Makna "naqsyaband"
adalah gabungan dari kata bahasa arab, naqsy dan band yang artinya ukiran yang
terpatri, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa ia berasal dari bahasa persia
yang artinya "rabithah an-naqsy" (ikatan yang terpatri/terukir). Karena
Syekh Muhammad Bahauddien an-Naqsyaband berdzikir pada qalb (hati) sampai
terpatri lafadz jalalah pada hatinya, maka beliau dinamakan
"Naqsyabandiah"
Tradisi Naqsyabandi tidak
menganggap Baha’ al-Din al-Naqsyabandiyah sebagai pendiri tarekat, atau dalam
pengertian lain Tarekat Naqsyabandi bukan berawal darinya. Akan tetapi karena
kebesaran namanya, sebagai seorang tokoh sufi yang besar dan pemimpin dzikir
yang di hormati dan di cintai Namanya diabadikan dan digunakan sebagai bentuk
penghomatan padanya.
Terbentuknya tarekat naqsyabandi
melalui beberapa fase. Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat
Naqsayabandiyya, belum punya identitas. Fase kedua, Periode Formasi Tarekat
Naqsyabandi, terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan
sufi. Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi,
menjadi sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi.
Tarekat Naqsyabandi merupakan
satu-satunya tarekat yang memiliki Silsilah transmisi pengetahuan melalui
pemimpin pertama ummat Islam, Abu Bakar as-Sidiq. Tidak seperti tarekat-tarekat
lainnya, dimana Silsilah-nya berpangkal dari salah satu pemimpin spiritual Ali
Ibn Abi Thalib kw.
Ada 3 fase periode pembentukan
Tarekat Naqsyabandiyya. :
Fase pertama, Pra Sejarah
berdirinya tarekat Naqsayabandiyya.
Pada fase pertama periode pra sejarah Tarekat Naqsyabandi di sebutnya sebagai “Periode protohistoris” . Disebut sebagai periode protohistoris karena Tarekat Naqsyabandi pada masa itu belum mempunyai identitas, karena tokoh-tokohnya atau garis Silsilahnya tidak dianggap sebagai eksklusif milik Tarekat Naqsyabandiyah yang menggunakan paham sunni Salah satu contoh-nya adalah Saidina Ja’far as-Sodiq. Dia adalah Imam Syiah ke 6 dari garis keturunan Ayahnya Imam Baqir sebagai Imam syiah ke 5, akan tetapi dari garis keturunan Ibunya ia adalah cucu saidina Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar as-Siddiq, dan cicit dari Abu Bakar Siddiq. Imam Ja’far as-Sodiq dalam transmisi ke Ilmuawannya lebih condong ke Ibunya putrid Saidina Qosim dan mengenal Ilmu-ilmu Agama langsung dari kakeknya Saidina Qosim. Garis Silsilah pada periode ini dimulai dari:
• Syaikh Abu Ali Fadhlal bin Muhammad Ath-Thusi al-Farmadi
• Syaikh Abu Hasan Ali bin Abu Ja’far al-Kharkani
• Syaikh Abu Yazid Thaifur bin Adam bin Syarusyan al-Busmati
• Saidina Imam Ja’far as-Sodiq
• Saidina Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq
• Saidina Salman al-Farizi
• Saidina Abu Bakar as-Shidiq
• Nabi Muhammad saw.
Pada periode protohistoris ini, Tarekat Naqsyabandi juga disebut sebagai Tarekat Uwaysi. Disebut demikian karena inisiasi (bay’ah) tidak selalu di lakukan oleh mursyid yang masih hidup dan selalu hadir secara fisik, akan tetapi inisiasinya dapat dilakukan oleh mursyid yang kehadirannya secara spiritual (Rohanyah) baik syeakh yang masih hidup maupun syeakh yang sudah meninggal sekalipun atau pula melalui Nabi Khidir.
Dinamakan Tarekat Uwaysi berkenaan dengan tokoh rohani atau spiritual pada zaman sahabat, yaitu Uwaysi al-Qorni. Disebutkan bahwa Uwaysi al-Qorni selalu berjumpa dengan Nabi walaupun tidak pernah berjumpa secara fisik, perjumpaanya selalu melalui perjumpaan rohani.
Pada fase pertama periode pra sejarah Tarekat Naqsyabandi di sebutnya sebagai “Periode protohistoris” . Disebut sebagai periode protohistoris karena Tarekat Naqsyabandi pada masa itu belum mempunyai identitas, karena tokoh-tokohnya atau garis Silsilahnya tidak dianggap sebagai eksklusif milik Tarekat Naqsyabandiyah yang menggunakan paham sunni Salah satu contoh-nya adalah Saidina Ja’far as-Sodiq. Dia adalah Imam Syiah ke 6 dari garis keturunan Ayahnya Imam Baqir sebagai Imam syiah ke 5, akan tetapi dari garis keturunan Ibunya ia adalah cucu saidina Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar as-Siddiq, dan cicit dari Abu Bakar Siddiq. Imam Ja’far as-Sodiq dalam transmisi ke Ilmuawannya lebih condong ke Ibunya putrid Saidina Qosim dan mengenal Ilmu-ilmu Agama langsung dari kakeknya Saidina Qosim. Garis Silsilah pada periode ini dimulai dari:
• Syaikh Abu Ali Fadhlal bin Muhammad Ath-Thusi al-Farmadi
• Syaikh Abu Hasan Ali bin Abu Ja’far al-Kharkani
• Syaikh Abu Yazid Thaifur bin Adam bin Syarusyan al-Busmati
• Saidina Imam Ja’far as-Sodiq
• Saidina Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq
• Saidina Salman al-Farizi
• Saidina Abu Bakar as-Shidiq
• Nabi Muhammad saw.
Pada periode protohistoris ini, Tarekat Naqsyabandi juga disebut sebagai Tarekat Uwaysi. Disebut demikian karena inisiasi (bay’ah) tidak selalu di lakukan oleh mursyid yang masih hidup dan selalu hadir secara fisik, akan tetapi inisiasinya dapat dilakukan oleh mursyid yang kehadirannya secara spiritual (Rohanyah) baik syeakh yang masih hidup maupun syeakh yang sudah meninggal sekalipun atau pula melalui Nabi Khidir.
Dinamakan Tarekat Uwaysi berkenaan dengan tokoh rohani atau spiritual pada zaman sahabat, yaitu Uwaysi al-Qorni. Disebutkan bahwa Uwaysi al-Qorni selalu berjumpa dengan Nabi walaupun tidak pernah berjumpa secara fisik, perjumpaanya selalu melalui perjumpaan rohani.
Fase kedua, Periode Formasi
Tarekat Naqsyabandi
Pada fase kedua ini, sejarah Tarekat Naqsyabandi mulai terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Identitas Tarekat Naqsyabandi berawal atau bersumber dari Guru Sufi besar yang hidup se-zaman dengan Muhiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Saleh Zangi Dost Jilani (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani), yaitu Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani (w 1140 M).
Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani, memiliki 2 orang murid yang sekaligus sebagai khalifahnya dalam menyebar luaskan ajaran-ajarannya, yaitu Syaikh Ahmad al-Yasawi (w 1169 M), dan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani (w 1220 M)
Pada fase kedua ini, sejarah Tarekat Naqsyabandi mulai terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Identitas Tarekat Naqsyabandi berawal atau bersumber dari Guru Sufi besar yang hidup se-zaman dengan Muhiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Saleh Zangi Dost Jilani (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani), yaitu Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani (w 1140 M).
Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani, memiliki 2 orang murid yang sekaligus sebagai khalifahnya dalam menyebar luaskan ajaran-ajarannya, yaitu Syaikh Ahmad al-Yasawi (w 1169 M), dan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani (w 1220 M)
Syaikh Ahmad al-Yasawi sebagai
khalifah menyebarkan ajaran gurunya dengan membentuk suatu perkumpulan
persaudaraan sufi, yaitu Tarekat Yasawi. Yang penyebarannya dari Asia tengah
hingga Turki dan Anatolia.
Sedangkan Syaikh Abdul Khaliq
Gujdawani dalam menyebarkan ajaran gurunya di lakukan dengan membentuk Tarekat
Kwajagan (cara khoja atau guru). Adapun penyebarannya berada pada sekitar
daerah Transoksania.
Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani
dengan tarekat kwajagan-nya merupakan pilar dasar terbentuknya Silsilah Tareqat
Naqsyabandi. Dan dari sanalah ruh gnosis Islam dan suksesi ajaran-ajaran Syaikh
Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani terbentuk dan melembaga kedalam suatu bentuk
Silsilah yang tidak pernah putus. Adapun suksesi pewarisan ajaran Syaikh Abu
Ya’qub Yusup al-Hamadani terurai kedalam suatu Silsilah, sebagai berikut:
• Syaikh Muhammad Baha’ al-Din al-Naqsyabandi ibn Muhammad as-Syariful Husaini al-Hasani al-Bukhari (w 1389 ), Ia mengambil dari ……..
• Syaikh Sayid Amir Kulali ibn Sayid Hamzah (w 1371 ), Ia mengambil dari …….
• Syaikh Muhammad Baba al-Samasi (w 1340), Ia mengambil dari ……..
• Syaikh Azizan Ali al-Ramitani (w 1306), Ia mengambil dari ……..
• Syaikh Mahmud al-Anjiri Faqhnawi (w 1272), Ia mengambil dari …….
• Syaikh Arif ar-Riwiqari (w 1259), Ia mengambil dari …….
• Syaikh Abdul Khaliq Guddawani (w 1220), Ia mengambil dari …..
• Syaikh Abu Ya’qup Yusup al-Hamadani (w 1140).
• Syaikh Muhammad Baha’ al-Din al-Naqsyabandi ibn Muhammad as-Syariful Husaini al-Hasani al-Bukhari (w 1389 ), Ia mengambil dari ……..
• Syaikh Sayid Amir Kulali ibn Sayid Hamzah (w 1371 ), Ia mengambil dari …….
• Syaikh Muhammad Baba al-Samasi (w 1340), Ia mengambil dari ……..
• Syaikh Azizan Ali al-Ramitani (w 1306), Ia mengambil dari ……..
• Syaikh Mahmud al-Anjiri Faqhnawi (w 1272), Ia mengambil dari …….
• Syaikh Arif ar-Riwiqari (w 1259), Ia mengambil dari …….
• Syaikh Abdul Khaliq Guddawani (w 1220), Ia mengambil dari …..
• Syaikh Abu Ya’qup Yusup al-Hamadani (w 1140).
Selanjutnya dalam tarekat
Kwajagan melalui Syaikh Abdul Khaliq Kudawani, gurunya menetapkan delapan
prinsip dasar dalam ajarannya. Dan kedelapan prinsip prinsip dasar tersebut
menjadi dasar dari Tarekat Naqsyabandi. Kedelapan prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
(1). Husy dar dam,
(2). nazhar bar qadam,
(3). safar dar watan,
(4). khalwat dar anjuman,
(5). yadkard,
(6). bazgasyt,
(7). nigah dast, dan
(8). yads dast.
(1). Husy dar dam,
(2). nazhar bar qadam,
(3). safar dar watan,
(4). khalwat dar anjuman,
(5). yadkard,
(6). bazgasyt,
(7). nigah dast, dan
(8). yads dast.
Dari dasar-dasar ajaran syaikh
Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani, selanjunya oleh Syaikh Baha’ al-Din
al-Naqsyabandi menambah 3 prinsip utama sebagai penyempurnaan. Ke tiga prinsip
tambahan itu, adalah
(1). Wuguf zamani,
(2). Wuquf ‘adadi, dan
(3). Wuqub qalbi.
(1). Wuguf zamani,
(2). Wuquf ‘adadi, dan
(3). Wuqub qalbi.
Ke-sebelas prinsip tersebut
selanjutnya dan seterusnya semenjak abad 13 dan 14 yang silam telah di
nisbatkan pada Tarekat Naqsybandi, dan sekaligus sebagai cikal bakal dan pilar
dasar terbentuknya sebuah gnosis Islam Tarekat Naqsyabandi.
Sejak di nisbatkannya nama
Naqsyabandi dari Syaikh Baha’ al-Din sebagai Nama dan Identitas dalam
perkumpulan tarekat yang sebelumnya berupa tarekat khwajagan, Tarekat
Naqsyabandi semakin masyhur dan memiliki pengaruh yang sangat luas dari masa ke
masa. Figur utama Syaikh Baha’ al-Din tidak hanya di kenal sebagai seorang sufi
besar akan tetapi juga di kenal sebagai seorang tokoh penasehat utama sultan,
yang tegas dan berani serta adil pada masa pemerintahan sultan Khalil (w 1347).
Namanya di catat dalam sejarah kesultanan Samarkand. Semua kemajuan yang di
capai oleh ke sultanan tidak dapat dilepaskan dari peran serta dan keterlibatan
Baha’ al-Din.
Fase ke-tiga, periode
perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi
Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi telah menjadi sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi. Pengikut-pengikut Tarekat Naqsyabandi tidak hanya orang-orang yang menginginkan dan mencari pengetahuan spiritual, akan tetapi sejumlah ahli figih, ahli tafsir dan ahli hadist berbai’at kepada Syaikh Baha’ al-Din. Sederet Nama besar ahli Agama menjadi khalifah Syaikh Baha’ al-Din, seperti Khwaja Ala’ al-Din al-Aththar (w 1400) seorang ahli hadist, dan theology Islam, Khwaja Muhammad Parsa (w 1419) seorang ahli tafsir Al-Quran, dan bersama Ya’qub al-Charki menulis Tafsir Al-Quran, Khwaja Sa’id al-Din Kasyghari (w 1459) seorang teolog dan ahli Filasafat. Pada periode ini yang paling menonjol adalah murid dan sekaligus seorang khalifah Ya’qub al-Charki, yaitu Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar as-Samarqandi (w 1490) yang kemudian menjadi penerus kemursyidan tarekat Naqsyabandi generasi ketiga Syaikh Baha’ al-Din.
Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi telah menjadi sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi. Pengikut-pengikut Tarekat Naqsyabandi tidak hanya orang-orang yang menginginkan dan mencari pengetahuan spiritual, akan tetapi sejumlah ahli figih, ahli tafsir dan ahli hadist berbai’at kepada Syaikh Baha’ al-Din. Sederet Nama besar ahli Agama menjadi khalifah Syaikh Baha’ al-Din, seperti Khwaja Ala’ al-Din al-Aththar (w 1400) seorang ahli hadist, dan theology Islam, Khwaja Muhammad Parsa (w 1419) seorang ahli tafsir Al-Quran, dan bersama Ya’qub al-Charki menulis Tafsir Al-Quran, Khwaja Sa’id al-Din Kasyghari (w 1459) seorang teolog dan ahli Filasafat. Pada periode ini yang paling menonjol adalah murid dan sekaligus seorang khalifah Ya’qub al-Charki, yaitu Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar as-Samarqandi (w 1490) yang kemudian menjadi penerus kemursyidan tarekat Naqsyabandi generasi ketiga Syaikh Baha’ al-Din.
Berbagai refrensi dan buku-buku
sejarah tarekat Naqsyabandi ini, Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar telah
merubah sebuah paradikma klasik yang meng-identikkan kesufian dan kemiskinan.
Ia adalah simbul seorang Mistikus Islam yang sangat amat kaya. Pemilik 3.300
perkampungan (mazra’ah) dan lahan pertanian yang sangat luas. Sebuah kampung
terkenal Pashaghar di samarkand adalah miliknya, dan dalam perniagaannya di
bantu oleh tiga ribu buruh dan tiga ribu pasang kerbau untuk mengairi lahan
pertaniannya. Delapan ribu maund gandum di serahkan kepada sultan Ahmad Mirza
sebagai pajak tanah pertanian setiap tahun.
Syaikh Nasaruddin Ubaidullah
al-Ahrar sebaga mursyid ke 18, dalam suksesi kemursidan. Pada masa
kepemimpinannya, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar dan menguasai hampir
seluruh wilayah Asia Tengah meluas ke Turki dan India. Kemudian telah berdiri
beberapa pusat perkumpulan (cabang), seperti China, Chiva, Taskend, Harrat,
Bukhara, Iran, Afganistan, Turkistan, Khogan, Baluchistan, Iraq, India.
Pada periode ini, Tarekat
Naqsyabandi mencapai puncaknya ketika suksesi kemursidan di pegang oleh Syaikh
Ahmad al-Faruqi Sirhindi (w 1624) sebagai mursyid ke 23. Syaikh Ahmad al-Faruqi
Sirhindi adalah seorang Teolog terkemuka di Dunia dan pemikir yang berilyan. Ia
adalah murid kesayangan karena kecerdasannya, kesuhudan dan keshalehannya, dan
di hormati karena ketinggian Ilmunya dan pemikirannya yang sangat cemerlang
dari seorang guru sufi besar, al-Qutub Syaikh Muhammad Baqi Billah (w 1603)
mursyid ke 22 Tarekat Naqsyabandi yang bermukin di India.
Dibawah kepemimpinan Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar ke berbagai penjuru Dunia Islam dan di ikuti oleh banyak pengikut. Pada masa itu pula telah berdiri beberapa tempat pusat kegiatan berupa kangah-kangah, seperti di Jabal Abu Qubais Arab, Yaman, Damaskus, Mesir, Spanyol, Bagdad, Afrika dan Amerika Utara. Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi tidak hanya seorang guru sufi besar akan tetapi juga seorang Mujaddid. Dan pemikirannya tidak hanya di akui oleh dunia Islam akan tetapi juga oleh para orientalis barat, katab-kitab karanganya telah menjadi rujukan Ilmu-ilmu Filsafat dan Sosial. Demikian juga para mursyid-mursyid berikutnya, setiap zaman, setiap masa, para mursyid sebagai ahli silsilah di Tarekat Naqsyabandi senantiasa memiliki keahlian-keahlian yang berbeda sesuai dengan kondisi zaman.
Dibawah kepemimpinan Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar ke berbagai penjuru Dunia Islam dan di ikuti oleh banyak pengikut. Pada masa itu pula telah berdiri beberapa tempat pusat kegiatan berupa kangah-kangah, seperti di Jabal Abu Qubais Arab, Yaman, Damaskus, Mesir, Spanyol, Bagdad, Afrika dan Amerika Utara. Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi tidak hanya seorang guru sufi besar akan tetapi juga seorang Mujaddid. Dan pemikirannya tidak hanya di akui oleh dunia Islam akan tetapi juga oleh para orientalis barat, katab-kitab karanganya telah menjadi rujukan Ilmu-ilmu Filsafat dan Sosial. Demikian juga para mursyid-mursyid berikutnya, setiap zaman, setiap masa, para mursyid sebagai ahli silsilah di Tarekat Naqsyabandi senantiasa memiliki keahlian-keahlian yang berbeda sesuai dengan kondisi zaman.
Di Jakarta dan sekitarnya, di mana ada perwakilan Naqsyabandhiah, di mana kita bisa ikut tarekatnya ? Atau minimal nomor teleponnya aja dulu. Tks. sronodh@gmail.com
ReplyDeleteMajelis Zikir Fadlul Khalik
DeleteJl. Anggrek, Kav. A5-6 Belakang sd kamila insan cita RW.Rt4/5, Sawangan Lama, Kec. Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat 16516
https://maps.app.goo.gl/tcX9MKS43Ktnjtw67
Saya Kurang Tahu Mursyid Naqsyabandiyah Di Daerah Jakarta, Dulu Masih Bisa Baiat Ke Abah Anom di suryalaya.
ReplyDeleteAnda Bisa Baiat Ke Habib Luthfie Pekalongan.
Karena Saya Baiat Kepada Syekh Syaifuddin Cucu Syekh Amien Al-Kurdi