Rahasia "517" ►► Selamat Datang Di Blog Kami "517" Blognya Para Pecinta Tasawuf, Sejarah Serta Penebar Cinta Kasih

Monday, July 1, 2013

Shalat Kok Cuma Fikihnya Aja?

Jika seseorang ingin mendapatkan dan menikmati keindahan mutiara dari dasar lautan, tanpa adanya usaha dan niatan meraih dalam genggapan tangan, berdiam diri dari kejauahan seraya mendengarkan suara kicauan burung Camar. Apalah arti dari itu semua ?
Demi Allah…!!!  tidak ada satu pun butir mutiara yang dia dapatkan.  Cara utama yang harus ia lakukan untuk meraihnya hanyalah menyelam, membongkar batu-batu karang untuk sampai ke dasar lautan demi meraih mutiara yang diinginkan.
Begitulah perumpamaan orang-orang yang membaca bacaan shalat, tapi tidak memahami isi dari makna bacaan tersebut. Menghafal, tapi miskin pemahaman, melaksanakan shalat, tapi tidak paham makna dari bacaan dalam setiap gerakannya.
Ketika Rasulullah SAW mengharamkan khamr (minuman keras), beliau melarang dengan beberapa tahapan, tidak semerta-merta melarang secara langsung  kepada umatnya. Tapi dengan secara perlahan dan bertahap. Tidak langsung dengan ungkapan, “Jangan sekali-kali kalian meminum khamr !”, karena seandainya Rasulullah SAW langsung melarang keras meminum khamr tanpa adanya dalil atau penjelasan sebab dilarangnya, niscaya tiada seorang pun yang akan meninggalkannya.

Rasulullah SAW paham betul bahwa butuh waktu untuk mengubah suatu budaya pada masyarakat tertentu,sebelum turunnya ayat yang menjelaskan atas larangan khamr Allah telah menurunkan ayat yang menjelaskan tentang buahan yang memabukan, lalu ayat yang menjelaskan manfaat dan mudharatnya. Hingga Tiba ayat yang melarang meminum khamr hanya pada saat akan sholat, seperti  Allah berfirman :
                 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُون
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendekati shalat sedang kalian dalam keadaan mabuk, hingga kalian memahami apa yang kalian katakan”.  (Q.S. An-nisa: 43)
Imam Al-ghazali berkata dalam kitabnya yang berjudul  “Ihya Ulumuddin” mengenai ayat ini, bahwa ‘illat dari pelarangan khamr pada tahapan ini adalah ketidaksadaran, tapi saat ini, berapa banyak orang yang tidak meminum khamr namun tidak sadar dan memahami apa yang dia katakan dalam sholatnya ? Dari ayat diatas, dapat dipahami, bahwa memahami bacaan dalam sholat merupakan sebuah keharusan. Dan Imam Al-ghazali secara tidak langsung menyinggung ketidakpahaman  seseorang mengenai bacaan dalam sholat, tak bedanya seperti orang yang mabuk.
Padahal, dalam Al-Qur’an, sholat dapat menghindarkan perbuatan keji dan munkar, tapi mengapa masih banyak orang-orang yang sholat namun masih berprilaku keji dan munkar ? Jawabannya bukan sholatnya yang tidak benar secara fiqhiyyah, tapi cacatnya hati yang tidak memahami ibadah sholat secara ruhaniyyah dan ubudiyyah.
Sholat merupakan ibadah yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam islam. Ada banyak hadist yang mengungkapkan tingginya maqom shalat, seperti hadist yang mengungkapkan bahwa amalan pertama yang akan di-hisab di akhirat nanti adalah shalat. Dan shalat adalah tiang agama, barang siapa yg mendirikannya maka telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkannya maka telah menghancurkan agama. Lalu, ketika Rasulullah ditanya amalan apakah yang paling utama ? Maka Rasul menjawab shalat pada waktunya.
Seakan-akan barometer ketakwaan dan ketaatan seorang muslim dilihat dari shalatnya ? Sebagaimana firman Allah dalam alqur’an bahwa shalat mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar. Padahal hakekatnya, shalat tidak bisa hanya dilihat dari segi fiqhiyyahnya sendiri, hanya mementingkan nilai ritual daripada nilai spiritual, itu salah! Begitu juga sebaliknya, ketika nilai spiritual di tonjolkan namun nilai ritual di abaikan ini juga keliru. Hadits rasulullah yang berbunyi ‘shalatlah kalian, sebagaimana aku shalat’ tak bisa hanya dipahami hanya gerakan ritualnya saja. Tapi, lihat pula bagaimana spritual rasulullah ketika shalat ? Manifestasi benarnya shalat adalah mulianya akhlak. Tindak amoral dan asosial adalah manifestasi dari rusaknya nilai spiritual seorang hamba dalam shalat.
sholat yang benar secara ritual dan spiritual itu yang seperti apa? Shalat yang benar secara ritual itu shalat yang syarat sah dan rukunnya terpenuhi. Dan shalat yang benar secara spiritual ketika hatinya hadir menghadap Allah dalam setiap gerakan dan bacaannya. Memahami penuh makna setiap bacaan dan gerakan shalatnya lalu menghujamkannya ke hati yang disebut dengan tafahhum. Semoga Allah senantiasa membukakan pintu-pintu ma’rifah yang tertutup dan menghidupkan hati yang tertidur. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More