan pasir. Melihat hal ini orang-orang menegurnya:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Lihatlah, di situ Sungai Tigris, tetapi mengapakah engkau bersuci dengan pasir?'</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf menjawab: "Mungkin sekali aku telah mati sebelum sampai ke situ".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">ooo</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Pada suatu hari beberapa orang Syi'ah mendobrak pintu rumah Riza
dan menyerang Ma'ruf sehingga tulang rusuknya patah. Ma'ruf tergeletak
dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Sari as-Saqathi berkata kepada Ma'ruf. "Sampaikanlah wasiat-mu yang terakhir"</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ma'ruf berkata: "Apabila aku mati, lepaskanlah pakaianku dan
sedekahkanlah. Aku ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan telanjang
seperti ketika aku dilahirkan dari rahim ibuku".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ketika Ma'ruf meninggal, prikemanusiaan dan kerendahan natinya
sedemikian harum sehingga semua kaum, baik yang beragama Yahudi,
Kristen, maupun Islam mengakuinya sebagai salah seorang di antara
mereka.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Pelayanannya menyampaikan bahwa Ma'ruf pernah berpesan: "Jika ada
suatu kaum yang dapat mengangkat peti matiku nanti, maka aku adalah
salah seorang di antara mereka".</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian ternyatalah bahwa orang-orang Kristen tidak dapat
mengangkat peti matinya. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi. Ketika
tiba giliran orang-orang Muslim ternyata mereka berhasil. Kemudian
mereka men-shalatkan jenazah dan menguburnya di tempat itu juga.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">ooo</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Sari meriwayatkan sebagai berikut ini: Setelah Ma'ruf mati, dalam
suatu mimpi aku bertemu dengan dia. Ma'ruf sedang berdiri di bawah
tahta. Matanya terbuka lebar seperti seorang yang ter-kesima dan
berputus asa. Kemudian terdengarlah seruan Allah kepada
malaikat-malaikat-Nya:</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Siapakah dia ini?"</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu", malaikat-malaikat itu menjawab.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">"Dia inilah Ma'ruf", terdengar sabda-Nya. "Ia terkesima dan terpesona
karena cinta-kasih Kami. Hanya dengan memandang Kami sajalah ia dapat
sadar kembali. Hanya dengan menemui Kami sajalah ia akan menemukan
dirinya kembali". </span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-82962946300986835492013-05-01T04:51:00.002-07:002013-05-01T04:51:32.831-07:00HANYA NU YANG MAMPU BENDUNG WAHABI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUJmvtCISCaoJ6Huhk9b0zMg5SIVi0N5a4besyLyEaYqXWs9w3vmb33DP5pZ_NctY8qCTgAvCi8a4xj7yL_N1vpmWTqHDfmrk5Ncf35wE76YPZ54SbMSpSkjzrR4r7jSwW4C-NdM7Yb-Xf/s1600/942909_443161205774557_1786736464_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUJmvtCISCaoJ6Huhk9b0zMg5SIVi0N5a4besyLyEaYqXWs9w3vmb33DP5pZ_NctY8qCTgAvCi8a4xj7yL_N1vpmWTqHDfmrk5Ncf35wE76YPZ54SbMSpSkjzrR4r7jSwW4C-NdM7Yb-Xf/s320/942909_443161205774557_1786736464_n.jpg" width="320" /></a></div>
Apa dan Bagaimana langkah Nahdlatul Ulama (NU) dan pesantren mencegah pergerakan Wahabi Salafi di Indonesia yang masuk ke k<span class="text_exposed_show">ampung-kampung
dan desa? Untuk menjawab kegelisahan ini, Majalah Risalah NU melakukan
wawancara dengan Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. Berikut
petikan wawancaranya:<br /> <br /> <br /> Bagaimana sebenarnya Wahabi di Indonesia?<br /> <br />
Itu sebenarnya sudah lama, tapi eksisnya sejak tahun 80-an setelah Arab
Saudi membuka LIPIA (Lembaga llmu Pengetahuan Islam dan Arab). Ketika
itu direkturnya masih bujangan yang kawin dengan orang Bogor. Kemudian
menampakkan kekuatannya, bahkan mereka membuka yayasan-yayasan. <br /> <br />
Setahu saya ada 12 yayasan yang pertama kali dibentuk. Antara lain
As-Shafwah, Assunnah, Annida, Al-Fitrah, Ulil Albab, yang semuanya
didanai oleh masyarakat Saudi, bukan oleh negaranya. Contoh, Assunah
dibangun oleh Yusuf Ba'isa di Cirebon, di Kali Tanjung, Kraksan.
Sekarang ketuanya Prof. Salim Badjri, muridnya adalah Syarifuddin yang
ngebom Polresta Cirebon beberapa waktu lalu. Dan satu lagi yang ngebom
gereja Bethel di Solo namanya Ahmad Yusuf. </span><br />
<a name='more'></a><br /> <br /> Jadi, sebenarnya,
Wahabi ajarannya bukan teroris, tapi bisa mencetak orang jadi teroris
karena menganggap ini itu bid'ah dan musyrik. Lama-lama bagi orang yang
diajari punya keyakinan “Kalau begitu orang NU boleh dibunuh dong, kalau
ada maulid nabi boleh dibom," dan seterusnya.<br /> <br /> <br /> Soal pemalsuan kitab-kitab Sunni, khususnya kitab yang jadi referensi NU, bagaimana?<br /> <br />
Kita sudah berjuang sekuat tenaga untuk mengkounter pendapat mereka.
Kita jangan minder dan merasa kalah. Kalau hanya dihujat maulid nabi gak
ada dalilnya, atau ziarah kubur gak ada dalilnya, sudah banyak buku
yang ditulis untuk membantahnya. Misalnya yang ditulis pak
Munawir-Yogya, Abdul Manan-Ketua PP LTN NU, Idrus Ramli santri
Situbondo, Muhyiddin Abdus Somad dari Jember, dan lain sebagainya. <br /> <br />
Banyak yang menulis buku tentang dalil-dalil amaliah kita. Ziarah kubur
dalilnya ini, maulid nabi dalilnya ini, tawassul dalilnya ini. Seperti
saya sering mengatakan maulid nabi itu memuji-muji Nabi Muhammad, semua
sahabat juga memuji Nabi Muhammad, setinggi langit bahkan. Nabi Muhammad
diam saja tidak melarang. <br /> <br /> Tawassul, semua sahabat juga
tawassul dengan Rasulullah. Tawassul dengan manusia, Rasulullah lho!
Bukan Allahumma langsung, tapi saya minta tolong Rasullulah. Sampai
begitu! Litarhamna, rahmatilah kami. <br /> <br /> Labid bin Rabiah
mengatakan: “Kami datang kepadamu wahai manusia yang paling mulia di
atas bumi, agar engkau merahmati kami.” Coba, minta rahmat kepada
Rasulullah, kalau itu dilarang, kalau itu salah, Rasulullah pasti
melarang, “Jangan minta ke saya, musrik!” Tapi Enggak tuh!<br /> <br />
Dalam al-Quran juga ada dalil “Walau annahum idz dzalamu anfusahum jauka
fastaghfarullaha wastaghfara lahumurrasul lawajadullaha tawwabarrahima”
(QS. al-Ahzab). Artinya “Seandainya mereka yang dzalim datang kepada
Rasulullah Muhammad, mereka istigfar, dan kamu pun (Muhammad) memintakan
istighfar untuk mereka, pasti Allah mengampuni.”<br /> <br /> <br /> Bagaimana dengan kitab-kitab Wahabi?<br /> <br />
Ya kan sudah banyak yang diterjemah, bahkan kalau ada orang pergi haji
pulang dapat terjemahan. Itu dari kitab-kitab Wahabi semua.<br /> <br /> <br /> Siapa pendiri Wahabi?<br /> <br />
Begini, Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabi itu mengaku bermazhab
Hanbali, tapi Hanbali versi ibn Taimiyah. Ibnu Taimiyah adalah pengikut
Hanbali yang ekstrim. Imam Hanbali itu imam ahli sunnah yang empat yang
selalu mendahulukan nash atau teks daripada akal, jadi banyak sekali
menggunakan hadits ahad. Kalau Imam Hanafi kebalikannya, dekat dengan
akal. Murid Imam Hanbali lebih ekstrim, lahirlah Ibnu Taimiyah yang
kemudian punya pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Di sini menjadi luar
biasa, malah dipraktekkan menjadi tindakan, bongkar kuburan. Sementara
Ibnu Taimiyah masih teori dan wacana.<br /> <br /> <br /> Asal-usul Wahabi dari mana?<br /> <br />
Bukan dari Mekkah, tapi dari Najd, Riyadh. Orang Makkah asli, Madinah
asli, Jiddah asli gak ada yang Wahabi, hanya tidak berani
terang-terangan.Dulu hampir saja terjadi fitnah, ketika Mahkamah
Syar'iyyah al-'Ulya (mahkamah tinggi syar'i) menghukumi Sayyid Muhammad
bin Alwi al-Maliki harus dibunuh karena melakukan kemusyrikan.
Keputusannya sudah ditandatangani oleh Raja Khalid, tapi dimasukkan laci
oleh Raja Fahd yang waktu itu masih menjadi putera mahkota, katakanlah
dibekukan! Kalau terjadi, gempar itu!<br /> <br /> <br /> Untuk membendung gerakan Wahabi, apa yang harus diiakukan NU?<br /> <br />
Saya yakin kalau yang keluaran pesantren gak terpengaruh. Saya di sana
13 tahun, sedikitpun, malah berbalik benci. Semua yang keluaran dari NU
ke sana, seperti pak Agil Munawar, Masyhuri Na'im, gak ada yang Wahabi.
Semua keluaran sana gak ada yang Wahabi kalau dari sini bekalnya kuat.
Atau bukan NU, seperti Muslim Nasution dari Wasliyah, pak Satria Efendi
dari PERTI, gak Wahabi meskipun di sana belasan tahun sampai doktor. Pak
Maghfur Usman, Muchit Abdul Fattah, pulang malah sangat anti,
Wahabinya.<br /> <br /> Insya Allah selama pesantren NU masih eksis, Wahabi
gak akan masuk. Wahabi pertama kali dibawa oleh Tuanku Imam Bonjol yang
tokoh Padri. Padri itu pasukan berjubah putih yang anti tahlil. Hanya
waktu itu kekerasannya Imam Bonjol untuk menyerang Belanda. Padahal ke
internal juga keras. Imam Bonjol itu anti ziarah kubur. Kuburannya di
Manado. Waktu saya ke Menado ditawari: “Mau ziarah kubur gak?” Ya waktu
hidupnya gak seneng ziarah kubur, masak saya ziarahin? (Namun menurut
salah satu riwayat, Imam Bonjol telah taubat di akhir hayatnya dari
akidah Wahabi).<br /> <br /> <br /> Tentang pengikut Wahabi yang banyak dari kalangan Eksekutif?<br /> <br />
Orang kalau sudah punya status sosiai, direktur, sudah dapat kedudukan,
terhormat, kaya, yang kurang satu, ingin mendapatkan legitimasi sebagai
orang soleh dan orang baik-baik. Nah, mereka kemudian mencari guru
agama. Guru agama yang paling gampang ya mereka, ngajarinnya gampang.
Kalau ngaji sama orang NU kan sulit, detail. Kalau sama mereka yang
penting ini Islam, ini kafir, ini halal, ini haram, doktrin hitam putih.
Sehingga diantara orang-orang terdidik terbawa oleh aliran mereka.
Karena masih instan faham agamanya. Kalau kita gak, kita faham agamanya
sejak kecil.<br /> <br /> <br /> Inti gerakan Wahabi itu di semua lini ya?<br /> <br />
Harus diingat bahwa berdirinya NU itu adalah karena perilaku Wahabi.
Wahabi mau bongkar kuburan Nabi Muhammad Saw. KH. Hasyim bikin Komite
Hijaz yang berangkat Kiai Wahab, Haji Hasan Dipo (ketua PBNU pertama),
KH. Zainul Arifin membawa suratnya Kiai Hasyim ketemu Raja Abdul Azis
mohon, mengharap, atas nama umat Islam Jawi, mohon jangan dibongkar
kuburan Nabi Muhammad Saw. Pulang dari sana baru mendirikan Nahdlatul
Ulama. Jadi memang dari awal kita ini sudah bentrok dengan Wahabi.
Lahirnya NU didorong oleh gerakan Wahabi yang bongkar-bongkar kuburan,
situs sejarah, mengkafir- kafirkan, membid'ah-bid'ahkan perilaku kita,
amaliyah kita. Tadinya diam saja, begitu yang mau dibongkar makam Nabi
Muhammad Saw., baru KH. Hasyim perintah bentuk komite tersebut.<br /> <br /> <br /> Seberapa kuat Wahabi sekarang?<br /> <br />
Sebetulnya tidak kuat, sedikit. Tapi dananya itu yang luar biasa. Dan
belum tentu orang yang ikut karena percaya Iho! Artinya kan semata-mata
karena dapat uang. Uangnya luar biasa. Si Arab-Arab itu kan kebanyakan
Arab bukan Habib. Jadi pada dasarnya mereka juga cari uang.<br /> <br /> <br /> Ancamannya seberapa besar?<br /> <br />
Yah, Kalau kita biarkan ya terancam. Kalau setiap hari radio MTA, TV
Rodja ngantemin maulid nabi, ziarah kubur, lama-lama orang terpengaruh
juga.<br /> </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-69710727500135840452013-04-25T04:28:00.000-07:002013-04-25T04:28:07.063-07:00TRADISI DO'A BERSAMA YANG DIANGGAP BID'AH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwlE2VurmEWMGfhJ8n5H0hB5BjxK5ryzZqrW5w9Ka8QDYKYmcmyHw09ntFsb6o0l0ckqgOLr5FQ3BalEh1KIarh7UvS55UyTFESYK48SMT7WHbF56ATTON5a_-stvRIpeCtSPGamO3wjLC/s1600/Sunnah-and-Bidah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwlE2VurmEWMGfhJ8n5H0hB5BjxK5ryzZqrW5w9Ka8QDYKYmcmyHw09ntFsb6o0l0ckqgOLr5FQ3BalEh1KIarh7UvS55UyTFESYK48SMT7WHbF56ATTON5a_-stvRIpeCtSPGamO3wjLC/s320/Sunnah-and-Bidah.jpg" width="320" /></a></div>
Ada seorang teman yang sekarang tinggal di Bandung sebagai kiai
muda, curhat kepada saya melalui SMS, bahwa ada sekelompok aliran di
daerahnya, ketika selesai shalat, mereka tidak mau berdoa bersama,
dengan dipandu seorang imam. Alasan mereka, hal itu tidak ada haditsnya
dan termasuk bid’ah. Hal yang sama juga terjadi pada saya.<br />
<br />
Dalam
sebuah diskusi tentang bid’ah dan tradisi, di Mushalla Nurul Hikmah,
Perum Dalung Permai Denpasar, pada 22 Juli 2010 yang lalu, ada seorang
Salafi yang berpendapat bahwa doa bersama itu bid’ah. Ketika salah
seorang teman kami berdoa sebagai penutup acara, jamaah yang hadir
semuanya mengucapkan amin sambil mengangkat kedua tangan mereka.
Sementara laki-laki Salafi yang menolak doa bersama tersebut, tidak
ikut amin dan tidak mengangkat kedua tangannya.<br />
<br />
Tentu
saja apa yang dilakukan oleh kaum Salafi itu tidak sesuai dengan
ajaran Rasulullah SAW. Justru tradisi doa bersama, di mana salah
seorang dari jamaah mengucapkan doa, sedangkan anggota jamaah lainnya
membaca amin, merupakan tradisi Islami yang benar dan sesuai dengan
ajaran Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits hasan Rasulullah SAW
bersabda:<br />
<br />
عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ
وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ
يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ
دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في المستدرك<br />
<br />
“Dari
Habib bin Maslamah al-Fihri RA –beliau seorang yang dikabulkan
doanya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak lah
berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan
sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan doa
mereka.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan al-Hakim
dalam al-Mustadrak. Al-Hakim berkata, hadits ini shahih sesuai
persyaratan Muslim. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’
al-Zawaid, para perawi hadits ini adalah para perawi hadits shahih,
kecuali Ibn Lahi’ah, seorang yang haditsnya bernilai hasan.”<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dalam hadits lain diterangkan:<br />
<br />
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ.
رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.<br />
<br />
“Dari Ibn Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang
berdoa dan orang yang membaca amin sama-sama memperoleh pahala.” (HR.
al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus dengan sanad yang lemah).<br />
<br />
Menurut
al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari dalam kitabnya al-Mudawi
li-’Ilal al-Jami’ al-Shaghir wa Syarhai al-Munawi (juz 4 hal. 43),
kelemahan hadits al-Dailami di atas dapat diperkuat dengan ayat
al-Qur’an. Allah SWT berfirman tentang kisah Nabi Musa AS:<br />
<br />
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا. (يونس : ٨٩).<br />
<br />
“Allah
berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, oleh
karena itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus.” (QS. Yunus :
89).<br />
<br />
Dalam ayat di atas, al-Qur’an menegaskan tentang
dikabulkannya doa Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS. Padahal yang berdoa
sebenarnya Nabi Musa AS, sedangkan Nabi Harun AS hanya mengucapkan
amin, sebagaimana diterangkan oleh para ulama ahli tafsir. Nabi Musa
AS yang berdoa dan Nabi Harun AS yang mengucapkan amin, dalam ayat
tersebut sama-sama dikatakan berdoa. Hal ini pada dasarnya menguatkan
substansi hadits di atas, bahwa orang yang berdoa dan yang mengucapkan
amin sama-sama mendapatkan pahala doa. Mengenai doa Nabi Musa AS
tersebut, telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya, yaitu ayat berikut
ini:<br />
<br />
وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ
وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا
لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ
وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ
الْأَلِيمَ، (يونس : ٨٨).<br />
<br />
“Musa berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka
kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan
kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya
Tuhan kami, binasankalah harta benda mereka, dan kunci matilah hati
mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang
pedih.” (QS. Yunus : 88).<br />
<br />
Dalam hadits lain diterangkan:<br />
<br />
عَنْ
يَعْلَى بْنِ شَدَّادٍ قَالَ: حَدَّثَنِيْ أَبِيْ وَعُبَادَةُ بْنُ
الصَّامِتِ حَاضِرٌ يُصَدِّقُهُ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم فَقَالَ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبٌ؟ يَعْنِيْ أَهْلَ
الْكِتَابِ، فَقُلْنَا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَأَمَرَ بِغَلْقِ
الْبَابِ وَقَالَ: اِرْفَعُوْا أَيْدِيَكُمْ وَقُوْلُوْا لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ، فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا سَاعَةً، ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ
أَنْتَ بَعَثْتَنِيْ بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهَا
الْجَنَّةَ وَأَنْتَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ، ثُمَّ قَالَ:
أَبْشِرُوْا فَقَدْ غُفِرَ لَكُمْ. رواه الإمام أحمد بسند حسنه الحافظ
المنذري، والطبراني في الكبير وغيرهما.<br />
<br />
“Ya’la bin Syaddad
berkata: “Ayahku bercerita kepadaku, sedangkan Ubadah bin al-Shamit
hadir membenarkannya: “Suatu ketika kami bersama Nabi SAW. Beliau
berkata: “Apakah di antara kamu ada orang asing? (Maksudnya
ahlul-kitab).” Kami menjawab: “Tidak ada, ya Rasulullah.” Lalu Rasul
SAW memerintahkan agar mengunci pintu. Kemudian bersabda: “Angkatlah
tangan kalian dan ucapkan la ilaha illlallah.” Maka kami mengangkat
tangan kami beberapa saat. Kemudian Rasul SAW berkata: “Ya Allah,
Engkau telah mengutus aku membawa kalimat ini, dan Engkau janjukan
surga padaku dengan kalimat tersebut, sedangkan Engkau tidak akan
menyalahi janji.” Kemudian Rasul SAW bersabda: “Bergembiralah, karena
Allah telah mengampuni kalian.” (HR. al-Imam Ahmad dengan sanad yang
dinilai hasan oleh al-Hafizh al-Mundziri, al-Thabarani dalam al-Mu’jam
al-Kabir dan lain-lain.<br />
<br />
Dalam hadits di atas, Rasulullah
SAW memerintahkan para sahabat membaca kalimat tauhid (la ilaha
illallah) bersama-sama. Lalu para sahabat pun mengucapkannya
bersama-sama sambil mengangkat tangan mereka. Kemudian Rasulullah SAW
membacakan doa. Dengan demikian, dzikir bersama sebenarnya memiliki
tuntunan dari hadits shahih ini.<br />
<br />
Berdasarkan paparan di
atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi doa bersama, di mana salah
seorang di antara jamaah memimpin doa, sedangkan jamaah yang lain
mengucapkan amin, baik hal tersebut didahului dengan dzikir bersama
maupun tidak, pada dasarnya memiliki dasar hadits yang kuat, dan bahkan
merupakan tuntunan al-Qur’an al-Karim sebagaimana yang terdapat dalam
kisah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS. Wallahu a’lam.<br />
<br />
(Ust. Muhammad Idrus Ramli)<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-65133908244371980942013-04-23T03:41:00.001-07:002013-04-23T03:41:16.281-07:00Nasihat Imam Ja’far Ash-Shadiq ra. Tentang Ilmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ifdTGgcFlKaKDIBFt1Den5McYK5aXK499UhTq7VGMraGLAG7Jb1Ctpbrtl2EA6zLD6cRCuMguiEZc_D8Km-PWBRQAKExPj13MQTmEyXmpIzKqFRX3P0yHBXVrJx0a7gt90WCOTC0c1AF/s1600/Jafar_Sadik_Name_in_Arabic.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ifdTGgcFlKaKDIBFt1Den5McYK5aXK499UhTq7VGMraGLAG7Jb1Ctpbrtl2EA6zLD6cRCuMguiEZc_D8Km-PWBRQAKExPj13MQTmEyXmpIzKqFRX3P0yHBXVrJx0a7gt90WCOTC0c1AF/s320/Jafar_Sadik_Name_in_Arabic.gif" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabat,
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menyimak nasihat dari para kekasih Allah SWT kemudian merenungkan dan
berusaha mengamalkannya adalah menjadi tekad kita semua dalam rangka
mensucikan qalbu dan diri kita. Nah, dalam tulisan kali ini, kami
sajikan ajaran Imam Ja’far Ash-Shadiq ra. seorang ulama akhlaq yang
merupakan salah satu keturunan Rasulullah SAW yang terkenal berakhlak
mulia, faqih dalam Al-Quran, Hadits dan wawasan keislaman di zamannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>BismillahirRahmaniRahim</em><br />
<em> Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
Ilmu adalah landasan setiap kemuliaan dan puncak maqam (kedudukan) yang tinggi. Itulah sebabnya Nabi saw bersabda:<br />
<strong>“Menjadi kewajiban dari setiap muslim, pria maupun wanita, untuk mencari ilmu.”, terutama ilmu tentang ketakwaan dan keyakinan.</strong><br />
Imam Ali kw berkata:<br />
<strong>“Carilah ilmu, meskipun sampai ke negeri Cina.” Terutama ilmu
untuk mengenal diri – yang di dalamnya terkandung ilmu tentang Tuhan.</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-529"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah saw juga bersabda:<br />
“Barangsiapa mengenal dirinya maka dia mengenal Rabb-nya; terlebih,
hendaknya kamu memiliki ilmu yang tanpa ilmu itu, tak ada tindakan yang
dianggap benar, yaitu ilmu Ikhlas. Kami berlindung kepada Allah dari
ilmu yang tidak bermanfaat.” Yaitu dari ilmu yang bertentangan dengan
perbuatan-perbuatan yang dikerjakan secara ikhlas.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Ketahuilah bahwa sejumlah kecil ilmu menuntut amal dalam jumlah yang
banyak. Misalnya ilmu tentang Hari Akhir menuntut orang yang menguasai
ilmu tersebut beramal sesuai dengannya sepanjang masa hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Isa as. berkata, “Aku melihat sebuah batu yang di permukaan
atasnya tertulis, ‘Baliklah aku’ lalu aku pun membaliknya. Tertulis di
baliknya, ‘Barangsiapa tidak berperilaku sesuai dengan ilmu yang
diketahuinya, akan diwajibkan (baginya) untuk mencari apa yang tidak
diketahuinya, dan ilmunya tersebut akan berbalik menentangnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT mewahyukan kepada nabi Daud as. “Hal terkecil yang akan
Kulakukan terhadap seseorang yang memiliki ilmu tetapi tidak berperilaku
sesuai dengan ilmunya tersebut, adalah menganggap ilmunya lebih buruk
daripada tujuh puluh hukuman batin yang merupakan akibat dari
Kehendak-Ku untuk menghilangkan dari qalbunya kebahagiaan dalam
berzdikir kepada-Ku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Tidak ada jalan untuk mencapai Allah kecuali melalui ilmu.
Dan ilmu merupakan perhiasan bagi manusia di dunia dan di akhirat kelak,
menuntunnya menuju sorga, dan dengan sarana itu dia memperoleh ridha
Allah.</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Seorang yang benar-benar berilmu adalah dia yang di dalam
dirinya terejewantahkan akhlak mulia, permohonan-permohonan yang ikhlas,
kejujuran, kewaspadaan dari berbicara dengan bebas (tak terkendali).
(Tanda berilmunya) Bukan di lisannya, debat-debatnya,
pembandingan-pembandingannya, penegasan-penegasannya maupun
pernyataan-pernyataannya.</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa sebelum kita (zaman sebelum Imam Ja’far hidup), orang-orang
yang mencari ilmu adalah mereka yang memiliki kecerdasan, kesalehan,
kebijaksanaan, kesederhanaan, dan kewaspadaan. Namun sekarang ini, kita
menyaksikan bahwa para pencari ilmu tidak memiliki sifat-sifat tersebut.<br />
<strong>Orang yang berilmu membutuhkan kecerdasan, kebaikan,
kasih-sayang, nasihat yang baik, ketabahan, kesabaran, kepuasan, serta
kedermawanan. Sementara siapa pun yang ingin mempelajari ilmu memerlukan
hasrat terhadap ilmu, kehendak, pengorbanan, kesalehan, kewaspadaan,
daya ingat, dan keteguhan hati.</strong>[]</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-4283500981904427472013-04-14T14:50:00.000-07:002013-04-14T14:50:07.002-07:00Menguak Hakikat di Balik Muhammad dan Sholawat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBZbQUJ4JFXOjA77M2n0bv6DaIBKKh3YEYdA_TRUYR1Yf2_JwhbBqtpf4XgQYlFqCjxZMGJX8RdxEJtz-L-zUS7C_dR-QA1TwfvnegyhZcutYkPsIBf5xrS0LbjoetOW8QvHT5v4_t1mfG/s1600/salafi-vs-sufi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBZbQUJ4JFXOjA77M2n0bv6DaIBKKh3YEYdA_TRUYR1Yf2_JwhbBqtpf4XgQYlFqCjxZMGJX8RdxEJtz-L-zUS7C_dR-QA1TwfvnegyhZcutYkPsIBf5xrS0LbjoetOW8QvHT5v4_t1mfG/s320/salafi-vs-sufi.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span>Akibat pernyataan Sufi tua bahwa Sholawat sudah menjadi
sunnatullah, Ustadz Dul Wahab, ustadz Jembudin at-Takriri, Ustadz Zakari
as-Salaf diiringi delapan orang muridnya dengan bersungut-sungut
mendatangi pesantren sufi dan meminta penjelasan tentang pernyataan yang
dianggap berlebihan yang potensial akan mempertuhan Muhammad bin
Abdullah. Sufi tua yang sedang berbincang dengan Guru Sufi, Sufi
Kenthir, Sufi Sudrun, Sufi Senewen, Dullah, Sukiran, dan Roben memasang
wajah sangar memandang para ustadz yang akan memprotes pernyataannya.<br />
“Aku cuma mau meladeni orang yang mau menerima Kebenaran faktual, riil
dan empirik,” kata Sufi tua ketus,”Orang yang pikirannya dibutakan oleh
tafsir teks dan menolak semua fakta riil dan kenyataan empirik,
silahkan keluar. Maksudku, orang seperti itu tidak perlu penjelasan tapi
langsung duel sebagai laki-laki karena orang seperti itu tidak bisa
diajak tukar pikiran.”</span></div>
<a name='more'></a><br /> Ustadz Dul Wahab, Ustadz Jembudin
al-Takriri dan Ustadz Zakari as-Salaf diam melihat mantan perwira
intelijen itu menampakkan kegarangan. Ustadz Dul Wahab mewakili yang
lain buru-buru membuat pernyataan bahwa tujuannya ke pesantren sufi
hanya untuk mencari kejelasan tentang pernyataan sepihak yang menyatakan
bahwa sholawat adalah sunnatullah. “Kami hanya ingin tahu, apa dasar
sampeyan membuat pernyataan seperti itu. Apa dalilnya bahwa sholawat
adalah sunnatullah?”<br /> “Karena yang sampeyan tanya adalah
sunnatullah, maka ijinkan aku bertanya dulu kepada sampeyan semua akal
sehat kita dalam memaknai fakta, realita, kenyataan empirik. Artinya,
kalau di antara kita ada yang menolak fakta, realita, kenyataan empirik
yang sudah diakui umat manusia sejagat raya, maka silahkan keluar dan
jangan bertanya sepatah kata pun kepada aku. Setuju?” kata Sufi tua
dengan suara ditekan tinggi.<br /> “Sepakat,” sahut ustadz Dul Wahab.<br /> “Aku tanya, menurut sampeyan semua, BUMI ini bentuknya bulat atau datar seperti karpet digelar?” tanya Sufi tua.<br />
Ustadz Zakari as-Salaf seketika menyahut,”Bumi datar seperti karpet
digelar. Dalilnya jelas! Dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 22
disebutkan bahwa Allah bersabda ‘Dia yang menjadikan bagi kalian bumi
terhampar (firasy) dan langit sebagai atap (binaa’a)’. Surah al-Hijr
ayat 19 juga menyatakan bahwa ‘dan bumi Kami bentangkan (madadnaaha) dan
Kami tegakkan gunung-gunung’.”<br /> Sufi tua ketawa tergelak.
Sebentar kemudian ia bertanya,”Jadi menurut sampeyan bumi itu datar
seperti karpet, dan langit itu pun seperti atap dan gunung-gunung tegak
seperti tiang?”<br /> “Ya tafsirnya yang benar memang itu.”<br />
“Sampeyan sudah tanya langsung kepada Allah bahwa tafsir yang sampeyan
ikuti itu yang paling benar di antara tafsir-tafsir lain?” tukas Sufi
tua terkekeh-kekeh.<br /> “Tentu tidak, bagaimana caranya bertanya langsung kepada Allah?”<br />
“Artinya, sampeyan hanya mengklaim bahwa tafsir yang sampeyan ikuti
itulah yang paling benar sedang tafsir orang lain salah. Karena dalam
kenyataan manusia sejagat raya sudah yakin jika bumi adalah bulat,
langit tidak seperti atap rumah sebagaimana yang sampeyan bayangkan,
gunung pun tidak bulat panjang seperti tiang sebagaimana sampeyan
bayangkan, maka silahkan sampeyan keluar dari tempat ini. Karena jelas,
penjelasanku tidak akan pernah bisa diterima oleh orang-orang seperti
sampeyan. Dan kalau sampeyan tetap ngotot minta penjelasan kepada aku,
maka lebih baik kita carok saja di luar untuk menentukan siapa benar
dan siapa salah.”<br /> Melihat suasana panas, Guru Sufi menengahi
dengan memberi isyarat agar Sufi tua tidak lagi bersikap keras. Sufi tua
menurut, tapi ia meminta kepada ustadz Dul Wahab untuk mematuhi
kesepakatan yang telah disepakati.<br /> “Baiklah,” kata ustadz Dula
Wahab,”Ustadz Zakari as-Salaf biar saja di sini dan tidak diusir keluar.
Tapi dia tidak punya hak untuk berbicara apalagi bertanya sepatah kata
pun kepada sampeyan.”<br /> “Setuju,” sahut Sufi tua,”Sekarang aku akan
menjawab pertanyaan sampeyan. Ustadz. Tapi pertama-tama, aku mau tanya
kepada sampeyan, ustadz. Apakah menurut sampeyan sholat tanpa sholawat
itu hukumnya sah?”<br /> “Ya tidak sah.”<br /> “Sampeyan pernah
menemukan hadits, cerita, kisah, data sejarah yang menyatakan bahwa satu
masa umat Islam pernah menghentikan amaliah sholat lima waktu dalam
tempo setahun, sebulan, seminggu, atau bahkan satu hari saja?” sergah
Sufi.<br /> “Ya pasti tidak pernah, karena dalam suasana perang pun orang tetap sholat.”<br />
“Itu berarti, sholawat juga tidak pernah berhenti diucapkan orang
barang satu hari pun sejak zaman Rasulullah Saw hidup sampai sekarang
ini. Orang menjalankan sholat dengan kewajiban bersholawat di dalamnya
itu sudah berlangsung 15 tanpa istirahat atau berhenti satu hari pun.
Apakah sampeyan mau ingkar terhadap fakta ini?”<br /> Ustadz Dul Wahab, Ustadz Jembudin al-Takriri dan Ustad Zakari as-Salaf diam.<br />
“Sampeyan bisa mencari seorang manusia yang namanya disebut dengan
hormat dan penuh kecintaan selama 15 abad tanpa henti selain Nabi
Muhammad Saw?” tanya Sufi tua.<br /> “Tapi simpulan itu berbahaya,
bisa merusak Tauhid kita karena bisa potensial menuhankan Muhammad ibn
Abdullah, yang faktanya, Muhammad itu hanya menusia biasa,” sahut ustadz
Jembudin at-Takriri menyela.<br /> “Jangan bilang Tauhid kita,
ustadz,” tukas Sufi tua sengit,”Karena tingkat pemahaman Tauhid
sampeyan dengan aku Tauhid tidaklah sama.”<br /> Melihat suasana
mulai hangat lagi, Guru Sufi menengahi. Dengan isyarat ia minta Sufi tua
untuk diam. Sebaliknya dengan suara merendah ia berkata,”Mohon maaf,
sebenarnya Tauhid kita sama tapi tidak serupa dalam tingkat pemahaman.
Maksudnya, Tauhid itu dalam pemahaman kami tidak sama dengan sampeyan
dan juga dengan orang lain, karena masing-masing manusia memiliki
perbedaan kualitas satu sama lain. Maksudnya, Tauhid yang difahami
Rasulullah Saw tentu tidak sama dengan Tauhid yang difahami para
sahabat. Begitu pula Tauhid yang difahami para sahabat tidak ada yang
sama satu sama lain di antara mereka, apalagi antara Tauhid yang
difahami para sahabat dengan Tauhid yang dipahami orang-orang dari
golongan badui.”<br /> “Maksud sampeyan apa menyatakan pemahaman Tauhid
Rasulullah tidak sama dengan pemahaman Tauhid sahabat? Bagaimana ini,
Mbah Kyai?” tanya Jembudin at-Takriri memprotes.<br /> “Contoh
sederhana, dari perkara itu,” sahut Guru Sufi menjelaskan, “Sewaktu
Rasulullah Saw hijrah dari Makkah ke Yatsrib didampingi sahabat Abu
Bakar as-Shiddiq dan dikejar kafir Quraisy, di tengah jalan beliau
berdua masuk ke dalam gua Tsur agar tidak tertangkap kafir Quraisy.
Nah, sewaktu di dalam gua itulah, seorang pemuda Quraisy dengan pedang
terhunus masuk ke dalam gua. Abu Bakar yang sudah dididik Tauhid
langsung oleh Rasulullah Saw selama 13 tahun, ternyata gemetar dan
mencucurkan airmata saat melihat pemuda Quraisy itu mendekat, karena
beliau khawatir pada keselamatan Rasulullah Saw. Saat itulah, dengan
tenang Rasulullah Saw menenangkan sahabat Abu Bakar dengan
bersabda,”Innalahha ma’ana” bahwa sejatinya Allah bersama kita. Bukankah
itu bukti bahwa kualitas pemahaman Tauhid sahabat Abu Bakar tidak bisa
dibandingkan dan dipersamakan dengan Rasulullah Saw? ” kata Guru Sufi.<br /> “Ya jelas tidak sama, karena Muhammad itu Nabi yang dipilih Allah.”<br />
“Nah, justru dengan dipilih oleh Allah itulah, kami meyakini bahwa
Muhammad ibn Abdullah Saw itu bukan manusia biasa sebagaimana kita,
sehingga kami semua senantiasa menyebut nama beliau dengan sebutan
kecintaan dan kehormatan serta kemuliaan: Sayyidina, Maulana, Habibina,
Qurrota ’ayyunina, Gusti, Kangjeng,” kata Guru Sufi.<br /> “Tapi berlebihan. Itu pengkultusan. Itu musyrik,” tukas ustadz Jembudin at-Takriri.<br />
Guru Sufi ketawa. Setelah itu dengan suara perlahan berkata,”Bolehkah
saya bertanya kepada sampeyan tentang keberadaan Al-Qur’an?”<br />
“Tanya keberadaan al-Qur’an yang bagaimana, Mbah?” gumam ustadz
Jembudin at-Takriri agak keder karena ia sadar tidak cukup memiliki
pemahaman mendalam tentang al-Qur’an.<br /> “Jangan kuatir saya tanya
yang macam-macam tentang al-Qur’an,” kata Guru Sufi dengan suara
datar,”Saya cuma ingin tahu apakah menurut pandangan sampeyan al-Qur’an
itu kitab yang memuat SABDA, WAHYU, KALAM, KATA-KATA ALLAH?”<br /> “Ya pasti itu, al-Qur’an adalah Sabda Allah,” sahut ustadz Jembudin at-Takriri.<br />
“Menurut pengetahuan sampeyan, apakah al-Qur’an yang memuat Sabda
Allah itu diturunkan ke dunia ini dengan cara Allah menjatuhkan kitab
itu dari langit kepada Nabi Muhammad Saw?”<br /> “Tentu saja tidak, Mbah.”<br /> “Dengan cara apa al-Qur’an diturunkan ke dunia?” tanya Guru Sufi mengejar.<br /> “Dengan wahyu,” sahut ustadz Jembudin at-Takriri,”Wahyu lewat malaikat Jibril yang disampaikan kepada Nabi Muhammad.”<br />
“Apakah wahyu yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw itu
berupa lembaran-lembaran kertas, papirus, lempengan tembaga?” tanya Guru
Sufi memburu. <br /> Ustadz Jembudin at-Takirir bingung. Ia menoleh
kepada ustadz Dul Wahab seperti meminta bantuan pendapat. Karena ustadz
Dul Wahab diam, ustadz Jembudin at-Takriri pun menjawab sekenanya, “Ya
menurut pengetahuan saya, wahyu itu dilewatkan LISAN Muhammad. Ayat demi
ayat dari surah-surah dari wahyu yang turun selama 23 tahun itu
dicatat. Itulah al-Qur’an, menurut pemahaman saya.”<br /> “Berarti
sampeyan percaya al-Qur’an itu dalam kacamata empirik keluar dari LISAN
Nabi Muhammad Saw dan sekali-kali itu bukan kata-kata, kalam, sabda,
ucapan pribadi manusia bernama Muhammad ibn Abdullah?”tanya Guru Sufi
mendesak.<br /> “Ya itu keyakinan kami.”<br /> “Kalau Muhammad ibn
Abdullah itu manusia biasa, kenapa beliau bisa menjadi subyek
representatif yang mewakili Allah bersabda kepada manusia? Bukankah
kalau yang ditetapkan sebagai subyek yang representatif mewakili Allah
bersabda itu kedudukannya hanya manusia biasa, tentu bebas saja bagi
orang-orang biasa di antara manusia yang bisa menjadi subyek penyampai
Sabda Allah? Kenapa sampeyan tidak meyakini bahwa kakek moyang sampeyan
yang dipilih mewakili Allah bersabda kepada manusia?” tanya Guru Sufi.<br />
Ustadz Jembudin at-Takriri diam. Suasana tegang. Untuk mengatasi
suasana, ustadz Dul Wahab bertanya,”Bolehkah saya tahu Mbah, kenapa Nabi
Muhammad itu bisa memperoleh kemuliaan seperti itu? Siapa sejatinya
Nabi Muhammad sampai memperoleh kedudukan setinggi itu di antara
manusia?”<br /> Guru Sufi menyitir sebuah hadits qudsyi,”Laulaka
laulaka maa kholaqtu al-aflah – andaikata engkau tidak Aku cipta, maka
tidak tercipta cakrawala.”<br /> “O iya mbah, hadits qudsyi itu bagaimana maksudnya?”<br />
“Dalam hadits qudsyi juga disebutkan, bahwa pada awalnya alam semesta
ini berupa hamparan Zat Ilahi yang meliputi segala, tidak ada zat lain
kecuali Zat-Nya saja. Oleh karena Dia itu Zat terahasia Yang ingin
diketahui (Kuntu Kanzan Mahfiyan, Ahbabtu an u’rifa), maka diciptakanlah
ciptaan (fa kholaqtu kholqo). Ciptaan pertama itulah yang disebut
CAHAYA YANG TERPUJI (Nuur Muhammad). Nah Nuur Muhammad itulah sumber
dari segala sumber penciptaan alam semesta. Dengan\Nuur Muhammad itulah
alam semesta yang semula awang-uwung menjadi ada sumber bahan alam yang
kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Begitulah makna hadits ‘laulaka
laulaka maa kholaqtu al-aflah’, yang menunjuk penciptaan Cahaya
Muhammad sebagai Sumber penciptaan alam semesta,” kata Guru Sufi
menjelaskan.<br /> “Ee apakah bisa dimaknakan juga bahwa Allah
bersholawat kepada Nabi Muhammad itu sejatinya bersholawat kepada Nuur
Muhammad, yaitu Cahaya-Nya Sendiri Yang Terpuji?”<br /> “Tidak bisa
dipilah-pilah begitu,” sahut Guru Sufi,”Karena sholawat Allah dan para
malaikat itu bukan hanya kepada Nuur Muhammad sebagai Cahaya Allah Yang
Terpuji, tetapi eksplisit diberikan kepada Nabi Muhammad sebagaimana
sabda-Nya : Innalloha wa malaaikatahu yusholuuna ala Nabi. Makan
sholawat itu disampaikan dari tingkat haqqi qat Yang Terpuji
(al-Haqqiqat al-Muhammadiyyah) sampai kepada pemunculan-Nya (tanazul)
sebagai Nabi Muhammad Saw.”<br /><span> Ustadz Dul Wahab diam. Ustadz
Jembudin at-Takriri geleng-geleng kepala sambil menggumam, ”Wah tambah
bingung saya, Mbah. Pulang aja saya, daripada tidak faham dan malah
sesat dengan uraian sampeyan yang membingungkan itu,” katanya
berpamitan.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-53368178720547453362013-04-12T13:50:00.000-07:002013-04-12T13:51:18.554-07:00Misteri Pengarang syi'eir Tanpo Waton<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-znEIA6EziL3mhx2gaIuCrqZsLmxhDNt4MXp_FhBJQgChabbbWqA4kV564tf3thdSSIxLwRrjeEGFRiADVajX3bB38UP9LWFfZUl75P6uSiX-uOQiCOOY_FjxpMP7W2-WLXUdPWIUajWI/s1600/gus_dur26.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-znEIA6EziL3mhx2gaIuCrqZsLmxhDNt4MXp_FhBJQgChabbbWqA4kV564tf3thdSSIxLwRrjeEGFRiADVajX3bB38UP9LWFfZUl75P6uSiX-uOQiCOOY_FjxpMP7W2-WLXUdPWIUajWI/s320/gus_dur26.jpg" width="281" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://aliks-fx.blogspot.com/2011/10/misteri-pengarang-syieir-tanpo-waton.html" target="_blank">Gus Dur</a></td></tr>
</tbody></table>
Di awal tahun 2011 pertama kali aku mendengar syiir tanpo waton di
karang nongko di acara pengajiannya kiai husain, rutinan malam
pitulasan. syiir tersebut di kumandangkan sebelum dan sesudah
pengajian, syiirnya begitu menyentuh kalbu, dan mulai bait awal sampai
akhir penuh makna, seluruh syiir tersebut mengandung ajaran mulai dasar
sampai ke ajaran yg lebih tinggi, andai ada orang yg baru masuk islam
dan hanya syiir an ini jd pegangan insya Allah dia selamat dunia
akhirat.</div>
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7692217738569701913" name="more"></a><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesei mengaji aku minta syiiran ini dari para santri melalui bleutoot dari hp ke hp</div>
<div style="text-align: justify;">
sesampai
di rumah aju dengarkan lagi syiiran ini,tanpa bisa di cegah hati
tergetar , perasaan begitu syahdu....air mata jatuh bercucuran, setiap
kali ku ulangi syiiran ini aku menangis tersedu....begitu kuat daya
magis syiir tanpo waton ini</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa bulan kemudian ketika aku
pergi ketulangan sidoarjo ke rumahnya gus yusup, di rumah gus yusup
sudah ada tamu seorang tua yg memakai busana muslim tapi lusuh sekali,
aku tidak tahu siapa orang tua ini, tiba - tiba hpku berdering dan
kebetulan nada deringnya adalah <a href="http://aliks-fx.blogspot.com/2011/10/misteri-pengarang-syieir-tanpo-waton.html" target="_blank">syiir tanpo waton</a>, orang tua ini
meneruskan syiir tanpo waton dari hpku dg suara yg lembut tapi serak
sekali dan kulihat matanya mulai berkaca - kaca, singkat kata kami
akhirnya membahas syiir tanpo waton ini, berkali kali aku bertanya
kepada orang tua ini arti kata yg tidak aku mengerti di syiir tanpo
waton ini, orang tua ini menjawab dg sangat gamblang sekali, aku
bersyukur di pertemukan dg orang tua ini, lewat gus yusup akhirnya aku
tahu siapa sebenarnya orang ini, orang ini adalah teman gus yusup yg
setiap kali kalau gus yusup mengalami kegundahan dalam hatinya orang ini
datang dg tiba tiba tanpa di undang ke rumah gus yusup dan memberi
jalan keluar<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kami mengobrol cukup lama gus yusup bilang
padaku kalau syiir tanpo waton ini bukan karangan gus dur dan yg
melagukan juga bukan gus dur tapi gus nizam dari wonoayu sidoarjo, dan
orang tua ini mengamini apa yg dibilang oleh gus yusup, aku bertanya
dalam hati benarkah berita ini...</div>
<div style="text-align: justify;">
seiring dg waktu aku mulai
melupakan peristiwa ini, dan aku masih yakin kalau yg mengarang dan
melagukan syiiran ini adalah gus dur bukan gus nizam,sampai dua
hari yg lalu, malam 15 bulan puasa aku di telp oleh putra kiai djalil yg
menanyakan siapa sebenarnya pengarang dan yang melagukan syiir tanpo
waton, katanya ada yg bilang bukan gus dur yg melagukan, aku teringat
peristiwa di tulangan waktu itu, dan kusampaikan kpd putra kiai djalil
ini bahwa memang ada yg mengatakan begitu, yaitu bahwa yg mengarang dan
melagukan syiir tanpo waton itu gus nizam bukan gus dur. putra kiai
djalil ini minta tolong kepadaku supaya mencari info yg sebenarnya..</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mulai mencari info dan alhamdulillah info ini ku dapat dari orang yg
bernama supri dari wonoayu sidoarjo, beliau bercerita : Diawal
bulan Mei 2011 itulah pertama saya mendengarkan syiir ini
ditengah-tengah ribuan jamaah dari berbagai penjuru dusun, desa,
kecamatan, kota dan luar kota. Ketika mendengar syiir ini hati, akal
pikiran dan seluruh badan terasa gemetar seperti mendapatkan pancaran
Nur Ilahi. Sejak itulah saya mencoba menelusuri jejak syiir ini apakah
Gus Nizam (pengasuh ponpes Ahlus Shafa wal Wafa Simoketawang, Wonoayu,
Sidoarjo) yang menciptakan atau ada orang lain dibalik terciptanya
syiir ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena sejak awal pertama kali mendengar syiir ini saya
meyakini bahwa bukan orang biasa yang membuat syiir ini katakanlah
sekelas waliyullah. Untuk menapaki jejak syiir ini langkah
pertama yang saya ambil adalah mencari di dunia maya melalui bantuan
Google, begitu tulisan “syiir tanpo wathon“ saya masukkan dan mesin
pencari bekerja seketika web/blog yang mengulas syiir ini langsung
terpampang semua. Ohh... ternyata syiir ini diciptakan oleh
Almaghfirullah Gus Dur. Dalam hati berkata pantas saja syiir ini
begitu mendalam maknanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang lulusan S1 yang pernah
melakukan penelitian, insting untuk mencari kebenaran syiir ini mulai
muncul dibenak saya. Tak lama kemudian sekitar awal bulan Juni 2011
syiir ini dikumandangkan setiap menjelang adzan shalat fardhu di radio
Yasmara Kembang Kuning Surabaya. Sejak itulah syiir ini menjadi
gelombang tsunami yang menghantam relung-relung hati dan jiwa
orang-orang yang beriman. Satu bulan berikutnya sekitar awal bulan
Juli 2011 muncullah CD yang beredar dipasaran melantunkan syiir ini
yang disertai vidio klip foto-foto almarhum Gus Dur.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jejak demi
jejak kami telusuri, ternyata syiir ini beredar di dunia maya sejak
bulan Nopember 2011 dan yang menyebarkan syiir ini adalah komunitas
Gusdurian (pengidola Gus Dur). Semua vidio klip suaranya seragam
dilantunkan satu orang, yang hampir semua orang itu meyakini suara Gus
Dur, namun setelah memutar beberapa kali suaranya memang mirip suara
Almarhum Gus Dur, tetapi suara itu terdengar ketika Gus Dur masih
muda. Hatipun bertanya-tanya kalau benar ini suaranya Gus Dur
seharusnya syiir ini booming sejak Gus Dur masih hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jejak
setapak terus saya telusuri, suaranya yang masih muda mengingatkan
saya pada sosok KH. Mohammad Nizam As-Shofa, Lc dan ternyata betul
suara ini mirip sekali dengan suara khas Gus Nizam cucu dari guru
mursyid tarekat (almarhum) <i>Hadhratus as-Syaikh al-Mukarram </i>KH.
Sahlan Thalib, Krian, Sidoarjo. KH. Sahlan merupakan seorang guru
mursyid yang telah menelorkan beberapa orang wali seperti Almaghfirullah
Mbah ‘Ud Pagerwojo, Sidoarjo dan juga Almaghfirullah KH. Ahmad Bahru
Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam (Pengasuh Ponpes Salafiyah
Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah) Turen, Malang.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah
setapak untuk menelusuri jejak syiir ini terus saya langkahkan, sudah
saatnya saya mencari informasi dari dalam Ponpes Ahlus Shofa wal Wafa
melalui jamaah yang sudah lama ikut maupun para pengurus-pengurusnya.
Setapak demi setapak membuahkan hasil. Seorang jamaah yang sejak 2007
telah mengikuti pengajian di ponpes ini menjelaskan bahwa sejak pertama
kali saya ikut pengajian disini, syiir ini sudah rutin dilantunkan
bersama jamaah setelah selesai pengajian. Dan ketika saya bertanya
kepada salah satu pimpinan pengurus di ponpes ini, beliau mengatakan
saya sudah hafal syiir ini sejak 4 tahun yang lalu, maksudnya adalah
sejak awal 2007.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian saya teringat dengan CD yang memuat
pengajian bulan ramadhan tahun 2008 yang didalamnya terdapat file syiir
tanpo wathon. Saya coba melihat properteisnya dan ternyata file ini
direkam sejak bulan Pebruari 2007.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Puncak pendakian gunung syiir
tanpo wathon ini sudah hampir kelihatan, itu artinya langkah setapak
tinggal sedikit lagi. Langkah yang berat terus saya lakukan untuk
mencapai puncak sejarah dari syiir ini. Dan Alhamdulillah Gus Nizam
menunjukkan jalan setapak yang terakhir dari puncak syiir ini, bahwa
syiir ini beliau ciptakan sejak tahun 2004. Di versi pertama syiir ini
lebih panjang dua bait, kemudian diversi kedua tahun 2007 dua bait
tersebut dihapus. Dan versi kedua itulah yang beredar luas dan syiir
ini kemudian diakui oleh Gusdurian (pengidola Gus Dur) sebagai syiirnya
Gus Dur.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pencipta dan pelantun syiir tanpo wathon ini,
Gus Nizam bersyukur sekali syiir ini beredar luas dimasyarakat dengan
kebesaran nama Guru Bangsa kita yaitu Gus Dur. Kuatnya label kewalian
Gus Dur yang samakin hari semakin berjubel, puluhan ribu peziarah terus
memadati makam Almaghfirullah Gus Dur. Gus Nizam juga mengaku senang
sekali jika syiir ini ditempelkan atau nisbatkan ke Gus Dur. Karena
Gus Nizam sendiri mengakui bahwa Gus Dur merupakan salah seorang
waliyullah. Itu terbukti disetiap pengajiannya hadiah Al-Fatihah selalu
dikirimkan ke Almagfirullah Gus Dur untuk mendapatkan keberkahannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah
menapaki puncak syiir ini telah sampai pada puncaknya. Pencipta dan
pelantun syiir tanpo wathon adalah KH. Mohammad Nizam As-Shafa, Lc.
Pengasuh Ponpes Ahlus Shafa wal Wafa, Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo.
Beliau merupakan guru pembimbing tarekat Naqsyabandiyah, beliau
membuka pengajian tasawuf setiap Rabu malam yang diikuti oleh ribuan
jamaah putra-putri. Kitab yang dikaji adalah Kitab Jami’ul Ushul Fil
Auliya’ (Syaikh Ahmad Dhiya’uddin Musthofa Al-Kamisykhonawy) &
kitab Al-Fathur Rabbani wal Faidlur Rahmany (Syaikh Abdul Qadir
Al-Jilani) setiap Rabu jam 21.30 WIB.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh : Damar Kasaenan pada 17 Agustus 2011 jam 7:05 </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-78749561015236009752013-04-12T13:37:00.001-07:002013-04-12T13:38:54.236-07:00Biografi Syeikh Ahmad Khatib Sambas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL5GsQkarANpS4k19viqhMbjvP0PPyAgTkqPgPURcFeHVxGI85BqsW8xsTTEGHBcaoPD99Nl0uCO47QtRmK4jhpYmXP4IDYnGviE5KQs2xYKeLjE9tejjgOJTPP9TSAQTqZ5yneU-xRwNy/s1600/syech-ahmad-khatib-sambas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL5GsQkarANpS4k19viqhMbjvP0PPyAgTkqPgPURcFeHVxGI85BqsW8xsTTEGHBcaoPD99Nl0uCO47QtRmK4jhpYmXP4IDYnGviE5KQs2xYKeLjE9tejjgOJTPP9TSAQTqZ5yneU-xRwNy/s320/syech-ahmad-khatib-sambas.jpg" width="233" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://aliks-fx.blogspot.com/2011/11/biografi-syeikh-ahmad-khatib-sambas.html" target="_blank">Syekh Akhmad Khathib Sambas</a></td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://aliks-fx.blogspot.com/2011/11/biografi-syeikh-ahmad-khatib-sambas.html" target="_blank">Syeikh Ahmad Khatib Sambas </a>adalah seorang ulama yang mendirikan
perkumpulan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah. Perkumpulan thariqah ini
merupakan penyatuan dan pengembangan terhadap metode dua thariqat sufi
besar. yakni Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7692217738569701913" name="more"></a><br />
Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di daerah Kampung Dagang,
Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan shafar 1217 H. bertepatan dengan
tahun 1803 M. dari seorang ayah bernama Abdul Ghaffar bin Abdullah bin
Muhammad bin Jalaluddin. Ahmad Khatib terlahir dari sebuah keluarga
perantau dari Kampung Sange’. Pada masa-masa tersebut, tradisi
merantau memang masih menjadi bagian dari cara hidup masyarakat di
Kalimantan Barat.<br />
<br />
Sebagai sebuah daerah yang dibangun oleh Raja Tengah,
keturunan dari raja Brunei Darussalam, pada tahun 1620 M. dan
menobatkan diri sebagai sebuah kerajaan sepuluh tahun kemudian. Maka
wilayah Sambas adalah daerah yang telah memiliki ciri-ciri kemusliman
khusus sejak Raden Sulaiman yang bergelar Muhammad Tsafiuddin
dinobatkan sebagai Sultan Sambas pertama.<br />
Pada waktu itu, rakyat Sambas hidup dari garis agraris dan
nelayan. Hingga ditandatanganinya perjanjian antara Sultan Muhammad Ali
Tsafiuddin (1815-1828) dengan pemerintahan kolonial Belanda pada tahun
1819 M. Perjanjian ini membentuk sebuah pola baru bagi masyarakat
Sambas yakni, perdagangan maritim.<br />
<a name='more'></a><br />
Dalam suasana demikianlah, Ahmad Khatib Sambas menjalani
masa-masa kecil dan masa remajanya. Di mana sejak kecil, Ahmad khatib
Sambas diasuh oleh pamannya yang terkenal sangat alim dan wara’ di
wilayah tersebut. Ahmad Khatib Sambas menghabiskan masa remajanya untuk
mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru-ke guru lainnya
di wilayah kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di
wilayah tersebut adalah, H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’
Kesultanan Sambas.<br />
Karena terlihat keistimewaannya terhadap penguasaan
ilmu-ilmu keagamaan, Ahmad Khatib Sambas kemudian dikirim oleh orang
tuanya untuk meneruskan pendidikannya ke Timur Tengah, khususnya ke
Mekkah. Maka pada tahun 1820 M. Ahmad Khatib Sambas pun berangkat ke
tanah suci untuk menuntaskan dahaga keilmuannya. Dari sini kemudian ia
menikah dengan seorang wanita Arab keturunan Melayu dan menetap di
Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib Sambas memutuskan untuk menetap
di Makkah sampai wafat pada tahun 1875 M.<br />
Sebagian besar penulis Eropa membuat catatan salah,
ketika mereka menyatakan bahwa sebagian besar Ulama Indonesia
bermusuhan dengan pengikut sufi. Hal terpenting yang perlu ditekankan
adalah bahwa Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah sebagai seorang Ulama
(dalam arti intelektual), yang juga sebagai seorang sufi (dalam arti
pemuka thariqat) serta seorang pemimpin umat yang memiliki banyak
sekali murid di Nusantara. Hal ini dikarenakan perkumpulan Thariqat
Qadiriyyah wa Naqsabhandiyyah yang didirikannya, telah menarik
perhatian sebagian masyarakat muslim Indonesia, khususnya di wilayah
Madura, Banten, dan Cirebon, dan tersebar luas hingga ke Malaysia,
Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.<br />
<br />
<b>Peranan dan Karya</b><br />
Perlawanan yang dilakukan oleh suku Sasak, pengikut
Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah yang dipimpin oleh Syeikh Guru
Bangkol juga merupakan bukti yang melengkapi pemberontakan petani
Banten, bahwa perlawanan terhadap pemerintahan Belanda juga dipicu oleh
keikutsertaan mereka pada perkumpulan Thariqoh yang didirikan oleh
Syeikh Ahmad Khatib Sambas ini.<br />
Thariqat Qadiriyyah wan Naqshabandiyyah mempunyai
peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia, terutama dalam
membantu membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan semata karena
Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang dari Nusantara,
tetapi bahwa para pengikut kedua Thariqat ini adalah para pejuang yang
dengan gigih senantiasa mengobarkan perlawanan terhadap imperialisme
Belanda dan terus berjuang melalui gerakan sosial-keagamaan dan
institusi pendidikan setelah kemerdekaan.<br />
Ajarah Syeikh Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat
dikenali dari karya Fathul Arifin yang merupakah notulensi dari
ceramah-ceramahnya yang ditulis oleh salah seorang muridnya, Muhammad
Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini dibukukan di Makkah pada tahun
1295 H. kitab ini memuat tentang tata cara, baiat, talqin, dzikir,
muqarobah dan silsilah Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah.<br />
Buku inilah yang hingga saat ini masih dijadikan pegangan
oleh para mursyid dan pengikut Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah
untuk melaksanakan prosesi-prosesi peribadahan khusus mereka. Dengan
demikian maka tentu saja nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas selalu
dikenang dan di panjatkan dalam setiap doa dan munajah para pengikut
Thariqah ini.<br />
Walaupun Syeikh Ahmad Khatib Sambas termasyhur sebagai
seorang tokoh sufi, namun beliau juga menghasilkan karya dalam bidang
ilmu fikih yang berupa manusrkip risalah Jum’at. Naskah tulisan tangan
ini dijumpai tahun 1986, bekas koleksi Haji Manshur yang berasal dari
Pulau Subi, Kepulauan Riau. Demikian menurut Wan Mohd. Shaghir
Abdullah, seorang ulama penulis asal tanah Melayu. Kandungan manuskrip
ini, membicarakan masalah seputar Jum’at, juga membahas mengenai hukum
penyembelihan secara Islam.<br />
Pada bagian akhir naskah manuskrip, terdapat pula suatu
nasihat panjang, manuskrip ini ditutup dengan beberapa amalan wirid
Beliau selain amalan Tariqat Qadiriyah-Naqsyabandiyah.<br />
Karya lain (juga berupa manuskrip) membicarakan tentang
fikih, mulai thaharah, sholat dan penyelenggaraan jenazah ditemukan di
Kampung Mendalok, Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat,
pada 6 Syawal 1422 H/20 Disember 2001 M. karya ini berupa manuskrip
tanpa tahun, hanya terdapat tahun penyalinan dinyatakan yang menyatakan
disalin pada hari kamis, 11 Muharam 1281<br />
Sedangkan mengenai masa hidupnya, sekurang-kurangnya
terdapat dua buah kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh orang Arab,
menceritakan kisah ulama-ulama Mekah, termasuk di dalamnya adalah nama
Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Kitab yang pertama, Siyar wa Tarajim,
karya Umar Abdul Jabbar. Kitab kedua, Al-Mukhtashar min Kitab Nasyrin
Naur waz Zahar, karya Abdullah Mirdad Abul Khair yang diringkaskan oleh
Muhammad Sa'id al-'Amudi dan Ahmad Ali.<br />
Umar Abdul Jabbar, menyebut bulan Safar 1217 H (kira-kira
bersamaan 1802 M.) sebagai tanggal lahirnya demikian pun Muhammad Sa’id
al-Mahmudi. Namun mengenai tahun wafatnya di Mekah, terdapat
perbedaan. Abdullah Mirdad Abul Khair menyebut bahwa Syeikh Ahmad
Khatib wafat tahun 1280 H. (kira-kira bersamaan 1863 M.), tetapi
menurut Umar Abdul Jabbar, pada tahun 1289 H. (kira-kira bersamaan 1872
M.).<br />
Tahun wafat 1280 H. yang disebut oleh Abdullah Mirdad
Abul Khair sudah pasti ditolak, karena berdasarkan sebuah manuskrip
Fathul Arifin salinan Haji Muhammad Sa'id bin Hasanuddin, Imam
Singapura, menyebutkan bahwa Muhammad Sa'ad bin Muhammad Thasin
al-Banjari mengambil tariqat (berbaiat) dari gurunya, Syeikh Ahmad
Khatib sedang berada di Makkah menjalani khalwat. Manuskrip ini
menyebutkan bahwa baiat ini terjadi pada hari Rabu ketujuh bulan
Dzulhijjah, tahun 1286 H. Jadi berarti pada tanggal 7 Dzulhijah 1286 H.
Syeikh Ahmad Khathib Sambas masih hidup. Oleh tanggal wafat Syeikh
Ahmad Khatib Sambas, yang wafat tahun 1289 H. yang disebut oleh Umar
Abdul Jabbar lebih mendekati kebenaran.<br />
<br />
<b>Ajaran Syeikh Ahmad Khatib Sambas</b><br />
Ajaran Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya,
terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan
pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat
atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut
diyakini paling efektif dan efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini
semuanya didasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, dan perkataan para
'ulama arifin dari kalangan Salafus shalihin.<br />
Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah mempunyai
peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia. Dan yang sangat
penting adalah membantu dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia.
Bukan karena Syekh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang
lokal (Indonesia) tetapi para pengikut kedua Thariqat ini ikut berjuang
dengan gigih terhadap imperialisme Belanda dan terus berjuang melalui
gerakan sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.<br />
Survey tentang sejarah Thariqat Qadiriyyah dan
Naqshabandiyyah mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan
masyarakat Indonesia. Thariqat ini merupakan salah satu keunikan
masyarakat muslim Indonesia, bukan karena alasan yang dijelaskan di
atas, tetapi praktek-praktek Thariqat ini menghiasi kepercayaan dan
budaya masyarakat Indonesia.<br />
Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah secara substansial
merupakan aktualisasi seluruh ajaran Islam (Islam Kaffah); dalam segala
aspek kehidupan. Tujuan Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah
adalah tujuan Islam itu sendiri. Menurut sumber utamanya, Alquran,
Islam sebagai agama diturunkan untuk membawa umat manusia ke jalan yang
lurus, jalan keselamatan yang bermuara pada kesejahteraan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat (<i>hasanah fi al-dunya</i> dan <i>hasanah fil al-akhirat</i>).<br />
Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah membawa manusia
kepada Tuhan, dan secara horizontal memberikan rambu-rambu dan
prinsip-prinsip bagaimana seharusnya hidup secara bersama dalam
masyarakat. Tanbih mengandung ajaran moral, menyangkut perbagai
kehidupan. Pandangan Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah menyangkut dengan
Negara, misalnya, dapat dilihat dalam huraian Tanbih sebagai berikut:<br />
“Pun kami tempat orang bertanya tentang Tariqah
Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas, wasiat
kepada segenap murid-murid; berhati-hatilah dalam segala hal, jangan
sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan Agama maupun Negara.
Insapilah , wahai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan
nafsu, terpengaruh oleh godaan syaitan, waspadailah akan jalan
penyelewengan terhadap perintah Agama maupun Negara, agar dapat
meneliti diri kalau tertarik oleh bisikan Iblis yang selalu menyelinap
dalam hati sanubari kita”.<br />
Pandangan filosofis Thariqat Qadiriyyah dan
Naqshabandiyyah mengenai hubungan kemasyarakatan, baik dengan sesama
muslim mahupun dengan yang bukan muslim, dapat dilihat dalam bagian
uraian Tanbih berikut:<br />
1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi dari kita, baik zahir maupun
batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun saling
menghargai.<br />
2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya
jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah
hati bergotong- royong dalam melaksanakan perintah Agama maupun Negara,
jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaaan, kalau-kalau
kita terkena firmanNya “Adzabun Alim” yang artinya duka nestapa untuk
selama-lamanya dari dunia hingga akhirat;<br />
3. Terhadap orang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah
menghinanya atau berbuat tidak senonoh bersika angkuh, sebaliknya
harus bersikap belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa
senang dan gembira hatinya harus dituntun dan dibimbing dengan nasihat
yang lemah lembut yang akan memberi keinsafan dalam menginjak jalan
kebajikan;<br />
4. Terhadap fakir miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta
bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa kita sadar.
Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan
kekurangan.<br />
Demikianlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun
terhadap orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam as.
Mengingat ayat 70 surat Isra yang artinya:<br />
<i> “Sangat Kami muliakan keturunan Nabi Adam dan Kami
sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga Kami
mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya”.</i><br />
Kesimpulan dari ayat ini bahwa kita sekalian seharusnya
saling menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat surat Al-Maidah
yang artinya:<br />
<i> “Hendaklah kalian saling tolong menolong dalam
melaksanakan kebajikan dan ketakwaan sungguh-sungguh terhadap Agama
maupun Negara, sebaliknya jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
bermusuhan terhadap perintah Agama maupun Negara”.</i><br />
Intisari tanbih di atas menjelaskan kepada kita
bagaimana model ideal interaksi antara kita dengan orang yang lebih
tinggi dari kita, dengan sesama, dalam erti yang sedarjat dalam
segalanya, dengan orang yang ada di bawah kita dan dengan fakir miskin.
Tanbih menjelaskan bahwa kedamaian zahir batin akan terwujud di
tengah-tengah masyarakat manakala masing-masing individu berpegang
teguh terhadap etika sosial:<br />
<i>“Bukanlah dari golonganku orang yang tidak kasih
sayang kepada yang ada dibawahnya, dan tidak menaruh hormat kepada
orang yang ada di atasnya”.</i><br />
Lebih dari itu, Tanbih juga memuat ajaran bagaimana
seharusnya sikap kita dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dengan
orang asing, baik yang seagama dengan kita maupun yang tidak seagama.
Kita harus tetap saling hormat menghormati, menyangkut hubungan dengan
mereka yang bukan muslim,</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-72120100094964916112013-04-11T09:19:00.003-07:002013-04-11T09:19:47.271-07:00Mengenal Lathoif ( 7 lathifah)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijsm9rnpvhQljEqOf7wNLhlPwu5pp9Wwv_Vev9vv8KGAklub_YksEuRSYosu7jutJFbDJq2q9hhmjkx3vL6acRI7u_PUeeH2FLx2VPgMfDSuRdSlztpD2F_t38c1tb9SodcRQf45ssYpa8/s1600/LATHIFAHn.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijsm9rnpvhQljEqOf7wNLhlPwu5pp9Wwv_Vev9vv8KGAklub_YksEuRSYosu7jutJFbDJq2q9hhmjkx3vL6acRI7u_PUeeH2FLx2VPgMfDSuRdSlztpD2F_t38c1tb9SodcRQf45ssYpa8/s1600/LATHIFAHn.jpg" height="320" width="239" /></a></div>
1. Latifatul-qolby Di sini letaknya
sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain,
letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya, Insya Allah pada tingkat ini digantidengan Iman, Islam,
Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat. <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2. Latifatul-roh Di sini letaknya
sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari
dibawah sususebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah di
isi dengan khusyu’ dan tawadhu’.</span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>3. Latifatus-sirri Di sini letaknya
sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah
danpendendam, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya Insya Allahdiganti dengan sifat kasih sayang dan ramah
tamah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4. Latifatul-khafi Di sini letaknya
sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari
diatas sususebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah
diganti dengan sifat-sifat syukur dansabar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">5. Latifatul-akhfa Di sini letaknya
sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, , letaknya
ditengah-tengah dada, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti
dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu’,tadarru dan tafakur. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">6. Latifatun-nafsun-natiqo Di sini
letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang angan-angan, ,
letaknya tepatdiantara dua kening, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya
Allah diganti dengan sifat-sifat tenteramdan pikiran tenang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">7. Latifah kullu-jasad Di sini
letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, , letaknya
diseluruh tubuh mengendaraisemua aliran darah kita yang letak titik pusatnya di
tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita, Kitabuat dzikir sebanyak-banyaknya
Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Mengenal lathifah lathifah batin dan
tarekat sufi Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak
nubuwah (kenabian), dan mencakupsecara esensial tentang jalan sufi dalam
melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya,
kemudian melangkah kepada aktivitasaktivitas, yang meliputi: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pertama, tazkiyah an nafs atau
pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk,
tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian
kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang
sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam
tempatnya kecintaan kepada Allah semata. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ketiga, takhalliyah as Sirr atau
pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari
dzikir atau ingat kepada Allah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Keempat, tajalliyah ar Ruh atau
pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah,
berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai
unsur jiwa </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai
unsur rohaniah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur
rohaniah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur
rohaniah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur
rohaniah </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur
rohaniah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Hal
ini relevan dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:"Aku jadikan pada
tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di
dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu'ad
(jujur ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), didalamnya lagi
ada lubbun (merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra),
sedangkan di dalam sirrun ada "Aku".Ahmad al-Shirhindi dalam
Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam
diri manusiayang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambar di atas.Pada
dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah :
"Kun fayakun", yang artinya, "jadi maka jadilah" (QS : 36:
82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam
al-khalqi (alam ciptaan)bersifat material. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Karena
qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia,
selanjutnya Allahmenitipkan kelima lathifah tersebut ke dalam badan jasmani
manusia dengan keterikatan yang sangat kuat. Lathifah-lathifah itulah yang
mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan
manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi
tempat. Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah.
Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifah al-Ruhi sebagai
tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya. Dengan kata lain bertempatnya
lathifahyang bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah
sepenuhnya karena kuasa Allah.Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh
bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaanantara
kehidupan jasmaniah dan rohaniah).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada
hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem
evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah kedalam jasad manusia melalui proses. Ketika
jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkanruh
Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan enggan ia menerima perintah
tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat
yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah: "Jika seandainya kamu mau
masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang,
tetapi bila kamu masuk dengan paksa,maka kamupun akan keluar dengan
terpaksa". Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas
mata,selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari
kaki. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Setiap
anggota tubuh Adam yang dilalui ruhmenjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan
memuji Allah. Dari proses inilah muncul sejarah mistis tentang karakter
manusia,sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah
manusia (ruh, jiwa dan raga).Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh
sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri.Sebagaimana firman
Allah : "Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).Pada
proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam
badan melalui tahapan.Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim
seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ).Ketika
itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada
tahapan selanjutnya Allah menambahkanruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah
ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang sudah
adabersama dengan masuknya ruh al-hayat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sedangkan
tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses
penciptaan fisik manusia telahsempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah
meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah). Maka dengan ini, manusiadapat
merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif syari' (kewajiban syari'at)
dari Allah dan menjadi khalifah Nya.Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada
dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari
fokuspembahasan lathifah (kesadaran). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Lima
lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan
kesadaranmanusia. Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah
urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dankarakteristiknya.Lathifah
al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah
(kelembutan), atau kesadaran yangbersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah.
Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai
mediabereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh
manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia.Ialah yang mengetahui, dia yang
bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Lathifah
ini pula yangdimaksudkan sabda Nabi "Sesungguhnya Allah tidak akan
memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu".Latifiah al-qalb
bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia
ibaratnya sebagai pusatgelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua
jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah
ibarat"channelnya". Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah
ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah inimemiliki nur
berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Demikian
juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi
lathifah al-ruh adalah suatuidentitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb.
Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya,
dandiketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu
kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan.Warna cahayanya merah yang tak
terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini
bersemayam sifatbahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula
seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah sajayang kekal),
dan tampak pada pandangan batiniah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Lathifah
al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar
terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia,
yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap sistem
interiorisasilathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang
menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran,yaitu raga, qalbu, ruh
dan sirr. Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum
merupakan latifiah yang terdalam.Ia masih berada di tengah tengah lathifah al
ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan
pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu
Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H),dan Ibnu Arabi (637 H). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Setelah
ia mengalami "ittihad" dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai
pengalaman ruhaniah,sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan
sepenuhnya, bahwa abid dan ma'bud adalah berbeda, manusia adalahhamba,
sedangkan Allah adalah Tuhan.Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia
memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak
sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Selain
lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yangbaik, ia juga merupakan
sarangnya sifat sabbu’iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini
seseorang salik akan dapatmerasakan fana' fi al-dzat, dzat Allah saja yang
tampak dalam pandangan batinnya.Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah
al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaanistilah
ini mengacu kepada hadis Nabi : "Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan
sebaik baik rizki adalah yang mencukupi".Hakikatnya merupakan rahasia
Ilahiyah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tetapi
bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri.Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan
jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan denganlimpa jasmani. Selain
sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat
syaithoniyyah seperti hasad,kibir (takabbur, sombong), khianat dan
serakah.Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifah al-akhfa.
Tempatnya berada di tengah-tengah dada danberhubungan dengan empedu jasmaniah
manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak
terhinggakan.Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan'isyq
(kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w.sehingga sering sering
ruhaniah Nabi datang mengunjungi,.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Relevan
dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh
manusia dalam upayakontemplasi, yaitu:Pertama qalb yang berfungsi untuk
mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah,
danKetiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.Dengan demikian proses ma'rifat
kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah
ini.Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi
rahmatan lil 'alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidaklepas dari mission
sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan untuk
merefleksikan asma Allah. <br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-40343061041558869202013-04-01T16:09:00.000-07:002013-04-01T16:09:09.248-07:00Tahanan Palestina Ubah Penjara Israel Jadi Pusat Tahfidz Al-Qur’an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBHM-77wMilo7xFwyRBVmDGqE6fAqHM1CkUDPAG0sKIYJ2yUA2zgjWmRwpAkWO0_Zc4l-y6QMCnGCQPt84lFtilucFTCPYNg-q_JlQgwFHRrRfZbaYHZ8k0s4oPJH05RWACw0Yh-jiP-uY/s1600/hafidz-al-quran-di-palestina.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBHM-77wMilo7xFwyRBVmDGqE6fAqHM1CkUDPAG0sKIYJ2yUA2zgjWmRwpAkWO0_Zc4l-y6QMCnGCQPt84lFtilucFTCPYNg-q_JlQgwFHRrRfZbaYHZ8k0s4oPJH05RWACw0Yh-jiP-uY/s320/hafidz-al-quran-di-palestina.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Para tahanan Palestina berusaha benar-benar menghabiskan hari-hari
mereka di balik jeruji pendudukan Israel. Mereka mungkin mengalami
beragam tindakan represif dan pelecehan oleh sipir penjara Israel. Tapi
ternyata mereka berhasil mewujudkan banyak keistimewaan melalui ragam
inovasi yang mereka lahirkan, terutama di bulan Ramadan.<br />
Yang
paling menonjol adalah keistimewaan mereka dalam hal interaksi dengan Al
Quran selama bulan Ramadhan. Sebagian besar tahanan memanfaatkan detik
demi detik di bulan suci di penjara, untuk memperbanyak interaksi dengan
Al Quran, membaca, menghafal, belajar tajwid dan tilawah, memperdalam
isi Al Quran. Jadilah, penjara-penjara Israel itu sebagai pusat-pusat
pendidikan dan penghafalan Al Quranul Karim. Subhanallah.<br />
<a name='more'></a><br />
Seorang
tahanan bernama Abu Muaz (52 tahun) berbicara melalui telepon kepada
Islamonline, “Para tahanan di sini berusaha mengisi waktu mereka dengan
apapun yang berguna, ini merupakan tantangan antara napi dan sipir
penjara. Karena kami ditangkap dan dipenjara dengan tujuan memberi
kehidupan psikologis yang ditekan. Tapi keinginan mereka itu tidak
berhasil.”<br />
Dia menambahkan, bahwa para tahanan Palestina memiliki
jadwal atau program o lah raga, kajian ilmu pengetahuan, kajian
keagamaan yang bias dimanfaatkan secara baik oleh para tahanan, sehingga
mereka mampu membina kepribadian dan kapasitas ilmu. “Khususnya di
bulan Ramadhan, kami memiliki agenda khusus yang fokusnya adalah
menghafal Al Quranul Karim,” jelas Muaz.<br />
Perjalanan hari demi hari
menghafal Al Quran di bulan Ramadhan ini bagi para tahanan benar-benar
menjadi suplai energi yang menjadikan mereka lebih memiliki lipat ganda
kesabaran melewati hari hari tahanan. Muaz menjelaskan, “Beberapa waktu
lalu kami mengalami kesulitan untuk menghafal Al Quran, tapi di bulan
ini kami rasakan perubahan yang luar biasa dibanding bulan bulan lain,”
ujarnya.<br />
Seorang tawanan lain bernama Lut Muhammad, mengaku telah
menyelesaikan hafalan Al Qurannya sebanyak 30 juz hanya dalam waktu 4
bulan, di penjara Israel. Kepada Islamonline, ia mengatakan, “Mulanya
saya menghafal beberapa juz saja sebelum dipenjara. Tapi kondisi di sini
mendorong dan menciptakan suasana kondusif untuk menghafal lebih cepat
hingga saya berhasil hafal Al Quran dalam 4 bulan, terutama di bulan
Ramadhan” kisahnya.<br />
Penting diketahui, program penghafalan Al
Quran di penjara Israel ini pada tahun 2009 lalu telah melahirkan 73
orang hafiz Al Quran dengan ijazah sanad 30 juz. Selain itu ada 299
tahanan juga yang memperoleh ijazah tajwid. <br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-49697744006012809232013-03-28T08:03:00.003-07:002013-04-12T13:22:31.332-07:00Tata Cara Dzikir Naqsyabandiyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifKOooudW4yPbbC4jYoHrXT_mwVWL5EZtSo-O8jLUe3BAFfebNsdRAAqA1mtdmUU39EnXvieRwpNmpdnT26HJMO1DxZO9NZndsPWkbZsSUywklXaXpSF_iIm6ZuNqdn5kQbwundbdGOA1b/s1600/tahlil1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifKOooudW4yPbbC4jYoHrXT_mwVWL5EZtSo-O8jLUe3BAFfebNsdRAAqA1mtdmUU39EnXvieRwpNmpdnT26HJMO1DxZO9NZndsPWkbZsSUywklXaXpSF_iIm6ZuNqdn5kQbwundbdGOA1b/s320/tahlil1.jpg" width="320" /></a></div>
<div dir="LTR">
Tarekat Naqsandiyah, seperti juga tarekat yang lainnya mempunyai tata cara ritual tersendiri, sebagai berikut:</div>
<ol>
<li><i>Husy dar dam</i>, “sadar diwaktu bernafas” suatu latihan dimana
seseorang harus menjaga diri dari kekhilafan dan kealpaan ketika
keluar masuk nafas, supaya hati selalu merasakan kehadiran Allah. Hal
ini dikarenaka setiap keluar masuk nafas yang hadir beserta Allah,
memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih dekat kepada
Allah. karena kalau orang lupa dan kurang perhatian berarti kematian
spiritual dan mengakibatkan orang akan jauh dari Allah.</li>
<li><i>Nadzar bar qadam,</i> “menjaga langkah” seorang murid yang sedang menjalani <i>khalwat</i> <i>suluk</i>
, bila berjalan harus menundukkan kepala, melihat ke arah kaki. Dan
apabila duduk, tidak memandang ke kiri atau ke kanan. Sebab memandang
kepada keaneka ragaman ukiran dan warna dapat melalaikan orang lain dari
mengingat Allah, selain itu juga supaya tujuan-tujuan yang (rohaninya)
tidak dikacaukan oleh segala hal yang berada di sekelilingnya yang tidak
relevan.<a name='more'></a></li>
<li><i>Safar dar wathan</i>, “ melakukan perjalanannya di tanah
kelahiran”, maknanya adalah melakukan perjalanan batin dengan
meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju
kesadaran akibat hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. Atau maknanya
adalah berpindah dari sifat-sifat manusia yang rendah kepada sifat-sifat
malaikat yang terpuji.</li>
<li><i>Khalwat dar anjuman</i>,” sepi di tengah keramaian”, khalwat bermakna menyepinya seorang murid, sementara <i>anjuman</i>dapat berarti perkumpulan tertentu. Berkhalwat terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
<ol>
<li><i>a. </i><i>Khalwat lahir</i>, yaitu orang yang bersuluk mengasingkan diri ke sebuah tempat tersisih dari masyarakat.</li>
<li><i>b. </i><i>Khalwat batin,</i> yaitu mata hati menyaksikan rahasia kebesaran Allah dalam pergaulan sesame makhluk.</li>
</ol>
</li>
<li><i>Yad krad,</i>”ingat atau menyebut” ialah berdzikir terus-menerus mengingat Allah, baik <i>zikir ism al-dzat </i>(menyebut Allah), maupun <i>dzikir naïf itsbat</i> (menyebut <i>La ila>ha Illa> Allah</i>).
bagi kaum Naqsabandiyah zikir itu tidak terbatas dilakukan secara
berjamaah ataupun sendirian sesudah shalat, tetapi terus-menerus supaya
di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.</li>
<li><i>Ba>z Ghust, “</i>kembali “, memperbaharui”. Hal ini
dilakukan untuk mengendalikan hati agar tidak condong kepada hal-hal
yang menyimpang. Sesudah menghela nafas, orang yang berzikir itu kembali
bermunajat dengan mengucapkan kalimat yang mulia <i>ilahi> anta maqshudi> wa ridhaka mathlubi>.</i>(
ya tuhanku, engkaulah tempatku memohon dan keridhaanMu lah yang ku
harapkan). Sewaktu mengucapkan zikir, makna dari kalimat ini harus
selalu berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang
paling halus kepada Allah semata.</li>
<li><i>Niga>h Dasyt,</i>” waspada”. Ialah setiap murid harus
menjaga hati, pikiran, dan perasaan dari sesuatu walapun sekejap
seketika melakukan zikir tauhid. Hal ini bertujuan untuk mencegah agar
pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan
Tuhan, dan untuk memelihara pikiran dari perilaku agar sesuai dengan
makna dzikir tersebut.</li>
<li><i>Ya>d dasyt,</i>”mengingat kembali” adalah tawajuh
(menghadapkan diri) kepada nur dzat Allah, tanpa kata-kata. Pada
hakikatnya menghadapkan diri dan mencurahkan perhatian kepada nur dzat
Allah tiada lurus, kecuali sesudah Jana>’ (hilang kesadaran) yang
sempurna. Tampaknya hal ini semula dikaitkan pada pengalaman langsung
kesatuan dengan yang ada (<i>wahdat al-wujud)</i> .</li>
</ol>
<div dir="LTR">
<b>D</b><b>zikir</b></div>
<div dir="LTR">
Titik berat amalan penganut Tarekat Naqsandiyah adalah
zikir. Zikir adalah berulang-ulang menyebut nama Allah atau menyatakan
kalimat <i>La ila>ha Illa> Allah </i>dengan tujuan untuk
mencapai kesadaran akan Allah. para penganut Naqsabandiyah lebih sering
melakukan zikir sendiri, tetapi bagi mereka yang tempat tinggalnya
berdekatan dengan syaikh cenderung iktu serta secara teratur dalam
pertemuan dimana majlis zikir dilakukan. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai
dua macam zikir, yaitu:</div>
<ol>
<li><i>Zikir Ism al-dzat</i>, artinya mengingat nama yang Haqiqi
dengan mengucapkan nama Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali
sambil memusatkan perhatian kepada Allah.</li>
<li><i>Zikir tauhid,</i> artinya mengingat keesaan. Zikir ini terdiri atas bacaan perlahan diiringi dengan pengaturan nafas, kalimat <i>La ila>ha Illa> Allah,</i> yang dibayangkan<i> </i>seperti menggambar jalan (garis) memalui tubuh. Caranya, <i>pertama</i> bunyi <i>La</i>> digambar dari daerah pusar terus ke atas sampai ke ubun-ubun, <i>kedua. </i>Bunyi <i>ila>ha</i> turun ke kanan dan berhenti di ujung bahu kanan, <i>ketiga,</i> kata berikutnya <i>illa</i>> dimulai dan turun melewati bidang dada sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata terakhir <i>Allah</i>
dihujamkan sekuat tenaga. Orang yang sedang berzikir membayangkan
jantung itu berdenyutkan nama Allah, dan memusnahkan segala kotoran.</li>
</ol>
<div dir="LTR">
Sebagian ulama menyatakan bahwa zikir anggota tubuh (<i>jawarih</i>) adalah:</div>
<ol>
<li>Zikir mata dengan menangis</li>
<li>Zikir telingan dengan mendengar yang baik-baik</li>
<li>Zikir lidah dengan memuji Allah</li>
<li>Zikir tangan dengan member sedekah</li>
<li>Zikir badan dengan menunaikan kewajiban</li>
<li>Zikir hati dengan takut dan mengharap</li>
<li>Zikir roh dengan penyerahan diri kepada Allah</li>
</ol>
<div dir="LTR">
Terdapat 7 tingkatan zikir dalam Tarekat Naqsabandiyah:</div>
<ol>
<li><i>Mukasyafah,</i> mula-mula zikir dengan menyebut Nama Allah
dalam hati sebanyak 5000 kali sehari semalam. Setelah melaporkan
perasaan selama berzikir, maka syaikh menaikkan zikirnya menjadi 6000
kali sehari semalam.</li>
<li><i>Latha>if,</i> setelah melaporkan perasaan yang dialami dalam
berzikir itu, maka atas penilikan syaikh, dinaikkan zikirnya menjadi
7000. Dan demikianlah seterusnya menjadi 8000, 9000, 10.000 kali sehari
semalam. Zikir tersebut dinamakan latha>if sebagai <i>maqam</i> kedua.</li>
</ol>
<div dir="LTR">
<i>Maqam lathi>fah-lathi>fah </i>juga terbagi menjadi 7 macam, yaitu:</div>
<ol>
<li><i>Lathi>fah al-Qalbi</i>>, zikir sebanyak 5000 kali ditempatkan dibawah dada sebelah kiri dan kurang lebih dua jari dari rusuk.</li>
<li><i>Lathi>fah al-Ru>h}, </i>zikir sebanyak 1000 kali di bawah dada kanan, kurang lebih dua jari ke arah dada.</li>
<li><i>Lathi>fah al-Sirr (</i>1000 kali) dua jari diatas dada</li>
<li><i>Lathi>fah al-Khofi </i>(1000 kali) diatas dada kanan</li>
<li><i>Lathi>fah al-Akhfa </i>(1000 kali) di tengah-tengah dada</li>
<li><i>Lathi>fah al-Nafsi al-Nathiqah</i> (1000 kali) diatas kening</li>
<li><i>Lathi>fah al-Kull al-Jasad </i>(1000 kali) diseluruh tubuh</li>
<li><i>3. </i><i>Nafi Itsbat,</i> 11.000 kali dengan membaca <i>La ila>ha Illa> Allah</i></li>
<li><i>4. </i><i>Wuquf qalbi</i></li>
<li><i>5. </i><i>Ahadiah</i></li>
<li><i>6. </i><i>Ma’iah</i></li>
<li><i>7. </i><i>Tahlil</i></li>
</ol>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com28tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-3031620543604940182013-03-28T05:26:00.000-07:002013-03-28T05:26:15.601-07:00Gus Dur dan Celana Dalam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUMweE5sblpbKxr5MnpEXbimOm-UH5KlynqP1Gig7Ha6iW69nf8AhOZX0J-Tz4bdgVfojFeReJ7uk1Qo9AwgIjz5KWTciFnyv5fb4WrIykgMOudhSMIsU244X65DhwktxLc2MoAwG49tP2/s1600/gus-dur_gus-mus_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUMweE5sblpbKxr5MnpEXbimOm-UH5KlynqP1Gig7Ha6iW69nf8AhOZX0J-Tz4bdgVfojFeReJ7uk1Qo9AwgIjz5KWTciFnyv5fb4WrIykgMOudhSMIsU244X65DhwktxLc2MoAwG49tP2/s320/gus-dur_gus-mus_2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau Anda bersedia berpikir mandiri
dan menghilangkan skeptisme psikologis atas segala hal yang selama ini
menyodorkan kecurigaan dan kebingungan, sehingga Anda siap memperoleh
pemahaman yang jernih dan ketentraman hati maka perkenankan saya
mengajak Anda memahami Indonesia melalui Gus Dur.</div>
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7692217738569701913" name="more"></a><br />
Sekali lagi hapus skeptisme di benak Anda. Kapan-kapan Gus Dur bisa Anda
lihat sebagai RI-1, ulama besar, dan pejuang demokrasi, tokoh ini dan
itu, atau apapun saja. Tapi yang paling diperlukan kali ini pertama-tama
adalah kesediaan melihat Gus Dur sebagai manusia.<a name='more'></a><br />
<br />
Kedua ia adalah orang yang kita gaji untuk mengurusi kesejahteraan dan
keadilan kita semua rakyat Indonesia. Kita rakyat Indonesia adalah pihak
yang berkedudukan tertinggi, Gus Dur adalah salah satu bawahan kita. Ia
harus taat kepada kita, karena kitalah yang mengesahkan setiap butir
undang-undang yang kemudian kita bersama sama mengikatkan diri padanya.<br />
<br />
Kenapa memahami Indonesia harus melalui Gus Dur? Pertama karena justru
Gus Dur belum tentu punya kerendahan hati untuk memahami kita.<br />
<br />
Kedua karena kita harus men-thowafi Indonesia sedemikian unit dan
spesifiknya, Indonesia sedemikian rupa. Kita harus memahami Indonesia
dari segala sisi dan sudut, yang di dalam metodologi thowaf sisi dan
sudut itu berjumlah tak terhingga. Indonesia sedemikian unit dan
spesifiknya, Indonesia adalah satu paradigma sejarah, suatu jenis
antropo-sosiologi yang hampir tak ada duanya. Ya kecanggihannya, ya
kedunguannya, ya keruwetannya, ya….<br />
<br />
Sehingga tidak mungkin kita menolak thowaf, kalau tidak ingin selalu
salah sangka dan kecele dalam memahaminya. Juga kalau kita mendekati
Indonesia hanya melalui dan…. kepentingan subyektif pihak dan kelompok
kita, percayalah kita akan menyongsong malapetaka demi melapetaka lagi
yang lebih menyengsarakan.<br />
<br />
Kita harus memulai kembali menata pemahaman kita atas negeri, bangsa dan
manusia Indonesia. Melalui segala sisi dan sudut dan apapun
seluas-luasnya. Memahaminya kembali melalui kandungan tanah dan
bebatuannya. Melalui jenis darah dan gen penghuninya. Melalui habitat
sosio-kulturalnya. Melalui kecenderungan kelakuan politiknya. Kita
memahami Indonesia melalui orang-orang kecil yang menjarah toko-toko,
melalui kakilima-kakilima sepanjang jalan, melalui monyet-monyet di
hutannya, melalui Gus Dur, melalui kaum intelektual, ulama-ulama,
melalui siapa dan apa saja.<br />
<br />
Bahkan kali ini kita belajar dari celana dalam dulu di masa mudanya Gus
Dur kuliah di Kairo, Mesir. Suatu sore bersama sahabatnya, Gus Mus alias
KH Mustafa Bisri, beliau menerima tamu seorang ‘yunior’ pelajar yang
baru datang dari tanah air dan akan kuliah di sana. Sekarang si yunior
ini sudah menjadi kiai besar di sebuah pesantren di Jawa Timur
selatan-barat.<br />
<br />
Mestinya adegan-adegan ini saya kisahkan langsung di panggung dengan
formula teater, karena bentuk tulisan seperti ini tidak bisa mengangkut
nada, irama dan musikalitas secara maksimal. Oleh karena itu saya
padatkan saja, tanpa teaterikalisasi audio-visual.<br />
<br />
Singkat kata Gus Dur dan Gus Mus maenyambut si yunior dengan penuh
keakraban. Mempesilakannya duduk, menawarkannya minum. Si yunior memilih
kopi, Gus Mus memasak air, Gus Dur mengambil cangkir, lepek dan lap
pembersih. Di sinilah pusat tema kita.<br />
<br />
Lap pembersih itu bukan kain lap sebagaimana lazimnya. Yang dipegang Gus
Dur adalah cawat alias celana dalam. Cangkir dan lepek dengan celana
dalam itu, Gus Dur berkeliling secara prima. Wajahnya tanpa ekspresi,
tanya ini itu kepada si yunior, sambil tangannya mantap
menggosok-gosokkan celana dalam itu ke cangkir dan lepek.<br />
<br />
Tentu saja si yunior jadi BI. Salah tingkah, namanya tersinggung, tapi
tidak punya keberanian untuk tersinggung, karena tuan rumahnya ini
jangan-jangan adalah seorang wali yang menyimpang karomah dan barokah di
balik celana dalamnya si yunior berpikir mungkin ini sebuah fatwa: Gus
Dur bisa jadi sedang memberi peringatan kepadanya agar selama kalian di
Kairo ia benar-benar menumbuhkan kemampuan iman dan akhlak untuk menjaga
muatan celana dalamnya semaksimal mungkin. Pokoknya berhati-hatilah
dengan segala hal yang berkaitan dengan celana dalam.<br />
<br />
Tapi itu semua adalah realitas nilai. Realitas moral dan teologi. Yang
paling yunior rasakan sekarang adalah kopi yang bercampur dengan segala
unsur yang dimungkinkan terkandung oleh celana dalam. Dan lagi secara
psikologis maka mungkin minum kopi sambil merasakan gigir celana dalam
dengan segala citra dan imajinya diantara dua ….<br />
<br />
Kayaknya belum pernah ada mitos, buku hasil riset atau bahan apapun yang
pernah memberikan ada orang membersihkan cangkir kopi dengan celana
dalam. Juga tidak pernah ada riwayat tentang orang paling gila dari
belahan bumi manapun yang kelakuannya mblunat seperti ini. Apalagi
karena si yunior memiliki ilmu kasyful hijab sehingga ia tahu bahwa tuan
rumahnya inilah yang kelak sempat menjadi orang nomor satu di
negaranya, pasti epidemi yang muncul kelak adalah penyakit pusing kepala
di seantero nusantara.<br />
<br />
Tapi sudahlah. Mau bagaimana. Si yunior akhirnya menganggap bahwa
seniornya ini memang sedang mempelonconya, si yunior mengerahkan segala
daya upaya psikologis untuk mengikhlaskan dirinya meminum kopi celana
dalam ini. Bahkan iapun ikhlas tatkala Gus Dur masuk kamar mandi
mengambil sikat gigi, kemudian mengaduk kopinya dengan sikat gigi.<br />
<br />
Saya harus ambil ‘jalan tol’ apa pendapat Anda mengenai celana dalam dan sikat gigi presiden kita ini?<br />
<br />
Kalau pakai husnudh-dhon atau positive-thinking. Kita bisa melontarkan
argumentasi. Siapa bilang itu celana dalam? Itu adalah kain. Dan Gus Dur
belum pernah memakainya. Kain itu bersih, baru dari toko dan sudah
sempat dicuci satu kali. Secara kedokteran kain itu well-recommended
untuk dijadikan lap cangkir. Juga sikat giginya belum pernah menyentuh
gusinya Gus Dur. Ia bersih seratus persen. Pak dokter tak akan marah dan
menyalahkan Gus Dur.<br />
<br />
Tapi tidak etis, dong? “Bahwa ini adalah celana dalam”, demikian
kira-kira kata Gus Dur kepada si yunior. “Itu adalah persepsi yang
berasal dari konsepmu sendiri, sedangkan bagiku ini adalah kain yang
bersih”.<br />
<br />
Ah, betapa luasnya masalah ini. Betapa panjang kalau kita
mendiskusikannya. Pandanglah dari sudut filosofi satuan-satuan ilmu,
manajemen, empirisme sosial, atau apapun saja. Kita men-thowaf-i celana
dalam, tapi saya akan mengambil dari satu sudut kecil saja. PKB atau
celana dalam atau kain? PDIP, Golkar, PPP, PAN dan lain-lain itu celana
dalam atau kain.<br />
<br />
Mungkin Golkar itu jas, PDIP celana panjang, PPP satu PAN kaos, PKB
celana dalam, atau terserah bagaimana anda mengindetifikasinya. Tapi
yang jelas celana dalam, kaos, jas, dan lain-lain itu sama-sama kain,
PKB, PDIP, Golkar dan lain-lain itu sama-sama Indonesia. Dan tidak
pernah ada cerita tentang celana dalam bertengkar lawan kaos, jas lawan
dasi, atau celana panjang lawan kemeja. Mereka semua bekerja sama untuk
menutupi aurat pemakainya, bekerjasama untuk membangun kehormatan bagi
pemakainya.<br />
<br />
Sesudah menjadi presiden, Gus Dur sendiri tak boleh berpikir dan
bertindak dengan orientasi celana dalam. Ia harus berpikir kain dan
mengambil keputusan berangkat dari kain dan kain untuk pemakai kain itu.
Gampangnya Gus Dur bukan orang PKB, bukan NU, melainkan Indonesia.<br />
<br />
Oleh <a href="http://www.maiyah.net/2012/03/gus-dur-dan-celana-dalam.html" target="_blank">Emha Ainum Nadjib</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7692217738569701913.post-41803264833263188642013-03-21T13:59:00.002-07:002013-03-28T07:29:16.543-07:00Sejarah Singkat Tarekat Naqsybandiyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfiYuh1nLoT81DJRUrELSrrinXYm-sf0I6xU7tIesyoeKppME7GeBTw0wSvqoEr88iN5hv_XPsS0GPhP6sHhqyrp345JxH_2Pi3IyDp8wSTEm8AxaOq-nz1CaWzbVoj6U4TbBpmVfr4kyG/s1600/Syaikh+Bahauddin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfiYuh1nLoT81DJRUrELSrrinXYm-sf0I6xU7tIesyoeKppME7GeBTw0wSvqoEr88iN5hv_XPsS0GPhP6sHhqyrp345JxH_2Pi3IyDp8wSTEm8AxaOq-nz1CaWzbVoj6U4TbBpmVfr4kyG/s320/Syaikh+Bahauddin.jpg" width="223" /></a></div>
Makna "naqsyaband"
adalah gabungan dari kata bahasa arab, naqsy dan band yang artinya ukiran yang
terpatri, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa ia berasal dari bahasa persia
yang artinya "rabithah an-naqsy" (ikatan yang terpatri/terukir). Karena
Syekh Muhammad Bahauddien an-Naqsyaband berdzikir pada qalb (hati) sampai
terpatri lafadz jalalah pada hatinya, maka beliau dinamakan
"Naqsyabandiah"</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Tradisi Naqsyabandi tidak
menganggap Baha’ al-Din al-Naqsyabandiyah sebagai pendiri tarekat, atau dalam
pengertian lain Tarekat Naqsyabandi bukan berawal darinya. Akan tetapi karena
kebesaran namanya, sebagai seorang tokoh sufi yang besar dan pemimpin dzikir
yang di hormati dan di cintai Namanya diabadikan dan digunakan sebagai bentuk
penghomatan padanya.<br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Terbentuknya tarekat naqsyabandi
melalui beberapa fase. Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat
Naqsayabandiyya, belum punya identitas. Fase kedua, Periode Formasi Tarekat
Naqsyabandi, terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan
sufi. Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi,
menjadi sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Tarekat Naqsyabandi merupakan
satu-satunya tarekat yang memiliki Silsilah transmisi pengetahuan melalui
pemimpin pertama ummat Islam, Abu Bakar as-Sidiq. Tidak seperti tarekat-tarekat
lainnya, dimana Silsilah-nya berpangkal dari salah satu pemimpin spiritual Ali
Ibn Abi Thalib kw.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Ada 3 fase periode pembentukan
Tarekat Naqsyabandiyya. :<br />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<b><i>Fase pertama, Pra Sejarah
berdirinya tarekat Naqsayabandiyya</i></b>.<br />
Pada fase pertama periode pra sejarah Tarekat Naqsyabandi di sebutnya sebagai
“Periode protohistoris” . Disebut sebagai periode protohistoris karena Tarekat
Naqsyabandi pada masa itu belum mempunyai identitas, karena tokoh-tokohnya atau
garis Silsilahnya tidak dianggap sebagai eksklusif milik Tarekat Naqsyabandiyah
yang menggunakan paham sunni Salah satu contoh-nya adalah Saidina Ja’far
as-Sodiq. Dia adalah Imam Syiah ke 6 dari garis keturunan Ayahnya Imam Baqir
sebagai Imam syiah ke 5, akan tetapi dari garis keturunan Ibunya ia adalah cucu
saidina Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar as-Siddiq, dan cicit dari Abu Bakar
Siddiq. Imam Ja’far as-Sodiq dalam transmisi ke Ilmuawannya lebih condong ke
Ibunya putrid Saidina Qosim dan mengenal Ilmu-ilmu Agama langsung dari kakeknya
Saidina Qosim. Garis Silsilah pada periode ini dimulai dari:<br />
• Syaikh Abu Ali Fadhlal bin Muhammad Ath-Thusi al-Farmadi<br />
• Syaikh Abu Hasan Ali bin Abu Ja’far al-Kharkani<br />
• Syaikh Abu Yazid Thaifur bin Adam bin Syarusyan al-Busmati<br />
• Saidina Imam Ja’far as-Sodiq<br />
• Saidina Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq<br />
• Saidina Salman al-Farizi<br />
• Saidina Abu Bakar as-Shidiq<br />
• Nabi Muhammad saw.<br />
Pada periode protohistoris ini, Tarekat Naqsyabandi juga disebut sebagai
Tarekat Uwaysi. Disebut demikian karena inisiasi (bay’ah) tidak selalu di
lakukan oleh mursyid yang masih hidup dan selalu hadir secara fisik, akan
tetapi inisiasinya dapat dilakukan oleh mursyid yang kehadirannya secara
spiritual (Rohanyah) baik syeakh yang masih hidup maupun syeakh yang sudah
meninggal sekalipun atau pula melalui Nabi Khidir.<br />
Dinamakan Tarekat Uwaysi berkenaan dengan tokoh rohani atau spiritual pada
zaman sahabat, yaitu Uwaysi al-Qorni. Disebutkan bahwa Uwaysi al-Qorni selalu
berjumpa dengan Nabi walaupun tidak pernah berjumpa secara fisik, perjumpaanya
selalu melalui perjumpaan rohani. <br />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<b><i>Fase kedua, Periode Formasi
Tarekat Naqsyabandi</i></b><br />
Pada fase kedua ini, sejarah Tarekat Naqsyabandi mulai terlihat identitasnya
sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Identitas Tarekat Naqsyabandi
berawal atau bersumber dari Guru Sufi besar yang hidup se-zaman dengan Muhiddin
Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Saleh Zangi Dost Jilani (Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani), yaitu Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani (w 1140 M).<br />
Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani, memiliki 2 orang murid yang sekaligus
sebagai khalifahnya dalam menyebar luaskan ajaran-ajarannya, yaitu Syaikh Ahmad
al-Yasawi (w 1169 M), dan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani (w 1220 M)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Syaikh Ahmad al-Yasawi sebagai
khalifah menyebarkan ajaran gurunya dengan membentuk suatu perkumpulan
persaudaraan sufi, yaitu Tarekat Yasawi. Yang penyebarannya dari Asia tengah
hingga Turki dan Anatolia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Sedangkan Syaikh Abdul Khaliq
Gujdawani dalam menyebarkan ajaran gurunya di lakukan dengan membentuk Tarekat
Kwajagan (cara khoja atau guru). Adapun penyebarannya berada pada sekitar
daerah Transoksania.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani
dengan tarekat kwajagan-nya merupakan pilar dasar terbentuknya Silsilah Tareqat
Naqsyabandi. Dan dari sanalah ruh gnosis Islam dan suksesi ajaran-ajaran Syaikh
Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani terbentuk dan melembaga kedalam suatu bentuk
Silsilah yang tidak pernah putus. Adapun suksesi pewarisan ajaran Syaikh Abu
Ya’qub Yusup al-Hamadani terurai kedalam suatu Silsilah, sebagai berikut:<br />
• Syaikh Muhammad Baha’ al-Din al-Naqsyabandi ibn Muhammad as-Syariful Husaini
al-Hasani al-Bukhari (w 1389 ), Ia mengambil dari ……..<br />
• Syaikh Sayid Amir Kulali ibn Sayid Hamzah (w 1371 ), Ia mengambil dari …….<br />
• Syaikh Muhammad Baba al-Samasi (w 1340), Ia mengambil dari ……..<br />
• Syaikh Azizan Ali al-Ramitani (w 1306), Ia mengambil dari ……..<br />
• Syaikh Mahmud al-Anjiri Faqhnawi (w 1272), Ia mengambil dari …….<br />
• Syaikh Arif ar-Riwiqari (w 1259), Ia mengambil dari …….<br />
• Syaikh Abdul Khaliq Guddawani (w 1220), Ia mengambil dari …..<br />
• Syaikh Abu Ya’qup Yusup al-Hamadani (w 1140).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Selanjutnya dalam tarekat
Kwajagan melalui Syaikh Abdul Khaliq Kudawani, gurunya menetapkan delapan
prinsip dasar dalam ajarannya. Dan kedelapan prinsip prinsip dasar tersebut
menjadi dasar dari Tarekat Naqsyabandi. Kedelapan prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:<br />
(1). Husy dar dam,<br />
(2). nazhar bar qadam,<br />
(3). safar dar watan,<br />
(4). khalwat dar anjuman,<br />
(5). yadkard,<br />
(6). bazgasyt,<br />
(7). nigah dast, dan<br />
(8). yads dast.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Dari dasar-dasar ajaran syaikh
Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani, selanjunya oleh Syaikh Baha’ al-Din
al-Naqsyabandi menambah 3 prinsip utama sebagai penyempurnaan. Ke tiga prinsip
tambahan itu, adalah<br />
(1). Wuguf zamani,<br />
(2). Wuquf ‘adadi, dan<br />
(3). Wuqub qalbi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Ke-sebelas prinsip tersebut
selanjutnya dan seterusnya semenjak abad 13 dan 14 yang silam telah di
nisbatkan pada Tarekat Naqsybandi, dan sekaligus sebagai cikal bakal dan pilar
dasar terbentuknya sebuah gnosis Islam Tarekat Naqsyabandi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Sejak di nisbatkannya nama
Naqsyabandi dari Syaikh Baha’ al-Din sebagai Nama dan Identitas dalam
perkumpulan tarekat yang sebelumnya berupa tarekat khwajagan, Tarekat
Naqsyabandi semakin masyhur dan memiliki pengaruh yang sangat luas dari masa ke
masa. Figur utama Syaikh Baha’ al-Din tidak hanya di kenal sebagai seorang sufi
besar akan tetapi juga di kenal sebagai seorang tokoh penasehat utama sultan,
yang tegas dan berani serta adil pada masa pemerintahan sultan Khalil (w 1347).
Namanya di catat dalam sejarah kesultanan Samarkand. Semua kemajuan yang di
capai oleh ke sultanan tidak dapat dilepaskan dari peran serta dan keterlibatan
Baha’ al-Din.<br />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<b><i>Fase ke-tiga, periode
perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi</i></b><br />
Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi telah menjadi sebuah perkumpulan besar
yang terorganisir dengan baik dan rapi. Pengikut-pengikut Tarekat Naqsyabandi
tidak hanya orang-orang yang menginginkan dan mencari pengetahuan spiritual,
akan tetapi sejumlah ahli figih, ahli tafsir dan ahli hadist berbai’at kepada
Syaikh Baha’ al-Din. Sederet Nama besar ahli Agama menjadi khalifah Syaikh
Baha’ al-Din, seperti Khwaja Ala’ al-Din al-Aththar (w 1400) seorang ahli
hadist, dan theology Islam, Khwaja Muhammad Parsa (w 1419) seorang ahli tafsir
Al-Quran, dan bersama Ya’qub al-Charki menulis Tafsir Al-Quran, Khwaja Sa’id
al-Din Kasyghari (w 1459) seorang teolog dan ahli Filasafat. Pada periode ini
yang paling menonjol adalah murid dan sekaligus seorang khalifah Ya’qub
al-Charki, yaitu Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar as-Samarqandi (w 1490)
yang kemudian menjadi penerus kemursyidan tarekat Naqsyabandi generasi ketiga Syaikh
Baha’ al-Din.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Berbagai refrensi dan buku-buku
sejarah tarekat Naqsyabandi ini, Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar telah
merubah sebuah paradikma klasik yang meng-identikkan kesufian dan kemiskinan.
Ia adalah simbul seorang Mistikus Islam yang sangat amat kaya. Pemilik 3.300
perkampungan (mazra’ah) dan lahan pertanian yang sangat luas. Sebuah kampung
terkenal Pashaghar di samarkand adalah miliknya, dan dalam perniagaannya di
bantu oleh tiga ribu buruh dan tiga ribu pasang kerbau untuk mengairi lahan
pertaniannya. Delapan ribu maund gandum di serahkan kepada sultan Ahmad Mirza
sebagai pajak tanah pertanian setiap tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Syaikh Nasaruddin Ubaidullah
al-Ahrar sebaga mursyid ke 18, dalam suksesi kemursidan. Pada masa
kepemimpinannya, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar dan menguasai hampir
seluruh wilayah Asia Tengah meluas ke Turki dan India. Kemudian telah berdiri
beberapa pusat perkumpulan (cabang), seperti China, Chiva, Taskend, Harrat,
Bukhara, Iran, Afganistan, Turkistan, Khogan, Baluchistan, Iraq, India.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
Pada periode ini, Tarekat
Naqsyabandi mencapai puncaknya ketika suksesi kemursidan di pegang oleh Syaikh
Ahmad al-Faruqi Sirhindi (w 1624) sebagai mursyid ke 23. Syaikh Ahmad al-Faruqi
Sirhindi adalah seorang Teolog terkemuka di Dunia dan pemikir yang berilyan. Ia
adalah murid kesayangan karena kecerdasannya, kesuhudan dan keshalehannya, dan
di hormati karena ketinggian Ilmunya dan pemikirannya yang sangat cemerlang
dari seorang guru sufi besar, al-Qutub Syaikh Muhammad Baqi Billah (w 1603)
mursyid ke 22 Tarekat Naqsyabandi yang bermukin di India.<br />
Dibawah kepemimpinan Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi, Tarekat Naqsyabandi telah
tersebar ke berbagai penjuru Dunia Islam dan di ikuti oleh banyak pengikut.
Pada masa itu pula telah berdiri beberapa tempat pusat kegiatan berupa
kangah-kangah, seperti di Jabal Abu Qubais Arab, Yaman, Damaskus, Mesir,
Spanyol, Bagdad, Afrika dan Amerika Utara. Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi
tidak hanya seorang guru sufi besar akan tetapi juga seorang Mujaddid. Dan
pemikirannya tidak hanya di akui oleh dunia Islam akan tetapi juga oleh para
orientalis barat, katab-kitab karanganya telah menjadi rujukan Ilmu-ilmu
Filsafat dan Sosial. Demikian juga para mursyid-mursyid berikutnya, setiap
zaman, setiap masa, para mursyid sebagai ahli silsilah di Tarekat Naqsyabandi
senantiasa memiliki keahlian-keahlian yang berbeda sesuai dengan kondisi zaman.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15451609573897449039noreply@blogger.com3