Gus Dur |
Setelah selesei mengaji aku minta syiiran ini dari para santri melalui bleutoot dari hp ke hp
sesampai
di rumah aju dengarkan lagi syiiran ini,tanpa bisa di cegah hati
tergetar , perasaan begitu syahdu....air mata jatuh bercucuran, setiap
kali ku ulangi syiiran ini aku menangis tersedu....begitu kuat daya
magis syiir tanpo waton ini
Beberapa bulan kemudian ketika aku
pergi ketulangan sidoarjo ke rumahnya gus yusup, di rumah gus yusup
sudah ada tamu seorang tua yg memakai busana muslim tapi lusuh sekali,
aku tidak tahu siapa orang tua ini, tiba - tiba hpku berdering dan
kebetulan nada deringnya adalah syiir tanpo waton, orang tua ini
meneruskan syiir tanpo waton dari hpku dg suara yg lembut tapi serak
sekali dan kulihat matanya mulai berkaca - kaca, singkat kata kami
akhirnya membahas syiir tanpo waton ini, berkali kali aku bertanya
kepada orang tua ini arti kata yg tidak aku mengerti di syiir tanpo
waton ini, orang tua ini menjawab dg sangat gamblang sekali, aku
bersyukur di pertemukan dg orang tua ini, lewat gus yusup akhirnya aku
tahu siapa sebenarnya orang ini, orang ini adalah teman gus yusup yg
setiap kali kalau gus yusup mengalami kegundahan dalam hatinya orang ini
datang dg tiba tiba tanpa di undang ke rumah gus yusup dan memberi
jalan keluar
Setelah kami mengobrol cukup lama gus yusup bilang
padaku kalau syiir tanpo waton ini bukan karangan gus dur dan yg
melagukan juga bukan gus dur tapi gus nizam dari wonoayu sidoarjo, dan
orang tua ini mengamini apa yg dibilang oleh gus yusup, aku bertanya
dalam hati benarkah berita ini...
seiring dg waktu aku mulai
melupakan peristiwa ini, dan aku masih yakin kalau yg mengarang dan
melagukan syiiran ini adalah gus dur bukan gus nizam,sampai dua
hari yg lalu, malam 15 bulan puasa aku di telp oleh putra kiai djalil yg
menanyakan siapa sebenarnya pengarang dan yang melagukan syiir tanpo
waton, katanya ada yg bilang bukan gus dur yg melagukan, aku teringat
peristiwa di tulangan waktu itu, dan kusampaikan kpd putra kiai djalil
ini bahwa memang ada yg mengatakan begitu, yaitu bahwa yg mengarang dan
melagukan syiir tanpo waton itu gus nizam bukan gus dur. putra kiai
djalil ini minta tolong kepadaku supaya mencari info yg sebenarnya..
Aku mulai mencari info dan alhamdulillah info ini ku dapat dari orang yg
bernama supri dari wonoayu sidoarjo, beliau bercerita : Diawal
bulan Mei 2011 itulah pertama saya mendengarkan syiir ini
ditengah-tengah ribuan jamaah dari berbagai penjuru dusun, desa,
kecamatan, kota dan luar kota. Ketika mendengar syiir ini hati, akal
pikiran dan seluruh badan terasa gemetar seperti mendapatkan pancaran
Nur Ilahi. Sejak itulah saya mencoba menelusuri jejak syiir ini apakah
Gus Nizam (pengasuh ponpes Ahlus Shafa wal Wafa Simoketawang, Wonoayu,
Sidoarjo) yang menciptakan atau ada orang lain dibalik terciptanya
syiir ini.
Karena sejak awal pertama kali mendengar syiir ini saya
meyakini bahwa bukan orang biasa yang membuat syiir ini katakanlah
sekelas waliyullah. Untuk menapaki jejak syiir ini langkah
pertama yang saya ambil adalah mencari di dunia maya melalui bantuan
Google, begitu tulisan “syiir tanpo wathon“ saya masukkan dan mesin
pencari bekerja seketika web/blog yang mengulas syiir ini langsung
terpampang semua. Ohh... ternyata syiir ini diciptakan oleh
Almaghfirullah Gus Dur. Dalam hati berkata pantas saja syiir ini
begitu mendalam maknanya.
Sebagai seorang lulusan S1 yang pernah
melakukan penelitian, insting untuk mencari kebenaran syiir ini mulai
muncul dibenak saya. Tak lama kemudian sekitar awal bulan Juni 2011
syiir ini dikumandangkan setiap menjelang adzan shalat fardhu di radio
Yasmara Kembang Kuning Surabaya. Sejak itulah syiir ini menjadi
gelombang tsunami yang menghantam relung-relung hati dan jiwa
orang-orang yang beriman. Satu bulan berikutnya sekitar awal bulan
Juli 2011 muncullah CD yang beredar dipasaran melantunkan syiir ini
yang disertai vidio klip foto-foto almarhum Gus Dur.
Jejak demi
jejak kami telusuri, ternyata syiir ini beredar di dunia maya sejak
bulan Nopember 2011 dan yang menyebarkan syiir ini adalah komunitas
Gusdurian (pengidola Gus Dur). Semua vidio klip suaranya seragam
dilantunkan satu orang, yang hampir semua orang itu meyakini suara Gus
Dur, namun setelah memutar beberapa kali suaranya memang mirip suara
Almarhum Gus Dur, tetapi suara itu terdengar ketika Gus Dur masih
muda. Hatipun bertanya-tanya kalau benar ini suaranya Gus Dur
seharusnya syiir ini booming sejak Gus Dur masih hidup.
Jejak
setapak terus saya telusuri, suaranya yang masih muda mengingatkan
saya pada sosok KH. Mohammad Nizam As-Shofa, Lc dan ternyata betul
suara ini mirip sekali dengan suara khas Gus Nizam cucu dari guru
mursyid tarekat (almarhum) Hadhratus as-Syaikh al-Mukarram KH.
Sahlan Thalib, Krian, Sidoarjo. KH. Sahlan merupakan seorang guru
mursyid yang telah menelorkan beberapa orang wali seperti Almaghfirullah
Mbah ‘Ud Pagerwojo, Sidoarjo dan juga Almaghfirullah KH. Ahmad Bahru
Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam (Pengasuh Ponpes Salafiyah
Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah) Turen, Malang.
Langkah
setapak untuk menelusuri jejak syiir ini terus saya langkahkan, sudah
saatnya saya mencari informasi dari dalam Ponpes Ahlus Shofa wal Wafa
melalui jamaah yang sudah lama ikut maupun para pengurus-pengurusnya.
Setapak demi setapak membuahkan hasil. Seorang jamaah yang sejak 2007
telah mengikuti pengajian di ponpes ini menjelaskan bahwa sejak pertama
kali saya ikut pengajian disini, syiir ini sudah rutin dilantunkan
bersama jamaah setelah selesai pengajian. Dan ketika saya bertanya
kepada salah satu pimpinan pengurus di ponpes ini, beliau mengatakan
saya sudah hafal syiir ini sejak 4 tahun yang lalu, maksudnya adalah
sejak awal 2007.
Kemudian saya teringat dengan CD yang memuat
pengajian bulan ramadhan tahun 2008 yang didalamnya terdapat file syiir
tanpo wathon. Saya coba melihat properteisnya dan ternyata file ini
direkam sejak bulan Pebruari 2007.
Puncak pendakian gunung syiir
tanpo wathon ini sudah hampir kelihatan, itu artinya langkah setapak
tinggal sedikit lagi. Langkah yang berat terus saya lakukan untuk
mencapai puncak sejarah dari syiir ini. Dan Alhamdulillah Gus Nizam
menunjukkan jalan setapak yang terakhir dari puncak syiir ini, bahwa
syiir ini beliau ciptakan sejak tahun 2004. Di versi pertama syiir ini
lebih panjang dua bait, kemudian diversi kedua tahun 2007 dua bait
tersebut dihapus. Dan versi kedua itulah yang beredar luas dan syiir
ini kemudian diakui oleh Gusdurian (pengidola Gus Dur) sebagai syiirnya
Gus Dur.
Sebagai pencipta dan pelantun syiir tanpo wathon ini,
Gus Nizam bersyukur sekali syiir ini beredar luas dimasyarakat dengan
kebesaran nama Guru Bangsa kita yaitu Gus Dur. Kuatnya label kewalian
Gus Dur yang samakin hari semakin berjubel, puluhan ribu peziarah terus
memadati makam Almaghfirullah Gus Dur. Gus Nizam juga mengaku senang
sekali jika syiir ini ditempelkan atau nisbatkan ke Gus Dur. Karena
Gus Nizam sendiri mengakui bahwa Gus Dur merupakan salah seorang
waliyullah. Itu terbukti disetiap pengajiannya hadiah Al-Fatihah selalu
dikirimkan ke Almagfirullah Gus Dur untuk mendapatkan keberkahannya.
Langkah
menapaki puncak syiir ini telah sampai pada puncaknya. Pencipta dan
pelantun syiir tanpo wathon adalah KH. Mohammad Nizam As-Shafa, Lc.
Pengasuh Ponpes Ahlus Shafa wal Wafa, Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo.
Beliau merupakan guru pembimbing tarekat Naqsyabandiyah, beliau
membuka pengajian tasawuf setiap Rabu malam yang diikuti oleh ribuan
jamaah putra-putri. Kitab yang dikaji adalah Kitab Jami’ul Ushul Fil
Auliya’ (Syaikh Ahmad Dhiya’uddin Musthofa Al-Kamisykhonawy) &
kitab Al-Fathur Rabbani wal Faidlur Rahmany (Syaikh Abdul Qadir
Al-Jilani) setiap Rabu jam 21.30 WIB.
Oleh : Damar Kasaenan pada 17 Agustus 2011 jam 7:05
Subhanalloh merinding saya bacanya, Semoga mendapat rahmat dan maghfiroh bagi kita semua. amiiin
ReplyDelete